Disparitas Regional dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat Era Otonomi Daerah
View/Open
Date
2023Author
Syahrial
Hakim, Dedi Budiman
Purnamadewi, Yeti Lis
Metadata
Show full item recordAbstract
Dalam era otonomi daerah (2006-2012), Sumatera Barat mengalami
perkembangan ekonomi dan sosial yang mengesankan. Pertumbuhan ekonomi
Sumatera Barat relatif tinggi, lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi Pulau
Sumatera dan nasional. Disamping itu, dalam kurun waktu tersebut nilai Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan belanja infrastruktur Sumatera Barat cenderung
meningkat. Namun demikian, data Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
(KPDT 2013) menunjukkan bahwa terdapat 67 persen kabupaten di Sumatera Barat
yang masih tergolong daerah tertinggal. Hal ini mengindikasikan adanya
ketimpangan ekonomi antar wilayah yang cukup besar di provinsi tersebut.
Indikasi tersebut juga terlihat dari fakta bahwa sebagian besar (lebih dari 50 persen)
kabupaten di Sumatera Barat mempunyai pendapatan perkapita maupun
pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil daripada di tingkat provinsi. Dalam hal ini
menjadi penting mengembangkan perekonomian daerah tertinggal untuk
memperkecil ketimpangan antar wilayah. Banyak hasil studi menunjukkan bahwa
pembangunan IPM, infrastruktur dan perekonomian sektoral mempunyai peranan
penting dalam memajukan pertumbuhan ekonomi wilayah.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka tujuan dari
studi ini adalah (1) Menganalisis tingkat perkembangan ekonomi sektoral, (IPM)
dan Rasio Belanja Infrastruktur (RBI) (2) Mengkaji perkembangan tingkat
ketimpangan pembangunan antar wilayah serta (3) Menganalisis besarnya dampak
IPM, RBI dan PDRB sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah di era
otonomi di Provinsi Sumatera Barat dan daerah tertinggal khususnya.
Terdapat beberapa metode analisis dalam menjawab tujuan studi tersebut
dan data yang digunakan berupa data sekunder. Untuk menganalisis tingkat
perkembangan ekonomi sektoral digunakan Indeks Diversitas Entropi, sementara
untuk untuk mengkaji ketimpangan pembangunan antar wilayah digunakan Indeks
Williamson. Selanjutnya untuk melihat dampak PDRB sektoral, IPM dan Rasio
Belanja Infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi digunakan model
ekonometrik data panel. Data panel yang digunakan mencakup data tahunan time
series tahun 2004-2012 dan data cross section dari seluruh kabupaten (19
kabupaten) di Sumatera Barat.
Hasil studi menunjukkan bahwa peluang perkembangan aktivitas ekonomi
sektoral di semua kabupaten/kota di Sumatera Barat, baik untuk daerah tertinggal
maupun tidak tertinggal masih didominasi oleh sektor pertanian dimana dominansi
sektor pertanian di daerah tertinggal relatif tinggi. Meskipun pertumbuhan sektor
pertanian relatif rendah, namun di wilayah daerah tertinggal kontribusi sektor
tersebut terhadap PDRB cenderung meningkat dan sebaliknya dengan sektor
industri; keadaan sebaliknya di wilayah daerah tidak tertinggal. Secara umum,
kabupaten/kota di wilayah daerah tidak tertinggal memiliki peluang lebih besar
terhadap tingkat kemerataan perkembangan semua sektor dibandingkan kabupaten
di wilayah daerah tertinggal. dst ..
Collections
- MT - Human Ecology [2275]