Populasi Cendawan Pascapanen dan Kandungan Aflatoksin B1 pada Salai Patin Produksi Pengolah di Kabupaten Kampar, Propinsi Riau
View/ Open
Date
2010Author
Yoosianti, Tri Indah
Dharmaputra, Okky Setyawati
Ahmad, Usman
Santoso
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan utama dari pengasapan ikan adalah untuk memberikan aroma
khas ikan asap dan memperpanjang umur simpan. Efek pengawetan tersebut
berasal dari senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam asap dan
penurunan kadar air ikan akibat pemanasan selama proses pengasapan. Efek
penghambatan mikrob akan menurun seiring dengan lamanya waktu
penyimpanan. Adanya mikrob xerofilik turut mengancam keamanan pangan serta
daya simpan ikan asap. Salai patin merupakan salah satu jenis ikan asap yang
merupakan produk perikanan unggulan dan sangat potensial dari Kabupaten
Kampar, Propinsi Riau. Pada umumnya salai patin dijual di pasar tradisional
selama 2-4 minggu dengan fasilitas penyimpanan yang buruk dan tanpa
dilakukan pengemasan. Penjual menggelar salai patin dagangannya pada
tempat terbuka, sehingga salai patin dengan mudah dapat terserang oleh
cendawan, baik cendawan perusak maupun cendawan penghasil toksin. Seiring
dengan meningkatnya tuntutan konsumen terhadap jaminan keamanan pangan,
Indonesia sebagai salah satu negara penghasil dan konsumen salai patin
sebaiknya mulai menyadari akan kemungkinan adanya bahaya pada produk
tersebut yang disebabkan oleh serangan cendawan dan toksin yang
dihasilkannya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh karakteristik salai patin
produksi pengolah di Kabupaten Kampar, Propinsi Riau yang mendukung
terjadinya serangan cendawan pascapanen dan pembentukan AFB1 pada
produk tersebut, memperoleh informasi mengenai populasi setiap spesies
cendawan pascapanen dan kandungan AFB1 pada salai patin di tingkat
pengolah dan pedagang pengecer, dan menentukan spesies cendawan
pascapanen yang paling sering terisolasi dan mendominasi serangan pada salai
patin.
Metode penelitian yang digunakan dalam kegiatan ini adalah survai
lapangan dilakukan untuk melakukan wawancara dengan menggunakan
kuesioner yang ditujukan kepada dua pelaku tataniaga salai patin, yakni
pengolah dan pengecer di pasar tradisional, serta pengambilan sampel dan
pengamatan langsung di lokasi survai. Responden pengolah dan pengecer yang
diambil untuk diwawancarai ditentukan dengan menggunakan metode
pengambilan sampel secara acak (random sampling). Sampel diperoleh dari
responden yang diwawancarai dengan hanya mengambil sampel salai patin
produksi pengolah di Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Sampel salai patin di
tingkat pengecer diambil sebanyak 44 sampel yang diperoleh dari 39 pengecer
yang berada di 7 pasar di Kabupaten Kampar dan 8 pasar di Kota Pekanbaru,
Propinsi Riau. Sampel salai patin di tingkat pengecer diambil sebanyak 44
sampel yang diperoleh dari 39 pengecer yang berada di 7 pasar di Kabupaten
Kampar dan 8 pasar di Kota Pekanbaru, Propinsi Riau. Parameter uji dalam
penelitian ini adalah kadar air, aktivitas air (aw), kadar abu, kadar lemak, kadar
protein, pH, suhu dan kelembaban relatif (RH) ruang penyimpanan, populasi
cendawan dan kandungan aflatoksin B1.....dst
Collections
- MT - Agriculture Technology [2274]