Analisis Daerah Rawan Banjir pada DAS Cimandiri di Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi Berbasis SIG
Abstract
Floods can cause material and immaterial damage. The purpose of this study is to map flood-prone areas in the Cimandiri watershed in the Warungkiara sub-district based on GIS and determine priority land cover for rescue from flood disasters. The method used in the analysis of flood susceptibility is the method of scoring and weighting. The flood susceptibility parameters used are slope, land height, land cover, river buffer, rainfall, soil type, and soil texture. The wide distribution of flood susceptibility in Warungkiara District obtained starting from the largest, respectively, namely low level (5,205.37 ha), medium (2,169.66 ha), safe (1,285.55 ha), and high (305.59 ha). Priority land cover that must be saved from flooding are settlements (351.42 ha) and plantations (2,658.66 ha). After the drainage and infiltration wells were built, the low-level (130.06 ha), medium (195.45 ha) and high (25.91 ha) flood susceptibility classes in residential areas became safe classes. Meanwhile, after the terracing was built, the safe level (677.73 ha), low (1,574.20 ha), and medium (406.72 ha) vulnerability classes in the plantation area made the safe level flood vulnerability class to 2,227.37 ha and low to an area of 431.29 ha. Banjir dapat memberikan kerusakan dari segi materiel maupun immateriel. Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan daerah rawan banjir pada DAS Cimandiri di Kecamatan Warungkiara berbasis SIG dan menentukan tutupan lahan prioritas penyelamatan dari bencana banjir yang selanjutnya pada tutupan lahan tersebut dilakukan skenario berupa pembuatan prasarana yang dapat mengatasi banjir. Metode yang digunakan dalam analisis kerawanan banjir adalah metode skoring dan pembobotan. Parameter kerawanan banjir yang digunakan yaitu kemiringan lereng, ketinggian lahan, tutupan lahan, buffer sungai, curah hujan, jenis tanah, dan tekstur tanah. Sebaran luas kerawanan banjir di Kecamatan Warungkiara yang diperoleh dimulai dari terbesar secara berturut-turut yaitu tingkat rendah (5.205,37 ha), sedang (2.169,66 ha), aman (1.285,55 ha), dan tinggi (305,59 ha). Tutupan lahan prioritas yang harus diselamatkan dari banjir yaitu permukiman (351,42 ha) dan perkebunan (2.658,66 ha). Setelah dibangun drainase dan sumur resapan, kelas kerawanan banjir tingkat rendah (130,06 ha), sedang (195,45 ha), dan tinggi (25,91 ha) di kawasan permukiman menjadi kelas aman. Sedangkan setelah dibangun terasering, kelas kerawanan tingkat aman (677,73 ha), rendah (1.574,20 ha), dan sedang (406,72 ha) di kawasan perkebunan, membuat kelas kerawanan banjir tingkat aman menjadi seluas 2.227,37 ha dan kelas rendah menjadi seluas 431,29 ha.