Pengaruh penyimpanan aerobik dan anaerobik terhadap biokimiawi dan fisiologi benih karet (hevea brasiliensis muel.-Arg.)
View/ Open
Date
1979Author
Darussamin, Asril
Suseno, Hari
Sadjad, Sjamsoe'oed
Noer, Anwar
Angkapradipta, P.
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan penelitian ini terutama untuk mengetahui pengaruh penyimpanan aerobik dan anaerobik terhadap metabolisma lemak, protein dan karbohidrat di dalam benih, dan pengaruhnya terhadap viabilitas benih. Benih karet yang digunakan adalah benih klon LCB 1320 dan GT 1 yang jatuh pada hari pengumpulan. Benih karet disimpan pada keadaan aerobik dan anaerobik setelah direndam selama lima hari. Pengamatan dilakukan pada waktu simpan 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 25, 30, 35, 40 dan 45 hari. Pengukuran dilakukan terhadap kandungan lemak, asam lemak bebas, gula, alkohol, protein, asam amino bebas, tingkat kebocoran gula dan asam amino dan daya berkecambah benih. Di samping itu juga diikuti perubahan protein dengan elektroforesa dan kerusakan enzim dehidrogenasa dengan uji tetrazolium selama penyimpanan. Hasil analisa menunjukkan bahwa benih yang disimpan aerobik menggunakan lemak sebagai sumber energi utama. Sedangkan pada benih yang disimpan anaerobik digunakan karbohidrat sebagai sumber energi utama dan terjadi peningkatan kandungan alkohol benih. Pada penyimpanan aerobik dan anaerobik asam lemak bebas pada saat permulaan terlihat tinggi kemudian menurun dan hampir tidak berubah sampai saat akhir penyimpanan. Penimbunan asam lemak bebas selama penyimpanan tidak terjadi. Perubahan kecil asam lemak bebas tersebut menunjukkan penampilannya sebagai senyawa antara perombakan lemak menjadi gula atau energi. Pada penyimpanan anaerobik peningkatan kandungan alkohol terjadi secara kuadratik yang diikuti oleh peningkatan kebocoran benih dan penurunan daya berkecambah benih sangat nyata. yang Hubungan peningkatan kebocoran gula dan asam amino benih dengan penurunan daya berkecambah nyata setelah 25 hari simpan. Pada saat yang sama kandungan alkohol benih mencapai maksimum. Kandungan asam amino bebas benih berubah dengan nyata salama penyimpanan aerobik dan anaerobik. Hal ini menunjukkan terjadinya perombakan dan sintesa protein baru selama penyimpanan. Pada benih karet yang disimpan dengan kandungan air tinggi perombakan dan sintesa protein terus berlangsung. Perubahan intensitas dan jumlah pita protein pada elektrofotogram benih karet selama penyimpanan menunjukkan perubahan-perubahan metabolisma dan tingkat perkembangan. Setiap tingkat perkembangan dan metabolisma di dalam benih akan membutuhkan jenis protein yang berlainan. Daya berkecambah benih pada saat permulaan rendah kemudian meningkat yang mencapai titik tertinggi pada hari ke-16. Pada penyimpanan aerobik daya berkecambah ini bertahan sampai akhir percobaan. Sedangkan pada penyimpanan anaerobik daya berkecambah menurun dengan cepat setelah hari simpan ke-20 dan mencapai nol pada hari simpan ke-25 untuk klon GT 1 dan hari ke-35 untuk benih klon LCB 1320. Perbedaan daya berkecambah kedua klon juga terlihat pada penyimpanan aerobik. Daya berkecambah benth klon GT 1 pada penyimpanan aerobik masih bertahan tetap tinggi pada hari simpan ke-45, sedangkan benih klon LCB 1320 sudah cenderung turun. Perbedaan daya berkecambah ini sesuai dengan perbedaan tingkat kebocoran asam amino, tetapi terbalik terhadap tingkat kebocoran gula. Kerusakan enzim dehidrogenasa yang diikuti dengan uji tetrazolium kelihatan meningkat selama penyimpanan. Pada penyimpanan anaerobik kerusakan lebih cepat dari pada aerobik. Hubungan daya berkecambah dengan kerusakan enzim dehidrogenasa pada benih karet klon GT 1 dan LCB 1320 belum dapat diperkirakan.
Collections
- MT - Agriculture [3782]