dc.description.abstract | Indonesia termasuk tiga besar negara yang memiliki biodiversitas tertinggi di dunia. Potensi kekayaan hayati yang dimilikinya sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan potensi tersebut dapat memberikan kontribusi yang positif pada aspek kehidupan, salah satunya adalah potensi tanaman obat (herbal) untuk kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan. Kepel (Stelechocarpus burahol (BI.) Hook f. & Thoms) adalah tanaman yang digunakan secara tradisional sebagai deodoran. Deodoran adalah sediaan yang dapat mengurangi bau badan. Konsumsi buah Kepel telah digunakan oleh masyarakat tradisional untuk memberikan aroma wewangian dan menghilangkan bau urine, feses dan keringat. Publikasi seputar khasiat tersebut belum ditemukan. Sejauh ini Kepel dan tanaman takson famili yang sama, yaitu Annonaceae, telah diteliti potensi antioksidannya
Bau pada tubuh manusia dan bau yang diemisikan dari ekskreta seperti feses dan urin memberikan ketidaknyamanan yang dapat mengurangi interaksi sosial dan lebih lanjut menjadi faktor predisposisi terhadap gangguan pernafasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tanaman Kepel sebagai deodoran.
Penelitian khasiat Kepel sebagai Deodoran diawali dengan proses pengambilan bahan berupa daun dan buah, dilanjutkan dengan uji-uji penapisan dan lanjutan. Secara umum penelitian ini terdiri dari 2 metode pengujian, yaitu pengujian Kepel sebagai deodoran topikal dan oral. Setiap pengujian terdiri dari uji penapisan dan uji lanjutan. Uji penapisan deodoran topikal adalah uji antimikroba (antibakteri) ekstrak Kepel terhadap S.epidermidis menurut teknik dilusi mikro yang dikembangkan. Ekstrak yang memberikan hasil terbaik dipisahkan dengan teknik KLT.
Spot yang terpisah dengan pelarut KLT dilanjutkan dengan KLT preparatif (KLTP). Spot yang diperoleh dari KLTP tersebut diuji kembali aktivitas antimikrobanya untuk memperoleh senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi terbaik sebagai deodoran topikal. Spot dengan nilai Rf KLT mendekati senyawa proantosianidin diuji lanjutan secara in vivo, mengingat senyawa deodoran oral memiliki kandungan proantosianidin.
Uji penapisan farmakologis deodoran oral yang dikembangkan adalah uji adsorbsi amonia (NH3), metil merkaptan (CH3SH) dan uji aktivitas bifidobakter secara in vitro. Sampel yang memberikan hasil yang terbaik, dilanjutkan untuk uji in vivo pada hewan tikus dengan parameter kandungan amonia, trimetil amin, fenol dan populasi Bifidobakter dalam feses. Uji penapisan farmakologi menunjukkan ekstrak etanol daun Kepel sebagai antibakteri terbaik terhadap Staphylococcus epidermidis dengan konsentrasi bakteriostatik dan bakterisida mencapai 1 dan 2 mg/ml secara berturut-turut. Lebih lanjut ekstrak dipisahkan dengan teknik kromatografi lapis tipis (KLT).....dst | id |