Status kerentanan nyamuk Aedes aegypti terhadap insektisida malation di Kota Surabaya
View/Open
Date
2010Author
Agustinus H.B.
F.X. Koesharto
Soviana, Susi
Metadata
Show full item recordAbstract
Penyakit Demam Berdarah Dengue telah lama menjadi masalah kesehatan
di beberapa negara Asia khususnya di Indonesia dengan angka kesakitan dan
kematian tetap tinggi setiap tahun terutama pada golongan anak-anak.
Pada tahun 1968 sejak ditemukan kasus demam berdarah di Jakarta dan
Surabaya, sebanyak 58 orang menderita dan meninggal 24 orang (CFR 41,3%).
Sampai sekarang penyakit ini telah menyebar di seluruh provinsi di Indonesia
dengan jumlah kasus pada tahun 2005 mencapai 95,279 kasus, tahun 2006 kasus
114,656 dan tahun 2007 mencapai 123,828 kasus (Dep.Kes. RI. 2008). Keadaan ini
erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin
lancarnya hubungan transportasi.
Kota Surabaya yang terdiri atas 31 kecamatan dengan 163 kelurahan adalah
merupakan satu kota di Indonesia dengan jumlah penduduk padat, permukiman
padat serta mobilitas yang tinggi, sejak tahun 2005 sampai dengan 2008 jumlah
kasus demam berdarahdan angka kematian secara berturut-turut sebesar 2568
kasus, kematian 33 orang (CFR 1,28%), 4187 kasus dengan kematian 22 orang
(CFR 0,52%), 214 kasus dengan kematian 25 orang (CFR 0,78%) dan 2169 kasus
dengan kematian 10 orang (CFR 0,51%).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi status kerentanan nyamuk
Aedes aegypti terhadap insektisida malation di Kota Surabaya. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi dasar dalam hal penanggulangan penyakit
demam berdarah dengue dengan pengasapan (fogging) yang lebih efektif dan
efisien.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2009.
Pengumpulan larva nyamuk pada tempat penampungan air dalam beberapa sampel
rumah di daerah dengan endemisitas rendah, sedang dan tinggi, selanjutnya larva di
indentifikasi dan di kirim ke Insektarium PEK-IPB. Di tempat ini, larva dipelihara
(rearing) sampai diperoleh nyamuk dewasa generasi F3. Nyamuk generasi F3 ini g
dilakukan uji toleransi dengan standar WHO dengan waktu kontak 5, 15, 30, 45
dan 60 menit dengan tiga ulangan, setiap perlakuan menggunakan impregnated
paper malation 5%. Sebagai pembanding digunakan nyamuk dewasa A. aegypti
generasi F74 Strain Liverpool yang ada di Insektarium PEK-IPB. Analisis data
menggunakan regresi Anova dan Analisa probit serta Uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kematian nyamuk Aedes
aegypti pada kasus tinggi diperoleh persamaan regresi (Y)= - 6,870 + 1,404 (x)
dengan nilai R2 = 78,3%, pada kasus sedang (Y) =3,80 + 1,920 (x) dengan nilai R2
= 78,2%, pada kasus rendah (Y) = 30,05 +1,439 (x) dengan nilai R2 = 69,3%, pada
taraf kepercayaan 95%, lama kontak berpengaruh nyata terhadap kematian
nyamuk. Hasil analisis probit diperoleh waktu kematian 50% (LT50) nyamuk pada
kasus tinggi 37,242, kasus sedang 18,812 dan kasus rendah 10,868. Sedangkan
nilai RR95 pada kasus tinggi, sedang dan rendah berturut-turut adalah 5,576, 1,373
dan 1,205, dapat disimpulkan bahwa pada ketiga lokasi tersebut dengan nilai RR95
<10 belum terindikasi resisten, tetapi sudah mengarah ke toleran (pada kasus
tinggi) dengan persentase kematian 85%.
Pelaksanaan fogging harus sesuai dengan tata laksana yang telah ditetapkan,
(siklus pengasapan I dan II) sehingga efektifitas dan efisiensi insektisida malation
seperti yang diharapkan, serta perlu rotasi insektisida yang dipergunakan.
Collections
- MT - Veterinary Science [934]