dc.description.abstract | Pertambahan penduduk secara signifikan akan memengaruhi kemampuan
bangsa untuk menyediakan pangan, layanan kesehatan, pendidikan dll.
Oleh sebab itu, seluruh elemen bangsa harus bersiap diri untuk menyambut
lahirnya bayi-bayi baru yang mungkin akan mewarisi segala persoalan sosialekonomi,
kesehatan, dan masalah gizi yang kini sedang kita hadapi.
Mencermati transisi demografis yang terjadi secara global, maka kita bisa
mengetahui bahwa sampai tahun 1800 total populasi dunia hanya sekitar
1 miliar orang. Sampai dengan abad ke 18, penduduk dunia mempunyai laju
pertambahan yang sangat lambat. Hal ini disebabkan oleh kematian yang
tinggi akibat perang, wabah, dan kelaparan.
Pada masa tersebut, industri belum menjadi tulang punggung ekonomi
negara, pertanian belum modern, dan pelayanan kesehatan masih sangat
kurang. Produksi pangan sering tidak mencukupi kebutuhan manusia
sehingga kelaparan terjadi. Sampai-sampai Malthus sebagai ilmuwan pemikir
begitu pesimis terhadap nasib umat manusia karena pertumbuhan penduduk
mengikuti deret ukur, sementara produksi pangan mengikuti deret hitung.
Pada fase awal transisi demografis ini juga ditandai dengan tingginya angka
kelahiran. Keluarga berencana belum muncul dan setiap orang berpikir untuk
beranak banyak agar ada yang tersisa hidup sampai dewasa dan menggantikan
orang tuanya. Dengan angka kelahiran tinggi dan angka kematian juga tinggi,
maka secara keseluruhan pertumbuhan penduduk relatif lambat.
Memasuki abad 19, laju kematian mulai dapat ditekan. Kemajuan
di bidang kesehatan dapat mengurangi kematian secara nyata akibat wabah
maupun infeksi. Negara-negara Eropa dan Amerika telah lebih dahulu
memasuki fase kedua ini, sementara negara-negara sedang berkembang agak
tertunda. Pada periode ini, laju kelahiran masih sangat tinggi sehingga secara
keseluruhan pertambahan penduduk dunia berlangsung cepat. Diperkirakan
pada tahun 1900 populasi dunia telah mencapai 1,7 miliar. dst ... | id |