dc.description.abstract | Isu utama pengelolaan kawasan Segara Anakan adalah terancamnya sumberdaya laguna akibat proses sedimentasi yang sangat cepat sehingga luasan perairan laguna semakin sempit, dangkal dan hutan mangrove rusak. Persoalan lain adalah konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya yang dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan orientasi pemanfaatan, yaitu orientasi konservasi berhadapan dengan orientasi ekonomi. Usaha mempertahankan kawasan sebagai daerah konservasi berhadapan dengan pemanfaatan ekonomi masyarakat, seperti tambak, lahan pertanian dan pemukiman. Tujuan penelitian ini adalah: (1)Mengidentifikasi konektivitas ekologi wilayah daerah aliran sungai (DAS), pesisir dan laut di laguna Segara Anakan; (2) Mengkaji tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya laguna Segara Anakan dan Merumuskan strategi pemberdayaan masyarat di sekitar Segara Anakan; (3) Mengkaji dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas di lahan atas (hulu) terhadap ekosistem di laguna dan pesisir; (4) Mengkaji tingkat adaptasi sosial-ekologi masyarakat di sekitar kawasan Segara Anakan; (5) Menyusun strategi pengelolaan Kawasan Segara Anakan secara terpadu dan berkelanjutan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Terdapat hubungan (konektivitas) antara sistem ekologi (tipologi sungai) dan sistem sosial di lokasi DAS Citanduy dan Segara Anakan; (2) Pada wilayah DAS bagian hulu, interaksi antara sistem ekologi dan sistem sosial kecil, karena sungai lebih banyak difungsikan sebagai penerima dampak kegiatan sosial (pertanian dan rumah tangga) dibandingkan kegiatan pemanfaatannya; (3) Pada wilayah DAS bagian hilir, interaksi antara sistem ekologi dan sistem sosial relatif lebih kuat, karena sungai selain difungsikan sebagai penerima dampak juga dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan; (4) Pada wilayah pesisir, interaksi antara sistem ekologi dan sistem sosial sangat kuat, karena terdapat ketergantungan sistem sosial terhadap sistem ekologi. Sistem sosial sangat sensitif terhadap perubahan sistem ekologi; (5) Perubahan sistem ekologi di wilayah pesisir merupakan akumulasi dari perubahan-perubahan sistem ekologi dan sosial dari wilayah hulu dan hilir DAS, serta dinamika perairan laut; (6) Masyarakat di wilayah pesisir, dan bagian hulu serta hilir, memiliki tingkat daya adaptasi dan resiliensi yang relatif sama. Pilihan adaptasi dan resiliensi masyarakat di pesisir cenderung masih terkait dengan sumberdaya alam yang tersedia karena ketersediaan sumberdaya di sekitarnya, sedangkan semakin ke hulu ketersediaan sumberdaya alam semakin terbatas sehingga mencari pola yang semakin jauh keterkaitannya dengan sumberdaya alam. Perlu dilakukan pengelolaan DAS Citanduy dan Segara Anakan dengan pendekatan pengelolaan DAS dan pesisir secara terpadu (integrated river basin, coastal and marine management/IRCOM) dan pendekatan large base ecosystem, yakni dengan memadukan semua interaksi antara sistem ekologi dan sistem sosial. Penyelesaian masalah pengelolaan DAS Citanduy dan Segara Anakan, diutamakan dengan pendekatan berbasis sistem sosial, antara lain dengan meningkatkan kesadaran (awareness) masyarakat di kawasan hulu dan hilir untuk mencegah kerusakan sistem ekologi. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui interaksi antara sistem ekologi dan sosial dari hulu hingga wilayah laut. Perlu studi lebih lanjut untuk mengetahui daya resiliensi (daya lenting) masyarakat terhadap perubahan-perubahan sumberdaya alam di wilyah hulu, hili DAS dan juga wilayah pesisir. | id |