| dc.description.abstract | Melanotaenia boesemani adalah ikan hias air tawar yang sangat terkenal di
dunia. Spesies ini berasal dari Papua Barat Indonesia, mendiami dua danau
Ayamaru dan danau Uter di wilayah Kepala Burung Papua. Spesies telah
dibudidayakan oleh banyak pembudidaya Indonesia sejak tahun 1983. Indonesia
merupakan pengekspor utama spesies ini dengan nilai harga produksi diperkirakan
mencapai US$ 2.250-3.750 per minggu (data karantina ikan, komunikasi pribadi).
Hal ini telah menyebabkan meningkatnya minat konsumen untuk mengetahui
kualitas dan asal M. boesemani seperti yang dilaporkan Smith et al. (2007),
mengatakan bahwa anggota The Australia New Guinea Fishes Association
(ANGFA) tidak suka mengambil stok hasil budidaya dari Indonesia, karena sulit
untuk mengkonfirmasi keaslian rainbowfish, bahwa spesies tersebut bukan hasil
persilangan dengan spesies lain. Pemerintah Indonesia menghadapi masalah dalam
menentukan asal-usul spesies, yang sangat penting dalam menegakkan peraturan
yang bertujuan untuk mempromosikan hasil akuakultur Indonesia. Spesies M.
boesemani telah masuk dalam daftar (The Convention on International Trade in
Endangered Species / CITES), sebagai spesies yang terancam punah pada tahun
2004. Oleh karena itu penelitian ini mempunyai tiga tujuan: 1) Mengembangkan
marka DNA mikrosatelit baru spesifik famili Melanotaenia, 2) Menentukan asalusul
geografis dan keragaman genetik dari ikan pelangi (M. boesemani) yang telah
dibudidayakan di Indonesia, dan 3) Mendeskripsikan spesies baru ikan pelangi
(Melanotaeniidae) dari Kepala Burung, daerah Papua Barat Indonesia.
Pada Penelitian pertama dikembangkan 12 marka mikrosatelit untuk ikan
pelangi Melanotaenia boesemani yang terancam punah. Dua puluh delapan
individu dari Danau Ayamaru dianalisis dan semua lokus polimorfik dengan jumlah
alel per lokus bervariasi dari 3 sampai 18. Rata-rata heterozigositas yang teramati
dan heterozigositas ekspektasi masing-masing adalah 0,681 dan 0,678. Amplifikasi
antar spesies pada 21 spesies Melanotaenia, dengan nilai jumlah alel per lokus
berkisar antara 1 dan 20. Rata-rata heterozigositas yang teramati dan
heterozigositas ekspektasi bervariasi antara 0,105-0,708 dan 0,118-0,755, pada
masing-masing spesies. Sebanyak 21 nilai Fis yang kelebihan homozigot secara
signifikan di antara 264 nilai Fis dari perhitungan lokus per lokus. Pengujian
terhadap kesalahan dalam uji genotipe mengungkapkan bahwa empat dari 21 nilai
Fis signifikan dapat dijelaskan karena adanya null alel. Marka mikrosatelit yang
baru dikembangkan ini sangat handal untuk tujuan konservasi lebih lanjut, atau
studi genetik populasi dari banyak spesies ikan pelangi yang terancam punah.
Tahapan kedua dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui asal-usul M.
boesemani yang telah didomestikasi dan dibudidayakan di Indonesia. Dua belas
marka mikrosatelit yang telah dikembangkan pada penelitian pertama, digunakan
untuk menganalisis 183 sampel yang diperoleh dari pembudidaya Indonesia, dan
sampel dari pasar ikan hias di kota Montpellier Perancis, sebagai sampel komoditas..dst | id |
| dc.subject.keyword | Akuakultur, konservasi, mikrosatelit, keragaman genetik, ikan pelangi, budidaya, Melanotaeniidae, spesies baru, Papua Barat, Indonesia | id |