Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi pada Rumah Produksi Roti di Kecamatan Cipanas
Abstract
Rumah produksi roti di kecamatan cipanas merupakan salah satu usaha
binaan IPB dan Astra International yang dikembangkan oleh tujuh desa meliputi
Desa Batulawang, Desa Ciloto, Desa Cimacan, Desa Cipanas, Desa Palasari, Desa
Sindanglaya, dan Desa Sindangjaya. Rumah produksi roti diresmikan pada bulan
Maret tahun 2022 dan hingga saat ini masih dalam tahap persiapan dan
pengembangan. Hal yang harus diperbaiki terkait tata letak fasilitas produksi adalah
penempatan pintu toilet yang belum sesuai dengan aturan CPPB-IRT, penempatan
peralatan yang belum memperhatikan pergerakan aliran bahan sehingga terdapat
aliran bahan yang bolak-balik (backtracking), dan penempatan stasiun proofing dan
stasiun baking yang berjauhan sehingga jarak tempuh pekerja menjadi lebih jauh.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang alternatif tata letak fasilitas produksi yang
baru untuk memperbaiki kelemahan dari tata letak sebelumnya. Metode yang
digunakan adalah pendekatan desain keteknikan yang meliputi tahap eksplorasi,
verifikasi permasalahan, ideasi, pengembangan prototipe, dan validasi prototipe.
Perancangan ulang tata letak fasilitas produksi dilakukan dengan menggunakan
algoritma CORELAP. Hasil usulan tata letak fasilitas produksi terpilih memberikan
total jarak perpindahan per batch produksi 90,92 m dengan biaya material handling
Rp77.471,00. The bread production house in Cipanas sub-district is one of the fostered businesses of IPB and Astra International which was developed by seven villages including Batulawang Village, Ciloto Village, Cimacan Village, Cipanas Village, Palasari Village, Sindanglaya Village, and Sindangjaya Village. The bread production house was inaugurated in March 2022 and is still in the preparation and development stage. Things that must be improved regarding the production facility layout are the placement of the toilet door that is not in accordance with the CPPB- IRT rules, the placement of equipment that does not pay attention to the movement of the material flow so that there is backtracking, and the placement of proofing stations and baking stations that are far apart from each other resulting in longer distanc for workers. This study aims to create an alternative layout of a new production facility layout that can improve the weaknesses of the previous layout. The method used is an engineering design approach which includes the stages of exploration, problem verification, ideation, prototype development, and prtotype validation. The production facility layout redesign was carried out usuing the CORELAP algorithm. The result of the selected production facility layout provide a total displacement distance in one production batch of 90,92 m with material handling costs of Rp.77.471,00.