dc.description.abstract | Kawasan pertambangan Gunung Pongkor merupakan kawasan ekosistem
hutan dataran rendah. Kawasan ini memiliki potensi kapasitas lanskap, potensi
keanekaragaman biofisik, potensi keanekaragaman nilai estetika visual, potensi
keanekaragaman hayati, dan potensi keberadaan obyek ekowisata untuk
pengembangan ekowisata berbasis karakter lanskap. Tujuan dari penelitian ini
adalah : 1) menganalisis karakter lanskap kawasan pertambangan Gunung
Pongkor; 2) menganalisis kondisi biofisik, estetika visual, sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat serta obyek ekowisata di kawasan pertambangan Gunung
Pongkor yang mendukung pengembangan ekowisata; dan 3) membuat model
kesesuaian lahan, model kelembagaan, dan model desain konseptual kawasan
ekowisata berbasis karakter lanskap pada pertambangan Gunung Pongkor. Metode
evaluasi kesesuaian lahan digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk
ekowisata berbasis karakter lanskap pada pertambangan Gunung Pongkor.
Interpretive structural modelling (ISM) digunakan untuk mengidentifikasi dan
menstrukturkan elemen kelembagaan pengembangan kawasan ekowisata berbasis
karakter lanskap pada pertambangan Gunung Pongkor. Metode deskriptif
kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk membuat desain konseptual kawasan
ekowisata berbasis karakter lanskap pada pertambangan Gunung Pongkor.
Dalam menentukan kesesuaian penggunaan suatu kawasan untuk ekowisata
maka perlu dilakukan penilaian perbandingan berpasangan antar komponen.
Komponen obyek ekowisata merupakan komponen yang paling penting yang
harus dipertimbangkan keberadaannya, dibandingkan dengan 3 komponen lainnya.
Komponen biofisiksosek merupakan komponen yang lebih penting dibandingkan
dua komponen lainnya. Komponen kapasitas lanskap lebih penting dibandingkan
dengan komponen estetika visual. Kawasan ini memiliki area-area yang sesuai
marginal untuk ekowisata seluas 41,4798 Ha (45,77%), area-area yang tidak
sesuai seluas 11,0768 Ha (12,22%). Terdapat area yang tidak dapat diklasifikasi
seluas 38,0613 Ha (42,00%). Hal ini menunjukkan bahwa kawasan ini didominasi
oleh area-area yang sesuai marginal untuk ekowisata.
Hampir seluruh area vegetasi baik pada landform cembung, cekung, dan
datar yang berada di ruang terbuka hijau di kawasan ini sesuai marginal untuk
ekowisata. Area perkebunan campuran pada landform cekung, cembung, dan
datar juga memberikan kontribusi menjadi area yang sesuai marginal untuk
ekowisata. Dalam hal ini, karakter lanskap di ruang terbuka hijau yang sesuai
marginal untuk ekowisata adalah penutup lahan yang berada pada landform yang
memiliki nilai estetika visual yang sangat tinggi dan merupakan tempat habitat
flora dan fauna yang indah, unik, dan dilindungi karena hampir punah, rentan,
serta kritis, serta gejala alam yang indah, unik, dan langka. Karakter lanskap di
ruang terbangun yang sesuai marginal adalah penutup lahan yang berada pada
landform yang memiliki estetika visual yang sangat tinggi dan merupakan obyek
ekowisata yang indah, unik, langka, dan dilindungi karena hampir punah, rentan,
serta kritis.
Dalam proses pengembangan kawasan menjadi kawasan ekowisata, tujuan
memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pengelolaan lingkungan dan
memberikan edukasi kepada masyarakat tentang budaya masyarakat setempat
merupakan elemen kunci. Dalam proses pengembangan tersebut, dibutuhkan
master plan dan legalitas kawasan sebagai kawasan ekowisata. Beberapa kendala
dalam proses pengembangan kawasan ini terutama belum adanya perubahan status
dari kawasan hutan menjadi kawasan ekowisata dan lemahnya pengetahuan
tentang konservasi sumberdaya alam dan lingkungan. Pelaku-pelaku kunci yang
dibutuhkan dalam proses pengembangan kawasan ini yaitu Bappedalitbangda
Kabupaten Bogor, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor, dan
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor. Keanekaragaman potensi yang ada,
mendorong diperlukannya perencanaan dan desain kawasan untuk memanfaatkan
potensi yang ada semaksimal mungkin dan menyelesaikan permasalahannya,
untuk mencapai kawasan ekowisata berbasis karakter lanskap pada pertambangan
Gunung Pongkor.
Kawasan ini direncanakan sebagai kawasan ekowisata berbasis karakter
lanskap. Zona yang direncanakan adalah zona atas yang berada pada ketinggian
570 – 670 mdpl, zona tengah yang berada pada ketinggian 490 – 570 mdpl, dan
zona bawah yang berada pada ketinggian 390 – 490 mdpl. Zona atas direncanakan
didominasi oleh ruang terbuka hijau dan ruang alami. Zona tengah direncanakan
didominasi oleh ruang terbuka dan ruang terbangun. Zona bawah direncanakan
didominasi oleh ruang terbangun, ruang terbuka, dan ruang terbuka hijau.
Berdasarkan kondisi, potensi dan permasalahan yang ada, maka kawasan
ekowisata ini terdiri dari 3 aktivitas utama yakni area-area yang berfungsi sebagai
area agrotourism, area-area yang berfungsi sebagai area geotourism, dan area-area
yang berfungsi sebagai area edutourism. Untuk melayani aktivitas ekowisata
direncanakan area yang berfungsi sebagai area pelayanan dan area penyangga
kawasan.
Konsep bentuk ruang (spatial form) adalah menggabungkan angularcircular
composite form (bentuk komposit melingkar bersudut) dengan
rectilinear-angular composite form (bentuk komposit sudut bujursangkar).
Konsep ini mendorong pergerakan lebih aktif namun santai, dimana kondisi ini
dibutuhkan oleh pengunjung untuk menikmati kawasan ekowisata. Konsep
sirkulasi yang menghubungkan antar ruang di dalam kawasan ini adalah pola garis
organik dengan karakter garis sirkulasi yang direncanakan adalah fluid. Konsep
pergerakan sirkulasi yang menghubungkan antar area didominasi dengan
pergerakan direct. Beberapa pola sirkulasi di dalam area menggunakan pola
pergerakkan angular (bersudut), sedangkan pada area vegetasi dan area alami
menggunakan pola pergerakkan meandering (berkelok-kelok | id |