dc.description.abstract | Seberapa besar nilai jasa ekosistem hutan? Jika 1 ha hutan alam tropis hilang, berapa kehilangan
yg kita derita? Jika disebut nilainya mencapai 1,9 milyar rupiah per ha, apakah nilai tersebut masuk
akal? Nampaknya, para analisis jasa ekosistem terperangkap dalam paradoks air-berlian. Tanpa
berlian manusia masih dapat hidup sehat dan sejahtera, tetapi tanpa air manusia tidak dapat bertahan
hidup lebih dari beberapa minggu saja. Dus, air lebih penting dan vital bagi manusia, tetapi mengapa
harga berlian sebutir jagung lebih tinggi dari es balok 1 meter kubik. Paradoks tersebut bertahan
ratusan tahun, bahkan Adam Smith tidak berhasil memberi penjelasan yang dapat diterima. Melalui
karya Jevons (Inggris), Menger (Austria), dan Walras (Swiss) tentang marginalisme, maka paradoks
tersebut dapat dipecahkan dengan baik. Menariknya, sekarang, paradoks tersebut nampaknya sedang
melanda para ’ahli’ lingkungan.
Sejak publikasi sebuah artikel yang ditulis oleh Costanza et al. (1997), yang menyajikan perkiraan
nilai jasa berbagai ekosistem dunia, peran jasa ekosistem bagi manusia semakin diakui. Jasa di sini
mencakup barang yang dalam ekonomi dibedakan dari jasa. Dalam tulisan ini, barang dan jasa tidak
dibedakan secara ketat sebagaimana dalam disiplin ilmu ekonomi, sehingga kata barang tidak selalu
disebutkan secara eksplisit. Jasa ekosistem merupakan isu masa kini, yang menggairahkan, kompleks,
integratif, dan masih terbuka, mengundang minat banyak ilmuwan dan praktisi seluruh dunia untuk
terlibat di dalamnya. Tetapi, analisis meta terbaru atas isu ini menunjukkan bahwa belum ada sistem
metoda yang komprehensif dan diterima umum (Grunewald and Bastian, 2015). Tidak mengherankan,
karena konsep jasa ekosistem bersifat interdisipliner, yang menghubungkan isu-isu yang berkaitan
dengan kebutuhan, keinginan, hak, dan preferensi manusia terhadap fungsi dan dinamika ekosistem
(Thorén and Stålhammar, 2018). Secara ilmiah, isu ini masih banyak masalah yang perlu diselesaikan
lebih dahulu sebelum diaplikasikan secara luas, apalagi sampai untuk menghukum suatu pihak.
Sebagai bidang kajian yang relatif baru, jasa ekosistem dan valuasinya menjadi ladang garapan
banyak pihak, yang semuanya merasa ahli. Padahal, ekosistem merupakan suatu struktur yang menjalankan
berbagai fungsi dan proses yang sangat kompleks untuk mengubah input menjadi output.
Konsep jasa ekosistem lahir sebagai respon terhadap masalah lingkungan, yang menyatakan bahwa
perusakan lingkungan bertentangan dengan kepentingan umat manusia (Kronenberg, 2014). Ini baru
dari sisi ekologinya. Kekompleksan semakin bertambah ketika manusia mencoba untuk memberi nilai
jasa yang diberikan oleh ekosistem kepada manusia. Tabel 1 menyajikan garis besar perkembangan
pemikiran konsep jasa ekosistem. dst .. | id |