Hidden Hunger: Kekurangan Gizi Mikro
View/ Open
Date
2023Author
Khomsan, Ali
Briawan, Dodik
Oklita, Dwikani
Khuzaimah, Ummi
Metadata
Show full item recordAbstract
Busung lapar massal yang terjadi tahun 1960-an di Kabupaten Gunung
Kidul Yogyakarta atau kejadian kelaparan penduduk seperti di Ethiopia di tahun
1980-an adalah fenomena langka yang sangat jarang terjadi di Indonesia. Meski
kurang pangan atau kelaparan jarang terjadi, namun tidak berarti negara kita
bebas dari problem gizi.
Hidden hunger atau kelaparan tersembunyi dipakai untuk menggambarkan
problem kekurangan gizi mikro, yang tidak memunculkan indikasi busung
lapar atau gizi buruk tetapi membawa dampak berat pada kualitas sumber daya
manusia (SDM). Sumber gizi mikro antara lain terdapat pada pangan hewani,
oleh karena itu konsumsi pangan hewani sangat penting untuk mencegah
defisiensi gizi mikro. Namun di sisi lain, pola makan modern yang menyebabkan
penyakit kolesterol tinggi sebagian adalah akibat konsumsi pangan hewani kaya
lemak jenuh yang berlebihan (Khomsan 2006b)
IQ lost yang terjadi akibat defisiensi (kekurangan) gizi mikro sungguh tak
terbayangkan. Penyakit anemia akibat kurang gizi mikro zat besi menyebabkan
penduduk Indonesia kehilangan 40–80 juta IQ poin. Sementara itu defisiensi
yodium melenyapkan 150 juta IQ poin. Problem gizi mikro menjadi bom waktu
yang berdampak negatif bagi mutu bangsa.
Global Nutrition Report (2017) menyebutkan bahwa dua miliar populasi
dunia mengalami kekurangan gizi mikro penting. Khusus persoalan anemia
diderita oleh 613 juta orang. Di Indonesia sejumlah 48,9% wanita hamil dan
banyak remaja putri mengalami anemia.