Deteksi Resistansi Antibiotika dan Analisis Molekuler Gen Penyandi Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL) pada Ikan Nila di Pasar Kabupaten/Kota Bogor
LAPORAN PENELITIAN
View/ Open
Date
2022Author
Budiono, Novericko Ginger
Indrawati, Agustin
Hardiati, Aprilia
Metadata
Show full item recordAbstract
Akuakultur menyumbang sebesar 46% dari total produksi perikanan dan 52% ikan untuk
konsumsi manusia [1]. Tujuan utama akuakultur adalah untuk memaksimalkan kecepatan
pertumbuhan, intensitas produksi, dan penyediaan produk pangan yang aman dan berkelanjutan.
Akan tetapi, potensi akuakultur sebagai sumber protein hewani memiliki hambatan dengan adanya
patogen yang bersifat zoonotik seperti Aeromonas spp. [2]. Bakteri Aeromonas spp. dikenal
sebagai bakteri patogen paling berbahaya pada budidaya perikanan air tawar karena menyerang
semua stadia dan spesies ikan [3,4] dan juga dapat menginfeksi manusia [5]. Genus ini merupakan
bakteri Gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora, dan bersifat anaerobik fakultatif
[5]. Aeromonasspp. dikenal memiliki kemampuan menyebarkan resistensi antibiotika. Studi
sebelumnya melaporkan resistensi yang tinggi bakteri ini terhadap antibiotika golongan beta
laktam generasi pertama penyandi extended-spectrum beta-lactamase (ESBL). Antibiotika
tersebut digunakan secara luas untuk mengobati infeksi bakteri Gram negatif. Akan tetapi,
penggunaan antibiotika tidak tepat guna mengakibatkan kemunculan resistansi bakteri terhadap
antibiotika, termasuk golongan beta laktam. Adanya potensi penularan bakteri yang resistan
antibiotika asal produk perikanan akuakultur menjadi ancaman serius kesehatan masyarakat jika
manusia tertular melalui mekanisme kontak langsung, paparan lingkungan, atau mengonsumsi
produk perikanan. Penyebaran bakteri resistan menyebabkan peningkatan risiko kegagalan
pengobatan antibiotika pada hewan dan manusia [6]. Potensi resistansi antibiotika pada akuakultur
dapat terjadi akibat penggunaan ratusan ton antibiotika di sektor tersebut setiap tahunnya [7]. Riset
beberapa tahun terakhir menemukan adanya bakteri yang resistan pada ikan hasil produksi
akuakultur seperti ikan mas, salmon, nila, dan lele [2], akan tetapi, surveilans resistansi antibiotik
di negara-negara Asia masih terbatas. Studi meta analisis terbaru [8] menunjukkan belum
tersedianya survei resistansi antibiotika di Indonesia. Padahal Indonesia merupakan 7 negara
industri akuakultur besar yang berkontribusi hampir 10% dari produksi hewan akuatik secara
global [8]. Oleh karena itu, karakterisasi genetik Aeromonas spp. sebagai penghasil ESBL serta
identifikasi resistansi Aeromonas spp. terhadap antibiotika berperan penting untuk mencegah dan
penanggulangan infeksi bakteri. Meskipun penelitian terkait infeksi Aeromonas spp. dan resistansi
bakteri tersebut terhadap antibiotika telah dilaporkan di dunia, penelitian sejenis pada ikan nila di
Indonesia belum dilakukan. Berdasarkan Rencana Induk Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
IPB 2016-2021, bidang biomedis dengan riset kesehatan merupakan satu di antara bidang fokus
riset IPB. Pendekatan biomedis yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik biologi
molekuler. Penelitian ini dapat menjadi informasi awal untuk pengendalian resistansi Aeromonas
spp. pada ikan nila. Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang dapat digunakan sebagai dasar
pencegahan dan pengendalian resistansi antibiotika pada manusia dan hewan, khususnya oleh
bakteri Aeromonas spp. dst ..
Collections
- Research Report [232]