dc.description.abstract | Kalimantan Barat memiliki keanekaragaman tumbuhan yang kaya dengan
tingkat endemisitas tinggi, termasuk tumbuhan pewarna alami. Pemanfaatan
ragam tumbuhan sejak lama oleh masyarakat lokal menjadi khazanah kearifan
lokal yang berharga dan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, khususnya
dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai pewarna alami. Penelitian yang
komprehensif diperlukan untuk mengungkap keberadaan dan pemanfaatan jenisjenis
tumbuhan pewarna alami oleh masyarakat lokal Kalimantan Barat, serta
pengujian khasiatnya sebagai pewarna alami secara ilmiah dan terstandar.
Penelitian di Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat
sampai penulisan laporan dan publikasi dilakukan pada tahun 2019-2021. Studi
etnobotani dilakukan untuk memeroleh informasi lengkap mengenai jenis-jenis
tumbuhan pewarna yang digunakan masyarakat, cara pemanfaatannya, warna
yang dihasilkan, dan keberadaannya di alam. Penyebaran kuesioner untuk
memeroleh pengetahuan masyarakat secara umum mengenai tumbuhan pewarna
alami dilakukan di beberapa lokasi di Kabupaten Kapuas Hulu dan Ketapang.
Masing-masing lokasi dipilih sebagai representasi kota, desa dan dusun dengan
jarak relatif terhadap hutan dan tingkat pemanfaatan tumbuhan pewarna yang
berbeda. Informasi jenis-jenis tumbuhan pewarna alami yang digunakan oleh
masyarakat setempat terutama diperoleh dari responden masyarakat Dayak Iban di
Dusun Sungai Utik Kapuas Hulu. Informasi pemanfaatan tumbuhan pewarna oleh
masyarakat Melayu diperoleh dari responden di kota Ketapang. Responden dipilih
dengan kriteria mengetahui, pernah dan sampai saat ini masih menggunakan
tumbuhan pewarna alami. Pengumpulan data etnobotani keseluruhan
menggunakan teknik kuesioner, wawancara, dikombinasikan dengan pengamatan
langsung. Nilai kepentingan tiap jenis tumbuhan pewarna bagi masyarakat
setempat ditentukan dengan menghitung persentase pemanfaatan tumbuhan
pewarna di kelima lokasi, serta Nilai Guna (UV) dan Indeks Kepentingan Budaya
(ICS) di Dusun Sungai Utik sebagai masyarakat Dayak Iban yang mengelola
hutan adat dan ekowisata tenun sehingga masih menggunakan tumbuhan pewarna
dalam produksi kerajinan. Analisis vegetasi dilakukan di Hutan Adat Menua
Dusun Sungai Utik untuk mengkonfirmasi keberadaan jenis-jenis tumbuhan
pewarna tersebut di habitat alaminya dan mendapatkan INP (Indeks Nilai Penting)
masing-masing jenis. Ciri umum habitat alami tumbuhan tersebut beserta
keberadaan permudaan alamnya juga diamati sebagai bahan pertimbangan
konservasi dan budi daya jenis-jenis tumbuhan pewarna alami yang ada dengan
mengikutsertakan masyarakat setempat.
Ada 94 jenis tumbuhan pewarna yang dikenal masyarakat di Kalimantan
Barat, dan terdapat beberapa jenis yang khas hanya dikenal sebagai pewarna di
beberapa lokasi setempat. Keberadaan jenis-jenis tumbuhan pewarna alami
tersebut beragam dari rendah sampai sedang dilihat dari INP serta keberadaan
permudaan alaminya. Beberapa jenis tumbuh dan beregenerasi secara alami di
hutan, namun jenis-jenis lainnya adalah jenis semi budi daya atau jenis budi daya
yang memerlukan bantuan manusia dalam mempertahankan keberadaanya.
Tumbuhan pewarna digunakan untuk mewarnai kerajinan tenun dan anyaman,
makanan, dan bagian tubuh. Warna yang dihasilkan beragam, dan cara
pemanfaatan juga berbeda-beda. Secara umum masyarakat Kalimantan Barat
menganggap tumbuhan pewarna adalah penting, dan lebih memilih tumbuhan
pewarna dibandingkan pewarna sintetik, jika tumbuhan pewarna tersebut tersedia
di sekitar masyarakat dan dapat diambil dengan mudah.
Pengetahuan tradisional masyarakat Kalimantan Barat tentang
keanekaragaman jenis tumbuhan pewarna dan pemanfaatannya masih cukup
tinggi terutama di lokasi yang pemukimannya masih dekat dengan hutan dan jauh
dari kehidupan modern. Pada beberapa kelompok masyarakat, tingkat kepentingan
pemanfaatan tumbuhan dari sudut pandang adat dan budaya masyarakat masih
tinggi dan mereka perjuangkan penjagaannya dengan berbagai cara.
Masyarakat Dayak Iban Dusun Sungai Utik mengenal 18 jenis tumbuhan
pewarna alam, dan memeroleh jenis-jenis tumbuhan tersebut di beberapa satuan
lingkungan di Hutan Adat Menua. Masyarakat ini mengenal beberapa teknik
tenun, dan tumbuhan pewarna digunakan dalam teknik tenun ikat untuk mewarnai
benang. Masyarakat ini mengenal dan melakukan beberapa teknik dalam proses
pewarnaan tenun dan anyaman. Warna utama yang digunakan untuk tenun ikat
adalah warna merah, hitam, dan putih. Nilai UV, ICS, dan nilai INP tumbuhan
pewarna antara rendah, sedang, sampai tinggi, dan permudaan alam untuk
beberapa jenis tersedia. Masyarakat Dayak Iban Dusun Sungai Utik di Kapuas
Hulu mengelola Hutan Adat Menua. Satuan lingkungan yang dikenal masyarakat
sebagai habitat tempat tumbuhan pewarna bisa didapat antara lain rimba, hutan
lindung, damun, tembawai, engkabang, kebun karet, ladang, dan pemukiman.
Komposisi vegetasi antar satuan lingkungan tersebut memiliki kesamaan jenis
kurang dari 10%, menunjukkan keanekaragaman vegetasi yang tinggi di Hutan
Adat Menua.
Penelitian ini telah dapat menganalisis dan mensistesis karakterisasi warna
dari hasil pewarnaan menggunakan jenis-jenis tumbuhan terpilih, dan mencoba
kombinasi warna baru dan/atau penggunaan mordan hayati berdasarkan warna
yang telah ada. Jenis-jenis tumbuhan setempat yang berpotensi untuk
dikembangkan di antaranya engkerebai kayoh (Psychotria malayana, Psychotria
viridiflora), engkerebai laut (Peristrophe bivalvis), engkudu (Morinda citrifolia),
rengat kikat (Clerodendrum disparifolium), rengat padi (Indigofera suffruticosa),
manyam (Glochidion lutescens), menuang (Octomeles sumatrana), sibau
(Nephelium cuspidatum), dan entemu (Curcuma aromatica). Jenis-jenis tumbuhan
yang berpotensi dikembangkan sebagai biomordan di antaranya adalah beting
(Litsea fenestrata) dan jangau padi (Aporosa subcaudata, Aporosa antennifera).
Pengembangan pemanfaatan jenis-jenis pewarna alami di Kalimantan Barat
dilakukan berbasis masyarakat disertai kerja sama yang baik dengan badan-badan
pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Kegiatan konservasi tumbuhan
pewarna oleh masyarakat lokal sangat layak untuk didukung, dikembangkan, dan
dikuatkan dengan kerjasama antar berbagai lembaga terkait, dan secara umum
juga mendukung konservasi hutan di Kalimantan Barat. | id |