Model Perubahan Tutupan Lahan Dengan Metode Multi Layer Perceptron dan Logictic Regression di Taman Nasional Gunung Ciremai
View/ Open
Date
2018Author
Darmawan, Agus Rudi
Saleh, Muhammad Buce
Puspaningsih, Nining
Metadata
Show full item recordAbstract
Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang ada di Provinsi Jawa Barat. TNGC ditunjuk sebagai taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober 2004. Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, kawasan hutan Gunung Ciremai merupakan hutan lindung dan hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani. Dalam pengelolaan hutan produksi, Perum Perhutani mengembangkan sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Sistem ini memperbolehkan masyarakat untuk menggarap kawasan dengan pola tumpang sari. Pengelolaan dengan sistem ini sedikit banyak mempengaruhi tutupan lahan kawasan Gunung Ciremai. Perkembangan perubahan tutupan lahan suatu wilayah dapat diketahui dengan memanfaatkan data penginderaan jauh (remote sensing) berupa citra satelit multitemporal. Perkembangan perubahan tutupan lahan sangat penting untuk diketahui, agar pola perubahan tutupan lahan dimasa datang dapat diprediksi sehingga perubahan penutupan lahan yang bersifat negatif dapat dicegah atau dikurangi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan penutupan lahan secara spasial di TNGC dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 dan menyusun pemodelan perubahan penutupan lahan di TNGC pada tahun 2016 dengan metode Multi-layer Perceptron (MLP) dan Logistic Regression (Logit) berdasarkan perubahan penutupan lahan tahun 2000–2008.
Metode pemodelan yang digunakan dalam penelitian ini adalah MLP dan Logit. Sedangkan variabel bebas yang dapat mendorong terjadinya perubahan penutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemiringan lereng, jarak dari jalan, jarak dari pemukiman, dan kepadatan penduduk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penutupan lahan di kawasan TNGC yang terjadi pada periode 2000–2008 adalah adanya peningkatan luas penutupan lahan terbuka sebesar 898.87 ha. Hal ini diikuti dengan penurunan luas penutupan hutan pegunungan, hutan tanaman dan semak masing-masing sebesar 79.59 ha, 11.06 ha dan 808.22 ha. Sedangkan penutupan lahan yang tidak mengalami perubahan adalah badan air, hutan dataran rendah, hutan sub alpine dan kawah. Selama periode tahun 2008–2016 sebanyak 6 penutupan lahan tidak mengalami perubahan, antara lain badan air, hutan dataran rendah, hutan pegunungan, hutan sub alpine, hutan tanaman dan kawah. Penurunan dan peningkatan luas hanya terjadi pada penutupan lahan terbuka dan semak masing-masing sebesar 1907.91 ha. Hasil validasi antara peta prediksi penutupan lahan metode pemodelan MLP dan Logit dengan peta penutupan lahan aktual tahun 2016, diperoleh nilai akurasi sangat baik dengan nilai kappa untuk MLP sebesar 0.8995 dan untuk Logit sebesar 0.8989, sehingga model dapat diaplikasikan untuk prediksi penutupan lahan pada tahun-tahun yang akan datang. Gunung Ciremai National Park (TNGC) is one of the nature conservation area in West Java Province. TNGC is designated as a national park based on Ministry of Forestry Decree no. 424 / Menhut-II / 2004 dated October 19, 2004. Before being designated as a national park, the forest area of Mount Ciremai was protected forest and production forest managed by Perum Perhutani. In the management of production forests, Perum Perhutani developed a Collaborative Forest Management (PHBM) system. This system allows people to work on areas with intercropping patterns. This system of land management affects the land cover of Mount Ciremai area. The development of land cover change of a region can be known by utilizing remote sensing data in the form of multitemporal satellite imagery. The development of land cover change is important to know, so that the pattern of future land cover change can be predicted and its negative land cover changes can be prevented or reduced. This study aims to examine spatial land cover changes in TNGC from 2000 to 2008 and develop a model of land cover change in TNGC by 2016 using Multi-layer Perceptron (MLP) and Logistic Regression (Logit) methods based on land cover change from 2000 to 2008.
The modeling method used in this research is MLP and Logit. The independent variables that can encourage the change of land cover used in this study are slope, the distance from the road, the distance from the settlement, and the population density.
The results show that during 2000–2008 there was 898.87 ha of open land area in TNGC which increased, followed by the decrease of mountain forest, plantations and shrubs by 79.59 ha, 11.06 ha and 808.22 ha respectively. Remaining land covers such as water bodies, lowland forests, sub alpine forests and craters did not change.During the period of 2008–2016 there was no change of six land covers including water bodies, lowland forests, mountain forests, sub alpine forests, plantations and craters. The decrease and increase of the area only occurred in the open land and shrubs by 1907.91 ha for each. The validation result between land cover prediction model of MLP and Logit modeling with actual land cover map of 2016 obtains very good accuracy value with kappa value for MLP equal to 0.8995 and for Logit equal to 0.8989. Therefore, this model can be applied for prediction of land cover in the future.
Collections
- MT - Forestry [1376]