Model Strategi Tata Kelola dalam Peningkatan Produksi dan Cadangan Migas Indonesia
Date
2023Author
Firwan Aprizal, Mohamad
Juanda, Bambang
Ratnawati, Anny
Muin, Abdul
Metadata
Show full item recordAbstract
Permasalahan produksi migas di Indonesia yang makin menurun tidak lepas dari kurangnya penemuan cadangan baru yang memerlukan investasi yang besar mengingat cadangan migas yang tersisa cukup besar namun belum banyak dieksploitasi di Indonesia. Berdasarkan analisis geologi regional sebagian besar potensi eksplorasi cadangan migas tersisa tersimpan di cekungan di area frontier dan laut dalam (offshore) walaupun daerah onshore juga masih memiliki potensi eksplorasi. Sebuah lapangan migas secara natural akan mengalami beberapa periode yang diawali dengan peiode eksplorasi, periode pengembangan dan diakhiri dengan periode penurunan produksi (declining). Periode eksplorasi dan pengembangan dalam penelitian ini dikategorikan sebagai periode Discovery & Growing sedangkan periode penurunan produksi dikategorikan sebagai periode Managing Decline. Setiap periode diatas memerlukan Investasi tersendiri dimana periode Discovery & Growing memerlukan investasi total yang terdiri dari investasi exploration, investasi development dan investasi production untuk menemukan, menaikkan dan mempertahankan produksi plateau sedangkan periode Managing Decline memerlukan investasi production yang masif untuk mengurangi laju penurunan produksi. Pemerintah Indonesia melalui SKKMIGAS mentargetkan target produksi minyak Indonesia sebesar 1 juta barel (BOPD) pada tahun 2030. Upaya pencapaian target dilakukan baik pada periode Discovery & Growing melalui upaya Transformasi Resources to Production, EOR dan Eksplorasi yang membutuhkan investasi total (investasi exploration+development+production) maupun pada periode Managing Decline melalui Optimalisasi Program Kerja di lapangan tua/mature yang membutuhkan investasi production. Temuan empiris dengan pemodelan ekonometrika menggunakan persamaan simultan dengan data panel menunjukan besaran investasi production pada periode managing decline untuk mengurangi laju penurunan produksi hingga 2030 sebesar US26MilyardenganbatasatasUS
47 Milyar sedangkan investasi total pada periode Discovery & Growing sebesar US14MilyardenganbatasatasUS
25 Milyar. Dengan demikian total investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target 1 juta barel minyak per hari di tahun 2030 adalah US40MilyardenganbatasatasUS
72 Milyar yang dimulai sejak tahun 2020. Temuan empiris juga menunjukkan bahwa variabel yang signifikan berpengaruh terhadap investasi adalah harga minyak yang berpengaruh positif yang sesuai dengan fakta di Indonesia maupun lingkup global. Variabel makroekonomi seperti inflasi, kursUSD dan suku bunga tidak signifikan namun kecenderungan pengaruhnya negatif terhadap investasi yang menunjukkan bahwa realisasi pinjaman perbankan masih kecil dan investasi didominasi oleh International Oil Company (IOC). Sesuai dengan teori Rational Expectation maka bila pinjaman perbankan ditingkatkan maka pengaruh suku bunga akan signifikan sehingga dibutuhkan kebijakan moneter yang ekspansif. Temuan empiris lain bahwa investasi exploration dan lifting tidak signifikan mempengaruhi penambahan cadangan dimana hal ini menunjukkan realisasi investasi eksplorasi masih kecil dan v belum memadai serta tingkat keberhasilan eksplorasi yang dialami Kontraktor masih rendah. Pengaruh harga minyak terhadap Indonesia dari hasil analisis distribusi revenue menunjukkan selama periode harga minyak tinggi (windfall profit) yang menyebabkan kenaikan revenue ternyata secara distribusi, revenue tidak merata dimana persentase kenaikan bagian kontraktor lebih besar dibanding bagian pemerintah sedangkan saat harga minyak rendah persentase cost recovery naik drastis yang menyebabkan bagian pemerintah tergerus lebih banyak dibanding bagian kontraktor. Simulasi cashflow menggunakan skema PSC Cost Recovery gas membuktikan solusi hal tersebut melalui penerapan split bagi hasil yang fleksibel secara sliding (sliding split) dimana saat harga minyak naik maka split bagian pemerintah dinaikkan agar distribusi revenue lebih berimbang dan disisi lain saat harga minyak rendah maka split kontraktor dinaikkan agar keekonomian kontraktor membaik. Implikasi manajerial dari penelitian ini adalah diperlukan upaya besar dari pemerintah dalam melakukan pembenahan Tata Kelola pada berbagai aspek meliputi Tata Kelola Cadangan Migas, Tata Kelola Fiskal dan Kontrak, Tata Kelola Finansial, Tata Kelola Institusional, dan Tata Kelola Birokrasi
Collections
- DT - Business [351]