dc.description.abstract | Permintaan kebutuhan susu nasional sampai sekarang masih belum bisa terpenuhi oleh produksi susu lokal. Rendahnya produksi susu dapat diakibatkan oleh faktor genetik ternak perah dan kualitas pakan. Hijauan Makanan Ternak (HMT) adalah pakan yang sangat penting bagi ternak perah. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan HMT adalah jagung, namun ketersediannya di lapangan masih tergantung musim dan terkendala oleh alih guna lahan yang semakin meningkat. Penerapan teknologi silase dapat membantu ketersediaan HMT yang dilakukan saat HMT melimpah dan menggunakannya saat HMT di lapangan terbatas. Penerapan teknologi silase dalam pengawetan HMT masih memiliki kekurangan yaitu adanya kerusakan nutrien dan vitamin akibat aktivitas degradabilitas mikroba. Upaya dalam peningkatan kualitas silase tersebut adalah dengan suplementasi Maize Hydroponic Fodder (MHF). Peternakan sapi perah sering dikatakan sebagai sumber pencemaran akibat kotoran ternak yang langsung dibuang ke lingkungan, oleh karena itu diperlukan pengolahan, salah satunya dengan biogas. Penerapan biogas di peternak kurang berkembang karena kurangnya profit yang diterima oleh peternak, sehingga diperlukan pemanfaatan produk samping yaitu bioslurry yang dapat dijadikan sebagai pupuk organik cair tanaman salah satunya MHF. Produksi biomassa MHF dipengaruhi oleh media tanam dan lingkungan. Kualitas MHF sendiri perlu diketahui melalui utilitas pemanfaatan pada ransum ternak. Penambahan suplemen berupa MHF pada pakan sapi perah bertujuan meningkatkan kandungan protein pakan sehingga tingkat fermentasi dalam rumen dapat meningkat yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan produksi dan kualitas susu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua perlakuan yaitu R0 adalah perlakuan kontrol, yaitu sapi perah yang diberi pakan rumput gajah, konsentrat, dan silase jagung. Perlakuan kedua adalah R1 yaitu sapi perah yang diberi pakan sama dengan perlakuan R1 dan ditambah 7% (bahan kering) MHF dari jumlah total ransum yang diberikan. Peubah yang diamati adalah kualitas bioslurry, produksi dan kualitas MHF, konsumsi pakan, konsumsi nutrien, kecernaan nutrien, kecernaan energi, keseimbangan nitrogen, produksi dan kualitas susu sapi perah. Kualitas bioslurry yang digunakan pada penelitian ini relatif baik, namun dalam pemanfaatannya masih harus dicampur dengan pupuk mineral. Produksi biomassa MHF yang dihasilkan adalah dua kali lipat dari berat tanam, sedangkan kualitas biomassa MHF cukup baik jika dibandingkan dengan biji jagung. Terdapat peningkatan kandungan protein sebesar 2.38%, dan serat kasar sebesar 3.75%. Pemberian MHF pada sapi perah laktasi tidak mengurangi jumlah konsumsi jenis pakan lainnya, sedangkan konsumsi nutrien meningkat yang meliputi bahan kering, bahan organik, protein kasar, lemak kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen yaitu 1.01%, 0.88%, 0.12%, 0.003%, dan 0.81% secara berurutan dari perlakuan kontrol.
v
Kecernaan nutrien pada sapi perah R1 sama dengan perlakuan R0, atau dapat dikatakan pemberian MHF tidak menurunkan kecernaan nutrien. Konsumsi energi sapi perah perlakuan R1 lebih tinggi yaitu 12.99 ± 0.063 kg e-1 h-1 dibandingkan dengan R0 yaitu 11.98 ± 0.295 kg e-1 h-1. Konsumsi nitrogen sapi perah R1 lebih tinggi yaitu 318.3 ± 2.3 g e-1 h-1 dibandingkan dengan R0 yaitu 259.9 ± 3.5 g e-1 h-1. Berbanding lurus dengan konsumsi nitrogen, ekskresi nitrogen urin R1 juga lebih tinggi yaitu 84.4 ± 14.9 g e-1 h-1 dibandingkan dengan R0 yaitu 54.4 ± 4.9 g e-1 h-1. Pemberian MHF dapat mempertahankan persistensi produksi susu pada akhir masa laktasi, yang terlihat dari nilai selisih antara produksi susu awal dan akhir yang lebih rendah pada R1 dibandingkan dengan R0 yaitu masing-masing sebesar 1.49 ± 1.16 dan 1.82 ± 1.38 l e-1 h-1. Kualitas susu sapi perah R0 dan R1 secara umum telah memenuhi standar kualitas susu murni untuk dikomersialkan berdasarkan SNI pada kandungan laktosa, lemak, protein, dan total solid. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa bioslurry memiliki kualitas nutrien yang cukup baik sebagai media penanaman MHF yang menghasilkan rata-rata biomas sebesar 2 kali lipat dari berat tanam. Suplementasi MHF yang diberikan dapat meningkatkan konsumsi bahan kering, konsumsi energi, konsumsi nitrogen, tidak menurunkan kecernaan nutrien dan dapat mempertahankan persistensi produksi susu pada masa akhir laktasi, namun belum dapat meningkatkan kualitas susu sapi perah. | id |