Show simple item record

dc.contributor.advisorDamajanti, Retno
dc.contributor.advisorWardhana, April H
dc.contributor.advisorMulatsih, Sri
dc.contributor.authorDewi, Rita Sari
dc.date.accessioned2023-05-08T03:09:57Z
dc.date.available2023-05-08T03:09:57Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117300
dc.description.abstractSurra merupakan penyakit yang disebabkan oleh haemoparasit Trypanosoma evansi (T. evansi). Penyakit ini dapat ditularkan secara vertikal dan horizontal. Penularan secara horizontal melalui gigitan lalat (Tabanidae dan Stomoxis) yang bertindak sebagai vektor mekanik. Wabah Surra terjadi di Pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 2010. Masuknya Surra ke provinsi ini diduga melalui lalu lintas ternak khususnya yang berasal dari daerah endemis (Laporan Dinas Peternakan Sumba Timur). Wabah Surra di Pulau Sumba khususnya Sumba Timur memberikan dampak ekonomi dan sosial. Pengetahuan tentang dampak ekonomi akibat Surra dan efektivitas pengendalian penyakit selama wabah di Sumba Timur akan sangat bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan masukan kebijakan pemerintah dalam mengatasi Surra lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk (i) menganalisis faktor yang mempengaruhi kejadian Surra, (ii) menghitung kerugian ekonomi akibat wabah Surra di Sumba Timur dari tahun 2010 sampai 2016, (iii) mengevaluasi kelayakan ekonomi program pengendalian Surra (2012–2015), (iv) menganalisis efektifitas metode pengobatan Surra tahun 2010 sampai 2016, (v) menganalisis pemilihan beberapa metode uji Surra berdasarkan nilai ekonominya. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuisioner semi terstruktur. Jumlah responden sebanyak 30 peternak yang ditetapkan secara multi stage sampling. Data sekunder berupa data ternak mati, ternak sakit dan populasi, sampel dan pengujian laboratorium, serta data lalu lintas ternak di dapat dari Dinas Peternakan Sumba Timur, Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar, Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor, dan Balai Karantina kelas I Kupang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kasus Surra di Sumba Timur dianalisa yaitu profil peternak, sistem peternakan, keberadaan vektor dan pengetahuan tentang Surra. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan faktor-faktor tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap kasus Surra. Dampak ekonomi wabah Surra dihitung dengan menggunakan kerangka kerja yang dikembangkan dari Rusthon et al. 1999, menghasilkan kerugian ekonomi total dengan nilai Rp25.7 milyar, yang terdiri dari biaya langsung sebesar Rp9.5 milyar (37%), biaya tidak langsung sebesar Rp11.7 milyar (46%) dan pengeluaran pengendalian penyakit sebesar Rp4.5 milyar (17%). Evaluasi ekonomi terhadap program pengendalian Surra yang dilakukan selama 2012–2015 menghasilkan B/C rasio 1.18, NPV total Rp1.488 milyar, dan IRR 50,1%, yang menunjukkan bahwa program pengendalian Surra layak karena memberikan keuntungan secara ekonomi. Efektifitas pengendalian Surra dianalisa menggunakan uji proporsi terhadap 2 metode pengobatan. Pengobatan menggunakan diminazene aceturate (kuratif) dan isometamidium chloride (preventif) tahun 2012–2016 (periode 2), memberikan dampak penurunan mortalitas dan morbiditas yang lebih besar dibandingkan pengobatan menggunakan isometamidium chloride tahun 2010–2011 (periode 1). Dampak program pengendalian Surra terhadap penurunan jumlah hewan tertular dan kematian pada kuda dan kerbau diproyeksi untuk 12 bulan ke depan. Proyeksi menggunakan analisis forecasting dengan metode dekomposisi. Berdasarkan hasil peramalan, pengendalian Surra yang telah dilakukan sejak tahun 2010 sampai 2016 berhasil menurunkan jumlah kasus Surra pada beberapa bulan ke depan. Metode uji diagnostik Surra yang sering digunakan yaitu uji parasitologi, Micro-Hematocrit Centrifugation Technique (MHCT), Card Aglutination Trypanosome Test/T. evansi (CATT), dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Evaluasi ekonomi terhadap metode uji Surra dengan analisa pohon keputusan (decision tree analysis) menggunakan software WinQSB. Hasil evaluasi menunjukkan yang memberikan Expected Monetary Value (EMV) tertinggi yaitu metode PCR sebesar Rp781.3 juta diikuti dengan MHCT dengan Rp668.4 juta. Hasil terendah yaitu WBF senilai Rp114.5 juta, sedangkan CATT/T. evansi memberikan keuntungan Rp505.5 juta. PCR merupakan metode yang paling meguntungkan dalam pengujian Surra.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcVeterinary Scienceid
dc.titleAnalisis ekonomi wabah Surra di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur-Indonesiaid
dc.title.alternativeIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordSurraid
dc.subject.keywordTrypanosoma evansiid
dc.subject.keywordEast Sumbaid
dc.subject.keywordeconomic impactid
dc.subject.keywordanalysis economiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record