Show simple item record

dc.contributor.advisorSoerianegara, Ishemat
dc.contributor.advisorManan, Syafii
dc.contributor.advisorWiroatmodjo, Joedojono
dc.contributor.authorSilalahi, Sahala Bistok
dc.date.accessioned2023-06-11T14:05:54Z
dc.date.available2023-06-11T14:05:54Z
dc.date.issued1979
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118771
dc.description.abstractTujuan penelitian ini untuk melihat tahapan perkembangan tata guna lahan yang sudah dicapai beberapa wilayah di pedesaan pulau Sumatera dengan jumlah manusia tertentu, di mana sebagian besar masyarakatnya hidup dengan profesi petani. Metoda penelitian dilakukan dengan sistem jalur atau transek, di mana ditarik garis lurus dari puncak gunung atau bukit yang dijumpai di daerah aliran yang terpilih sebagai contoh. Kemudian pada jalur ini diamati hubungan antara fisiografi, tanah, persediaan lahan, penyebaran penduduk, profesi penduduk dan pengusahaan lahan. Dari transek dibuat gambaran penampangnya yang menunjukkan hubungan dari variabel-variabel tersebut di atas. Jalur-jalur contoh yang diperiksa terdiri dari 12 daerah aliran sungai, tersebar di seluruh propinsi di Pulau Sumatera, di mana terdapat sungai-sungai yang bermuara ke pantai timur dan ada yang ke pantai barat. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perkembangan tata guna lahan sangat dipengaruhi oleh fisiografi setempat. Pada fisiografi yang paling menguntungkan, yaitu pada kemampuan lahan terbaik, dijumpai intensitas penggunaan lahan tertinggi dan merupakan pula tempat pemusatan penduduk. Di daerah-daerah yang penduduknya bersawah, pusat kegiatan dijumpai pada ketinggian 5-50 m, sedang bila penduduk mengusahakan karet pusat kegiatan dijumpai pada ketinggian 10-200 meter. Tetapi intensitas kegiatan tertinggi pada umumnya terletak antara 5-500 meter. Walaupun demikian di beberapa tempat dijumpai perkecualian, seperti di bagian atas daerah aliran sungai Asahan (sekitar danau Toba), bagian atas daerah aliran sungai Wampu di dataran tinggi Karo dan di lembah Batang gadis. Di daerah-daerah itu dengan letak ketinggian yang lebih tinggi dijumpai lagi intensitas penggunaan lahan yang tinggi dengan pemusatan penduduk. Adanya perkecualian ini terutama disebabkan terdapatnya pengulangan fisiografi yang menguntungkan pada lokasi yang lebih tinggi. Kota-kota Banda Aceh, Tanjungbalai dan Tanjungkarang terletak di pemusatan penduduk paling tinggi. Selain merupakan pusat kegiatan ekonomi di daerah itu, juga sebagai pusat pemerintahan. Tetapi faktor kegiatan mana yang paling dominan pengaruhnya, perlu penelitian lebih lanjut. Perkembangan tata guna lahan yang sudah dicapai oleh masing-masing daerah aliran adalah: tahapan B-C untuk dst. …id
dc.language.isoidid
dc.titlePenyebaran penduduk dan perkembangan tata guna lahan di pulau Sumateraid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordTata guna lahanid
dc.subject.keywordTransekid


Files in this item

No Thumbnail [100%x80]

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record