Biokonversi Kulit Buah Kakao dan Larva Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) sebagai Pakan Ruminansia
Date
2022-08-09Author
Rahman, Rahman
Laconi, Erika Budiarti
Astuti, Dewi Apri
Metadata
Show full item recordAbstract
Bioconversion of Cocoa Pod Husk and Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) Larvae as Ruminant Feed Produksi kakao Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahun.
Pengolahan buah kakao menyisakan kulit buah kakao (KBK) dengan proporsi
terbanyak dari seluruh komposisi buah kakao. Bahan organik KBK jumlahnya
yang cukup besar dan tersebar di beberapa wilayah Indonesia memiliki potensi yang
besar sebagai pakan ternak namun pengolahannya belum optimal. Di sisi lain black
soldier fly (BSF) merupakan agen biokonversi yang membutuhkan bahan organik
sebagai substrat atau pakan dalam jumlah banyak. Produk akhir BSF adalah larva
memiliki kadar protein tinggi dan dapat digunakan sebagai pakan sumber protein
dalam pakan lengkap. Larva BSF berpotensi digunakan sebagai pakan sumber
protein masa depan dengan komposisi nutrisinya dapat menggantikan tepung ikan,
bungkil kedele dan bahan pakan sumber protein lainnya
Tahap pertama adalah mendapatkan informasi tentang pertumbuhan larva
BSF pada berbagai perlakuan pakan KBK berdasarkan parameter laju pertumbuhan
relatif atau relative growth rate (RGR), efisiensi konversi makanan yang
dikonsumsi atau effeciency of convertion of ingested food (ECI), dan indeks
pengurangan limbah atau waste reduction index (WRI). Perlakuan pakan terdiri
atas T1 (sampah makanan), T2 (KBK segar), T3 (KBK segar yang dihancurkan),
T4 (KBK dikomposkan), T5 (campuran KBK segar dan sampah makanan) dan T6
(campuran KBK dikomposkan dan sampah makanan). Perlakuan KBK sebagai
substrat BSF yang ideal diterapkan di perkebunan kakao adalah pemberian sampah
makanan 6 hari pertama dilanjutkan dengan pakan KBK yang dikomposkan,
Tahap kedua adalah mendapatkan data dan informasi tentang uji in vitro dari
berbagai perlakuan KBK. KBK diberi perlakuan yang berbeda, yaitu T1 (kontrol
atau KBK tanpa perlakuan); T2 (KBK cincang secara manual); T3 (KBK cincang
menggunakan mesin); dan T4 (KBK fermentasi dengan molase 3% + inokulum
Pholiota sp.). Perlakuan cacahan dan biologis KBK belum mampu meningkatkan
produksi gas komulatif in vitro. Namun, perlakuan cacah menggunakan mesin dan
fermentasi menggunakan Pholiota sp. memiliki efek positif pada kecernaan bahan kering
secara in vitro (IVDMD) dan kecernaan bahan organik secara in vitro (IVOMD). Penelitian
ini menghasilkan kesimpulan kualitas nutrisi KBK dapat ditingkatkan melalui fermentasi
menggunakan Pholiota sp. sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait
pemanfaatan Pholiota sp. dalam kombinasi dengan jamur lain untuk meningkatkan
komposisi nutrisi KBK.
Tahap ketiga adalah memperoleh data dan informasi tentang uji in vivo dari
berbagai formulasi pakan lengkap yang mengandung KBK terbiokonversi (frass
KBK) dan larva BSF terhadap performa dan profil hematologi pada domba
pedaging. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
5 perlakuan dan 4 ulangan. Sebanyak 20 ekor domba jantan digunakan sebagai
objek penelitian selama 12 minggu. Perlakuan tersebut adalah: R1 (pakan lengkap,
kontrol tanpa BSF dan frass KBK), R2 (5% frass BSF), R3 (20% frass KBK), R4
(2,5% BSF + 10% frass KBK), dan R5 (5% frass BSF). + 20% frass KBK
biokonversi). Larva BSF dan KBK terbiokonversi dapat digunakan untuk
menggantikan bungkil kedelai dan kulit kopi dalam pakan lengkap dan tidak
menimbulkan efek negatif pada performa dan profil hematologi domba.
Collections
- DT - Animal Science [352]