Dampak inklusi keuangan terhadap permintaan uang
View/ Open
Date
2017Author
Dasril, Roziana Octia
Achsani, Noer Azam
Pasaribu, Syamsul Hidayat
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian terdahulu lebih banyak berfokus pada pengaruh inklusi
keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi, pemerataan ekonomi, dan stabilitas
keuangan (Dupas dan Robinson 2009; Ashraf et al. 2006). Penelitian yang baru
berkembang saat ini menunjukkan bahwa inklusi keuangan berpengaruh terhadap
efektivitas kebijakan moneter (Atingi-Ego 2013; Mehrotra dan Yetman 2015;
2014). Akan tetapi, saat ini belum ada penelitian empiris yang secara khusus
menganalisis pengaruh inklusi keuangan terhadap permintaan uang. Padahal
stabilitas permintaan uang merupakan salah satu kunci utama dalam kebijakan
stabilitas moneter dan ekonomi. Model Baumol-Tobin menjelaskan bahwa fungsi
permintaan uang dapat dipengaruhi oleh biaya tetap pergi ke bank. Model tersebut
menyimpulkan bahwa individu akan memegang lebih banyak uang jika biaya
tetap pergi ke bank lebih tinggi, pendapatan lebih tinggi, atau jika tingkat bunga
lebih rendah. Kemudahan akses dalam layanan perbankan dapat menurunkan
biaya dengan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menarik uang.
Peningkatan inklusi keuangan akan mengurangi biaya terhadap akses ke dalam
layanan perbankan tersebut sehingga memungkinkan dapat mempengaruhi
permintaan uang di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh inklusi keuangan terhadap permintaan uang dan
menganalisis hubungan keduanya dalam jangka panjang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan panel kointegrasi untuk melihat
hubungan jangka panjang antara inklusi keuangan dan permintaan uang dan Fully
Modified Ordinary Least Square (FMOLS) dan Dynamic OLS (DOLS) untuk
mengestimasi koefisien jangka panjang. Penelitian ini menggunakan data 36
negara di dunia yang dibagi ke dalam dua kategori negara yaitu negara maju dan
berkembang dan berdasarkan empat kawasan yaitu East Asia & Pacific, Latin
America & Caribbean, Europe & Central Asia dan Africa dengan periode
pengamatan tahun 2004-2014. Tingkat inklusi keuangan masing-masing negara
dihitung dengan menggunakan indeks inklusi keuangan atau index of financial
inclusion (IFI) yang dikembangkan oleh Sarma (2008).
Hasil penghitungan IFI menunjukkan bahwa rata-rata negara maju memiliki
tingkat inklusi keuangan yang lebih tinggi dibanding negara berkembang. Hasil
estimasi DOLS menunjukkan bahwa inklusi keuangan signifikan berhubungan
negatif dengan permintaan uang pada negara maju, sementara di negara
berkembang berhubungan positif. Hasil uji kointegrasi pada negara maju
menunjukkan bahwa variabel IFI yang dimasukkan ke dalam model permintaan
uang menghasilkan hubungan jangka panjang yang lebih kuat dibanding model di
negara berkembang. Negara berkembang sebaiknya meningkatkan infrastruktur
akses ke layanan perbankan untuk meningkatkan inklusi keuangan sehingga
otoritas moneter di negara berkembang lebih dapat mengontrol stabilitas
permintaan uang melalui inklusi keuangan.
