Integrasi Triple Bottom Line dalam Seleksi Pemasok di PT Tirta Investama
Date
2022-06-21Author
Asmara Nala, Aditya
Harianto, Harianto
Nurhayati, Popong
Metadata
Show full item recordAbstract
Keberlanjutan bisnis menjadi istilah yang semakin populer dalam kaitannya
dengan pengembangan perusahaan. Dimensi sosial dan dimensi lingkungan
menjadi fokus yang dianggap sama pentingnya dengan dimensi ekonomi dalam
konsep keberlanjutan. Istilah triple bottom line (TBL) diperkenalkan sebagai
framework penting untuk mendukung tujuan keberlanjutan suatu organisasi. Dalam
konteks bisnis manufaktur, integrasi framework TBL bahkan bisa diterapkan sejak
tahapan seleksi pemasok, sebagai mekanisme license-to-enter pemasok dalam
ekosistem bisnis perusahaan. Dalam kaitannya dengan pemasok, setiap tahunnya
PT Tirta Investama mengalokasikan valuasi pembelanjaan yang besar untuk
pemasok. Hal ini menuntut ketepatan tinggi dalam hal seleksi pemasok. Saat ini,
masih terdapat ketimpangan pada hasil evaluasi global (HEG) untuk menyeleksi
pemasok di PT Tirta Investama ditinjau dari ketiga perspektif TBL.
Secara singkat, instrumen eksisting saat ini belum mampu mengelaborasi
framework TBL secara integratif untuk menyeleksi pemasok. Implikasinya,
pemasok yang terpilih berisiko tidak mampu mendukung keberlanjutan bisnis
secara optimum. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penggunaan kriteria TBL dalam formulasi keputusan seleksi pemasok di PT Tirta
Investama saat ini; menentukan kriteria penilaian yang diperlukan dalam
framework TBL untuk menyeleksi pemasok secara tepat, dan; menyeleksi pemasok
di PT Tirta Investama dengan menggunakan kriteria penilaian terintegrasi TBL.
Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Investama yang berkedudukan di Gedung
RDTX Place, Jl. Prof. DR. Satrio No. 17 Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sejak
bulan Maret 2023 hingga April 2023. Untuk mengetahui penggunaan kriteria TBL
dalam formulasi keputusan seleksi pemasok di PT Tirta Investama, peneliti
menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan 4
orang divisi procurement di PT Tirta Investama. Penentuan kriteria penilaian yang
diperlukan dalam framework TBL untuk menyeleksi pemasok dilakukan
berdasarkan data sekunder dan data primer yang dikumpulkan. Data sekunder
diperoleh melalui systematic literatur review terhadap 45 jurnal terbitan tahun 2012
hingga 2023 yang membahas mengenai kriteria seleksi pemasok. Selain itu, data
primer diperoleh melalui focus group discussion (FGD) berbasis data sekunder di
atas dengan melibatkan 10 pakar dari 5 divisi di PT Tirta Investama. FGD ditujukan
untuk memilah kriteria dan meninjau relevansi serta menentukan indikator
penilaian dari kriteria tersebut. Untuk menyeleksi pemasok, setiap pakar dalam
FGD kemudian menjustifikasi skala fundamental untuk masing-masing kriteria
dalam perbandingan berpasangan terhadap objek seleksi untuk analisis AHP.
Adapun pemasok yang digunakan sebagai objek penelitian merupakan 3 pemasok
besar dari masing-masing kategori material di 4 kategori material utama.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada dasarnya, PT Tirta Investama sudah
memasukkan ketiga perspektif TBL dalam instrumen seleksi eksisting. Namun
demikian, ketiga perspektif tersebut tidak secara integratif memiliki implikasi
terhadap hasil seleksi pemasok. Secara faktual, hasil seleksi pemasok untuk
v
penentuan alokasi belanja hanya ditentukan oleh 4 kriteria dari perspektif ekonomi,
yaitu harga, defect rate, kapasitas produksi, dan kepatuhan maintenance.
Penggalian ekspektasi lintas divisi, penentuan kriteria seleksi yang relevan, dan
penetapan indikator yang jelas menghadirkan 13 kriteria penilaian terintegrasi TBL
dengan 20 indikator untuk menyeleksi pemasok secara tepat. Seleksi pemasok yang
dilakukan berdasarkan 13 kriteria penilaian dan 20 indikator ini menghasilkan
urutan peringkat pemasok dari setiap kategori material dengan profil performanya
masing-masing.
Untuk memastikan konsistensi cara penilaian dan mendukung penguatan
tujuan keberlanjutan bisnis, PT Tirta Investama perlu menstandarisasi prosedur
penilaian pemasok berbasis lintas divisi yang berdasarkan indikator-indikator
seleksi dalam penelitian ini. Standarisasi prosedur diperlukan untuk memberikan
jaminan reliabilitas evaluasi performa kepada para pemasok. Selain itu, PT Tirta
Investama juga perlu menyelaraskan keputusan alokasi pembelanjaan dan program
pengembangan pemasok berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh. Tanpa
penyelarasan dengan keputusan alokasi pembelanjaan, PT Tirta Investama berisiko
terus menghasilkan pembelanjaan tidak efektif yang menggerus kesehatan
anggaran sekaligus mengancam tujuan keberlanjutan bisnis. Hal ini diperparah
apabila program pengembangan pemasok juga tidak berfokus pada satu atau lebih
kriteria yang seharusnya paling diperhatikan.
Collections
- MT - Business [1040]