Proyek distribusi konsumsi kalori menurut kelompok-kelompok pendapatan di Indonesia tahun 1990
View/ Open
Date
1979Author
Hutabarat, Pos M
Sinaga, Rudolf S.
Sayogyo, Sayogyo
Dixon, John
Montgomery, Roger
Soejono, Irlan
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk memproyeksikan tingkat konsumsi distribusi kalori di Indonesia sampai tahun 1990 yang dihubungkan dengan tingkat pendapatan penduduk. Sumber data utama adalah Survey Sosial Ekono mi Nasional (SUSENAS) tahap V tahun 1976 yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik. Metoda proyeksi menggunakan regressi sederhana dari hubung an antara tingkat konsumsi kalori dengan pendapatan. Mengingat adanya kemungkinan kekurangan pencatatan konsumsi kalori terutama pada penduduk berpendapatan rendah maka dilakukan penyesuaian terhadap data asli SUSENAS (pendekatan I). Penyesuaian berupa penambahan kalori sebesar 10 - 20 persen terhadap konsumsi dibawah 1 900 kalori perkapita sehari (pendekatan II). Hasil utama penelitian secara singkat dapat dilihat dalam tabel I. Rata-rata konsumsi kalori meningkat lebih cepat bila dibandingkan antara distribusi pendapatan yang membaik dengan distribusi yang memburuk. Dengan distribusi pendapatan yang membaik maka angka Gini konsumsi kalori semakin kecil selain waktu yang dibutuhkan agar semua penduduk mengkonsumsi kalori diatas rekomendasi semakin berkurang bila dibandingkan dengan alternatif distribusi pendapatan yang memburuk. Beras rata-rata mendukung 58.7% dari total konsumsi kalori di Indone- sia pada tahun 1976. Rata-rata konsumsi beras adalah 114.2 kg perkapita setahun. Diperkirakan konsumsi beras masih terus akan meningkat Sampai angka konsumsi 163.2 kg perkapita. Peranan bahan makanan jagung sebesar 6.0% dan ubi-ubian sebesar 10.6% dari total konsumsi kalori. Harga kalori di Indonesia rata-rata Rp. 57/1 000 kalori dimana kalori yang berasal dari ubi-ubian paling murah (Rp 19) dan yang termahal berasal dari telur dan susu (Rp 377/1 000). Penduduk berpengeluaran terendah membayar Rp 37 untuk setiap 1 000 kalori yang dikonsumsi sedangkan penduduk berpengeluaran tertinggi membayar Rp 112 untuk jumlah kalori yang sama. Jumlah penduduk yang mengkonsumsi kalori dibawah tingkat rekomendasi sebanyak 79.9 juta (61.4%) tahun 1976. Jumlah tersebut akan berkurang men jadi 68.2 - 75.9 juta (39.1% - 43.5%) dengan distribusi pendapatan memburuk dan 38.0 56.0 juta (21.8% -32,1%) dengan distribusi pendapatan yang membaik pada tahun 1990. Untuk menutupi kekurangan kalori bagi penduduk miskin diperlukan tam- bahan sebanyak 26.7 milyar kalori sehari atau 10.7% dari konsumsi total yang senilai dengan 5.1% GDP tahun 1976. Kekurangan kalori tersebut senilai dengan 2.67 juta ton beras. Dengan pendekatan II, jumlah kekurangan kalori sebesar 11.1 milyar sehari atau 4.1 dari total konsumsi yang senilai dengan 1.7% dari GDP. Jumlah kekurangan tersebut senilai dengan 1.11 juta ton beras. Penelitian ini merekomendasikan bahwa untuk mempercepat perbaikan kea daan konsumsi kalori penduduk berpendapatan rendah maka perbaikan pola dis tribusi pendapatan harus segera dilakukan. Perbaikan pola distribusi pen- dapatan dilakukan melalui usaha-usaha pemerataan seperti pemerataan penda- patan, pemerataan pembangunan antar regional, antar daerah pedesaan dan kota maupun antar sektor.
Collections
- MT - Economic and Management [2971]