dc.description.abstract | Perubahan tipe penggunaan lahan dari hutan alam menjadi hutan sekunder,
perkebunan monokultur seperti perkebunan kelapa sawit, dan permukiman akan
berdampak pada penurunan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
Perubahan tersebut secara langsung dapat mengubah komposisi dan struktur
komunitas, serta interaksi antar spesies yang dapat mengakibatkan turunnya
layanan ekosistem. Salah satu contoh spesies yang berperan dalam ekosistem
adalah rayap. Rayap mempunyai peran dalam proses dekomposisi berbagai bahan
organik, proses pembentukan dan pelapukan tanah, berperan dalam proses
konsumsi bahan organik tanah dan siklus hara, mengatur sifat dan hidrolik tanah
serta mengatur pertumbuhan dan keanekaragaman vegetasi dalam ekosistem.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengkaji keanekaragaman, komposisi dan
struktur komunitas rayap pada beberapa tipe penggunaan lahan berbeda yaitu
hutan alam, hutan sekunder, perkebunan kelapa sawit, dan permukiman di
Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat; 2) mengkaji proses dan laju
dekomposisi kayu oleh rayap pada beberapa tipe penggunaan lahan berbeda di
Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat.
Studi keanekaragaman spesies rayap di Kabupaten Dharmasraya dilakukan
dengan pengambilan sampel di hutan alam, hutan sekunder, perkebunan kelapa
sawit, dan permukiman yang terletak di sebelas kecamatan. Pada tiap kecamatan
dibuat plot pengamatan berukuran 50 m x 10 m yang dipilih secara purposive
sampling. Tiap plot dibagi menjadi 20 sub petak pengamatan dengan masingmasing
sub petak berukuran 5 m x 5 m. Sampel rayap didapatkan dengan cara
mencari sarang rayap pada tiap sub petak pengamatan dan mengambil sampel
rayap 150 individu dari tiap-tiap sarang, kemudian dikoleksi dalam botol
bervolume 30 ml yang berisi alkohol 70% dan selanjutnya diidentifikasi di
Laboratorium Departemen Budidaya Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian
Universitas Andalas. Studi mengenai laju dekomposisi kayu oleh rayap dilakukan
di dua tempat yaitu di lapangan dan di laboratorium. Umpan kayu pinus (Pinus
merkusii) berukuran 1,9 cm x 1,9 cm x 25,0 cm di pasang di lapangan pada empat
tipe penggunaan lahan yaitu hutan alam, hutan sekunder, perkebunan kelapa
sawit, dan permukiman. Masing-masing tipe penggunaan lahan dibuat empat plot
di empat kecamatan yang berbeda, dan masing-masing plot dibagi menjadi lima
subplot. Penentuan plot ditentukan berdasarkan pada titik koloni rayap yang
ditemukan di lapangan. Jarak dari koloni rayap ke satu subplot 4-5 meter. Pada
setiap subplot dipasang tiga buah umpan kayu, sehingga jumlah seluruh umpan
kayu yang dipasang adalah 240 umpan kayu. Umpan kayu dipasang selama 12
minggu. Pengamatan di lapangan dilakukan pada minggu ke-4, ke-8, dan ke-12
setelah pemasangan umpan kayu. Untuk uji laju dekomposisi kayu oleh rayap di
laboratorium menggunakan kayu pinus (Pinus merkusii) berukuran 2,5 cm x 2,5
cm x 5,0 cm. Pengujian menggunakan toples kaca berukuran tinggi 14 cm dengan
diameter 5 cm ditutup dengan aluminium foil. Pada toples dimasukkan umpan
iv
iv
kayu pinus kemudian pasir steril diisi 115 g dan diberi air sebanyak 50 ml.
Kemudian dimasukkan rayap uji Coptotermes curvignathus sebanyak 100
individu kasta pekerja dan 10 individu kasta prajurit. Pengamatan di laboratorium
dilakukan pada minggu ke-1, ke-2, dan ke-3 setelah umpan kayu dipakankan pada
rayap. Perhitungan dilakukan pada bobot (berat) umpan kayu sebelum dan setelah
perlakuan.
Dari hasil penelitian studi keanekaragaman spesies rayap di Kabupaten
Dharmasraya didapatkan 14 spesies rayap yang ditemukan pada beberapa tipe
penggunaan lahan yaitu Bulbitermes neopusillus, Coptotermes curvignathus,
Globitermes globosus, Heterotermes indicola, Hospitalitermes hospitalis,
Macrotermes gilvus, Microtermes insperatus, Nasutitermes havilandi,
Nasutitermes longinasus, Dicuspiditermes nemorosus, Percapritermes mohri,
Schedorhinotermes longirostris, Schedorhinotermes javanicus, dan Termes
rostratus. Rayap Hospitalitermes hospitalis sebagai pemakan epifit hanya
ditemukan di hutan alam. Perubahan tata guna lahan memengaruhi komposisi dan
struktur rayap yaitu terdapat kemiripan komposisi spesies rayap di hutan alam dan
hutan sekunder dengan nilai indeks kesamaan spesies 0,69 dan kemiripan
komposisi spesies rayap di perkebunan kelapa sawit dan permukiman dengan nilai
indeks kesamaan spesies 0,65. Jumlah spesies rayap tertinggi terdapat di
Kecamatan Koto Salak dan koloni rayap tertinggi terdapat di Kecamatan Sitiung.
Terdapat lima spesies rayap yang ditemukan pada umpan kayu yang diletakkan di
lapangan yaitu Coptotermes curvignathus, Macrotermes gilvus, Microtermes
insperatus, Pericapritermes mohri, dan Schedorhinotermes javanicus. Umpan
kayu yang paling banyak dimakan oleh rayap adalah umpan kayu yang diletakkan
di hutan alam sebanyak 12 umpan kayu oleh dua spesies rayap yaitu P. mohri dan
M. insperatus, sedangkan untuk umpan kayu di hutan sekunder adalah sebanyak
sebelas umpan kayu oleh tiga spesies rayap yaitu P. mohri, M. insperatus, dan S.
javanicus. Selanjutnya di perkebunan kelapa sawit sebanyak tujuh umpan kayu
oleh dua spesies yaitu S. javanicus dan M. gilvus, dan di permukiman sepuluh
umpan kayu hanya dimakan oleh satu spesies saja yaitu M. gilvus. Namun, laju
dekomposisi kayu tertinggi terdapat di hutan sekunder yaitu 12,13 g/minggu,
selanjutnya hutan alam 11,74 g/minggu, di permukiman 6,23 g/minggu, dan
paling kecil laju dekomposisi umpan kayu terdapat di perkebunan kelapa sawit
hanya 3,06 g/minggu. Hasil penelitian ini membuktikan telah terjadi perubahan
komposisi komunitas rayap bersamaan dengan berubahnya tata guna lahan, selain
itu konversi hutan alam di Kabupaten Dharmasraya memberikan dampak
penurunan layanan ekosistem. | id |