Show simple item record

dc.contributor.authorSoedomo, Sudarsono
dc.date.accessioned2023-01-30T03:08:46Z
dc.date.available2023-01-30T03:08:46Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116411
dc.description.abstractSeberapa besar nilai jasa ekosistem hutan? Jika 1 ha hutan alam tropis hilang, berapa kehilangan yg kita derita? Jika disebut nilainya mencapai 1,9 milyar rupiah per ha, apakah nilai tersebut masuk akal? Nampaknya, para analisis jasa ekosistem terperangkap dalam paradoks air-berlian. Tanpa berlian manusia masih dapat hidup sehat dan sejahtera, tetapi tanpa air manusia tidak dapat bertahan hidup lebih dari beberapa minggu saja. Dus, air lebih penting dan vital bagi manusia, tetapi mengapa harga berlian sebutir jagung lebih tinggi dari es balok 1 meter kubik. Paradoks tersebut bertahan ratusan tahun, bahkan Adam Smith tidak berhasil memberi penjelasan yang dapat diterima. Melalui karya Jevons (Inggris), Menger (Austria), dan Walras (Swiss) tentang marginalisme, maka paradoks tersebut dapat dipecahkan dengan baik. Menariknya, sekarang, paradoks tersebut nampaknya sedang melanda para ’ahli’ lingkungan. Sejak publikasi sebuah artikel yang ditulis oleh Costanza et al. (1997), yang menyajikan perkiraan nilai jasa berbagai ekosistem dunia, peran jasa ekosistem bagi manusia semakin diakui. Jasa di sini mencakup barang yang dalam ekonomi dibedakan dari jasa. Dalam tulisan ini, barang dan jasa tidak dibedakan secara ketat sebagaimana dalam disiplin ilmu ekonomi, sehingga kata barang tidak selalu disebutkan secara eksplisit. Jasa ekosistem merupakan isu masa kini, yang menggairahkan, kompleks, integratif, dan masih terbuka, mengundang minat banyak ilmuwan dan praktisi seluruh dunia untuk terlibat di dalamnya. Tetapi, analisis meta terbaru atas isu ini menunjukkan bahwa belum ada sistem metoda yang komprehensif dan diterima umum (Grunewald and Bastian, 2015). Tidak mengherankan, karena konsep jasa ekosistem bersifat interdisipliner, yang menghubungkan isu-isu yang berkaitan dengan kebutuhan, keinginan, hak, dan preferensi manusia terhadap fungsi dan dinamika ekosistem (Thorén and Stålhammar, 2018). Secara ilmiah, isu ini masih banyak masalah yang perlu diselesaikan lebih dahulu sebelum diaplikasikan secara luas, apalagi sampai untuk menghukum suatu pihak. Sebagai bidang kajian yang relatif baru, jasa ekosistem dan valuasinya menjadi ladang garapan banyak pihak, yang semuanya merasa ahli. Padahal, ekosistem merupakan suatu struktur yang menjalankan berbagai fungsi dan proses yang sangat kompleks untuk mengubah input menjadi output. Konsep jasa ekosistem lahir sebagai respon terhadap masalah lingkungan, yang menyatakan bahwa perusakan lingkungan bertentangan dengan kepentingan umat manusia (Kronenberg, 2014). Ini baru dari sisi ekologinya. Kekompleksan semakin bertambah ketika manusia mencoba untuk memberi nilai jasa yang diberikan oleh ekosistem kepada manusia. Tabel 1 menyajikan garis besar perkembangan pemikiran konsep jasa ekosistem. dst ..id
dc.language.isoidid
dc.titleJasa Ekosistem dan Valuasi Ekonominyaid
dc.typeArticleid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record