Show simple item record

dc.contributor.advisorHarianto, Harianto
dc.contributor.advisorNurhayati, Popong
dc.contributor.authorAsmara Nala, Aditya
dc.date.accessioned2023-06-21T03:49:07Z
dc.date.available2023-06-21T03:49:07Z
dc.date.issued2022-06-21
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119741
dc.description.abstractKeberlanjutan bisnis menjadi istilah yang semakin populer dalam kaitannya dengan pengembangan perusahaan. Dimensi sosial dan dimensi lingkungan menjadi fokus yang dianggap sama pentingnya dengan dimensi ekonomi dalam konsep keberlanjutan. Istilah triple bottom line (TBL) diperkenalkan sebagai framework penting untuk mendukung tujuan keberlanjutan suatu organisasi. Dalam konteks bisnis manufaktur, integrasi framework TBL bahkan bisa diterapkan sejak tahapan seleksi pemasok, sebagai mekanisme license-to-enter pemasok dalam ekosistem bisnis perusahaan. Dalam kaitannya dengan pemasok, setiap tahunnya PT Tirta Investama mengalokasikan valuasi pembelanjaan yang besar untuk pemasok. Hal ini menuntut ketepatan tinggi dalam hal seleksi pemasok. Saat ini, masih terdapat ketimpangan pada hasil evaluasi global (HEG) untuk menyeleksi pemasok di PT Tirta Investama ditinjau dari ketiga perspektif TBL. Secara singkat, instrumen eksisting saat ini belum mampu mengelaborasi framework TBL secara integratif untuk menyeleksi pemasok. Implikasinya, pemasok yang terpilih berisiko tidak mampu mendukung keberlanjutan bisnis secara optimum. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan kriteria TBL dalam formulasi keputusan seleksi pemasok di PT Tirta Investama saat ini; menentukan kriteria penilaian yang diperlukan dalam framework TBL untuk menyeleksi pemasok secara tepat, dan; menyeleksi pemasok di PT Tirta Investama dengan menggunakan kriteria penilaian terintegrasi TBL. Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Investama yang berkedudukan di Gedung RDTX Place, Jl. Prof. DR. Satrio No. 17 Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2023 hingga April 2023. Untuk mengetahui penggunaan kriteria TBL dalam formulasi keputusan seleksi pemasok di PT Tirta Investama, peneliti menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan 4 orang divisi procurement di PT Tirta Investama. Penentuan kriteria penilaian yang diperlukan dalam framework TBL untuk menyeleksi pemasok dilakukan berdasarkan data sekunder dan data primer yang dikumpulkan. Data sekunder diperoleh melalui systematic literatur review terhadap 45 jurnal terbitan tahun 2012 hingga 2023 yang membahas mengenai kriteria seleksi pemasok. Selain itu, data primer diperoleh melalui focus group discussion (FGD) berbasis data sekunder di atas dengan melibatkan 10 pakar dari 5 divisi di PT Tirta Investama. FGD ditujukan untuk memilah kriteria dan meninjau relevansi serta menentukan indikator penilaian dari kriteria tersebut. Untuk menyeleksi pemasok, setiap pakar dalam FGD kemudian menjustifikasi skala fundamental untuk masing-masing kriteria dalam perbandingan berpasangan terhadap objek seleksi untuk analisis AHP. Adapun pemasok yang digunakan sebagai objek penelitian merupakan 3 pemasok besar dari masing-masing kategori material di 4 kategori material utama. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada dasarnya, PT Tirta Investama sudah memasukkan ketiga perspektif TBL dalam instrumen seleksi eksisting. Namun demikian, ketiga perspektif tersebut tidak secara integratif memiliki implikasi terhadap hasil seleksi pemasok. Secara faktual, hasil seleksi pemasok untuk v penentuan alokasi belanja hanya ditentukan oleh 4 kriteria dari perspektif ekonomi, yaitu harga, defect rate, kapasitas produksi, dan kepatuhan maintenance. Penggalian ekspektasi lintas divisi, penentuan kriteria seleksi yang relevan, dan penetapan indikator yang jelas menghadirkan 13 kriteria penilaian terintegrasi TBL dengan 20 indikator untuk menyeleksi pemasok secara tepat. Seleksi pemasok yang dilakukan berdasarkan 13 kriteria penilaian dan 20 indikator ini menghasilkan urutan peringkat pemasok dari setiap kategori material dengan profil performanya masing-masing. Untuk memastikan konsistensi cara penilaian dan mendukung penguatan tujuan keberlanjutan bisnis, PT Tirta Investama perlu menstandarisasi prosedur penilaian pemasok berbasis lintas divisi yang berdasarkan indikator-indikator seleksi dalam penelitian ini. Standarisasi prosedur diperlukan untuk memberikan jaminan reliabilitas evaluasi performa kepada para pemasok. Selain itu, PT Tirta Investama juga perlu menyelaraskan keputusan alokasi pembelanjaan dan program pengembangan pemasok berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh. Tanpa penyelarasan dengan keputusan alokasi pembelanjaan, PT Tirta Investama berisiko terus menghasilkan pembelanjaan tidak efektif yang menggerus kesehatan anggaran sekaligus mengancam tujuan keberlanjutan bisnis. Hal ini diperparah apabila program pengembangan pemasok juga tidak berfokus pada satu atau lebih kriteria yang seharusnya paling diperhatikan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleIntegrasi Triple Bottom Line dalam Seleksi Pemasok di PT Tirta Investamaid
dc.title.alternativeIntegration of Triple Bottom Line in Supplier Selection Process at PT Tirta Investamaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAHPid
dc.subject.keywordBusiness Sustainabilityid
dc.subject.keywordSupplier Selection Criteriaid
dc.subject.keywordTriple Bottom Lineid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record