dc.description.abstract | Lebah merupakan serangga penyerbuk yang dapat meningkatkan kualitas
buah. Polen merupakan benih jantan tumbuhan yang berfungsi untuk pembuahan.
Lebah memanfaatkan polen sebagai sumber pakan, khususnya protein. Polen
mengandung jenis asam amino yang berbeda yang berfungsi untuk sintesis
makanan. Peran lebah sebagai penyerbuk semakin berkurang akibat disfungsi
lahan. Pemanfatan lahan berbasis lingkungan dapat mencegah penurunan koloni
lebah.
Pencegahan dengan menggunakan pemanfaatan lahan berbasis lingkungan
dapat melestarikan alam sekitar. Pemanfaatan lahan seperti pembuatan wisata
alam mampu mempertahankan koloni lebah dan lingkungannya. Keuntungan yang
didapat dari wisata alam ini dapat dirasakan secara ekologi, ekonomi, maupun
pendidikan. Pembangunan wisata alam dengan mengutamakan kelestarian koloni
lebah dapat menarik pengunjung untuk mengetahui peranan lebah. Pengunjung
juga dapat merasakan keselarasan lingkungan. Pembangunan wisata lebah
diperlukan penataan yang memperhitungkan kondisi lingkungan tempat hidupnya.
Identifikasi polen menunjukkan sumber pakan yang diambil oleh koloni
lebah. Indentifikasi potensi wisata dibutuhkan untuk melihat fasilitas dan objek
wisata yang menarik di wisata lebah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi polen yang menjadi sumber pakan lebah berdasarkan
karakteristik dan potensi wisata lebah yang kemudian akan dibuat penataan
kawasan wisata sesuai dengan sumber pakan lebah.
Sampel polen dan potensi wisata diambil dari tungkai dan sarang lebah di
apiary Apis cerana di Kelompok Tani Hutan Wana Karya Tani Sejahtera di Desa
Buana Sakti Kelurahan Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung
Timur Provinsi Lampung. Identifikasi polen dilakukan dengan memperhatikan
karakter aperture polen, bentuk polen berdasarkan polar dan ekuatorial,
ornamentasi eksin serta ukuran polen.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima spesies dari lima famili
tumbuhan berbeda yang dimanfaatkan lebah madu sebagai sumber polen. Polen
dari sarang lebah teridentifikasi berasal dari tiga spesies tumbuhan dari tiga famili
berbeda dan dua spesies tumbuhan yang belum teridentifikasi jenisnya. Tipe
aperture polen yang ditemukan berbeda-beda sesuai dengan jenis tanaman. Tipe
polen 1-colpate dan pantoporate banyak ditemukan pada polen tungkai. Jenis
aperture tersebut juga ditemukan pada polen sarang. Spesies tanaman yang sering
ditemukan pada polen tungkai dan sarang berasal dari spesies Cocos nucifera dan
Acacia mangium. Cocos nucifera dan Acacia mangium merupakan tanaman yang
menghasilkan polen dan nektar sepanjang tahun.
Pengambilan data potensi wisata diambil melalui wawancara dan observasi
lapang. Teknik wawancaranya menggunakan Snowball. Observasi lapang
merupakan kualitatif yang biasa digunakan dalam penelitian untuk melibatkan
lingkungan sosial yang mengamati keragaman perilaku sosial sesuai dengan
peranan yang ada. Wawancara mencakup pertanyaan tentang data kondisi supply
desa, fasilitas wisata, dan objek wisata. Kondisi supply desa dilihat dari kondisi
fisik dan kondisi biologi. Data fisik berupa objek wisata air terjun, goa, batuan,
dan sungai. Data biologi berupa data tumbuhan endemik, tumbuhan langka,
tumbuhan unik, tumbuhan dominan, tumbuhan lokal, tumbuhan khas daerah, dan
tumbuhan berguna. Selain itu data satwa liar juga termasuk kedalam data biologi.
Karakteristik satwaliar diambil satwa endemik, satwa langka, satwa unik, satwa
dominan, satwa khas, dan satwa berguna.
Kondisi supply fisik desa terdapat mata air yang mengalir dari tanaman
bambu. Kondisi biologisnya dari tumbuhan terdapat tumbuhan endemik seperti
sonokeling, sisanya sebagai tumbuhan berguna. Satwaliar yang ditemukan di
hutan rakyat ditemukan dari satwa langka, dominan, khas, berguna, seperti burung
elang, kadal, burung bud-bud, dan kupu-kupu. Fasilitas wisata terdapat pintu
gerbang, warung makan, mushola, toilet, dan tempat foto. Objek wisatanya
berasal dari mata air dan lebah yang ada di hutan rakyat.
Penataan wisata lebah dilakukan berdasarkan hasil dari identifikasi polen
dan identifikasi potensi wisata lebah. Hasil yang didapatkan hasil analisis vegetasi
dan identifikasi polen berbeda. Analisis vegetasi menunjukan keanekaragaman
yang sedang, tetapi kemerataan yang rendah. Identifikasi polen menunjukan
keanekaragaman yang rendah. Hasil tersebut dapat memperbanyak jenis yang
sudah ada di hutan rakyat. Penambahan sumber pakan lebah diperlukan untuk
memperkaya keanekaragman lebah dalam mengambil polen tumbuhan. Fasilitas
wisata yang didapatkan dari hasil wawancara warga desa dapat menambahkan
luasan lahan, pembuatan outbond, kolam renang, penyediaan air sumur bor. Track
jalan untuk pejalan kaki dan sepeda, permainan anak-anak, spot foto.
Hasil penelitiaan penataan wisata lebah dapat dilakukan untuk
mendahulukan kesejateraan hidup bagi lebah dan memanfaatkan potensi wisata
yang ada. Penambahan fasilitas bisa dilakukan yang memerlukan kerjasama
antarwarga desa. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam membuat
wisata yang berbasis lingkungan. | id |