Berjudul Kinerja Reproduksi Induk Domba diberi Ransum Flushing mengandung EPA dan DHA dari Minyak Ikan Lemuru serta Kaitannya Dengan Kinerja Anak

Abstract

Domba lokal memiliki sifat prolifik atau kemampuan beranak lebih dari satu setiap kelahiran. Namun demikian, sifat prolifik ini sering tidak terekspresikan karena rendahnya nutrien yang dikonsumsi oleh induk. Rendahnya konsumsi nutrien induk juga mengakibatkan tingginya kasus mortalitas pada anak domba dengan litter size lebih dari satu. Rendahnya nutrien yang dikonsumsi oleh induk menyebabkan rendahnya body condition score (BCS) induk. Ransum flushing ialah upaya untuk memberikan stimulasi nutrien berupa ransum berkualitas tinggi, sehingga ternak siap untuk melakukan proses reproduksi. Polyunsaturated fatty acids (PUFA), terutama asam linolenat (omega 3) seperti eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA) berpotensi untuk dapat memberi dampak pada reproduksi induk dan kinerja anak. Sumber alternatif omega-3 dengan harga terjangkau adalah minyak ikan lemuru. Minyak ikan lemuru mengandung omega-3 PUFA berupa EPA 13,70% dan DHA sebanyak 8,91%. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis pengaruh flushing dengan jumlah asam lemak (DHA dan EPA) yang berbeda dari minyak ikan lemuru dalam ransum induk domba lokal terhadap performa reproduksi dan daya tahan tubuh anak domba yang dilahirkan. Penelitian juga bertujuan untuk mendapatkan ransum berbasis pakan lokal dengan kadar DHA dan EPA terbaik yang dapat digunakan untuk memperbaiki reproduksi ternak domba. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, sejak bulan Maret 2019 hingga bulan April 2022, Fakultas Peternakan IPB University. Persetujuan penelitian diberikan oleh Komisi Etik Hewan (KEH) di IPB University No. 119-2018 IPB. Penelitian ini terbagi atas beberapa kajian. Kajian pertama bertujuan mengevaluasi dan menganalisis pengaruh flushing dengan kandungan minyak ikan lemuru dan minyak sawit dalam ransum induk domba lokal terhadap respon estrus dan profil hormon reproduksi induk. Domba Garut yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor. Rasio rumput gajah dengan konsentrat adalah 30:70. Perlakuan ransum meliputi P1= konsentrat kontrol; P2= konsentrat flushing 6% minyak sawit; P3= konsentrat flushing 3% minyak sawit dan 3% minyak lemuru; P4= konsentrat flushing 6% minyak lemuru. Rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak kelompok (RAK) yang dianalisis ANOVA dilanjutkan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan konsumsi bahan kering pada semua perlakukan. Perlakuan juga tidak memengaruhi (P>0,05) BCS. Kolesterol darah nyata (p<0,05) lebih tinggi pada P3 dan P4 dibadingkan P1 dan P2. Perlakuan tidak memengaruhi konsentrasi progesteron (P>0,05) mulai dari sebelum hingga setelah kawin. Hormon estradiol nyata (P<0,05) paling tinggi pada P4. Onset estrus nyata lebih cepat pada P4, P3, dan P2 dibanding kontrol. Reseptabilitas terhadap pejantan nyata (P<0,05) paling tinggi pada P4. Persen induk bunting tinggi pada P4 dan P1. Perlakuan tidak memengaruhi (P>0,05) jumlah embrio. Kajian kedua bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA) dari minyak lemuru pada kinerja reproduksi induk domba. 20 ekor domba calon induk primiparus dibagi ke dalam 4 perlakuan. P1= konsentrat kontrol; P2= konsentrat flushing tanpa EPA DHA; P3= konsentrat flushing dengan DHA EPA sesuai kebutuhan; P4= konsentrat flushing dengan DHA EPA dua kali kebutuhan. Perbandingan jumlah rumput gajah dengan konsentrat adalah 30:70 berdasarkan bobot bahan kering. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan konsumsi bahan kering pada semua perlakukan kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik paling tinggi pada P2 dan paling rendah pada P1. Perlakuan juga tidak memengaruhi (P>0,05) BCS sebelum beranak. Respon fisiologi dan hematologi darah induk tidak berbeda. Rasio neutrofil terhadap limfosit (N/L) sangat rendah pada P4 dan tinggi pada P3. Progesteron tidak berbeda nyata (P>0,05) baik sebelum dan setelah beranak. Persentase jenis kelahiran kembar adalah 100% pada P3 dan P4. Perlakuan tidak memengaruhi litter size. Perlakuan P2, P3, dan P4 meningkatkan rasio anak jantan. Kajian ketiga bertujuan untuk mengevaluasi efek ransum flushing mengandung DHA and EPA asal minyak lemuru pada daya tahan tubuh dan performa anak domba. Dua puluh delapan anak domba neonatal dibagi ke dalam empat perlakuan bergantung pada pakan yang dikonsumsi oleh induknya. Empat perlakuan meliputi: anak dari induk diberi ransum Kontrol (P1); anak dari induk diberi ransum tanpa EPA DHA (P2); anak dari induk diberi ransum diperkaya EPA DHA sesuai kebutuhan (P3): anak dari induk diberi ransum diperkaya EPA DHA dua kali kebutuhan (P4). Induk domba diberi rumput gajah dan konsentrat dengan perbandingan 30:70% berdasarkan berat bahan kering. Induk dan anak domba ditempatkan pada kandang yang sama hingga umur sapih dua bulan. Hasil menunjukkan anak dari perlakuan P4, P3, P2 nyata (P<0,05) menunjukkan waktu berdiri yang lebih singkat. Perlakukan P1 dan P4 saat sapih memiliki leukosit nyata (P< 0,05) lebih tinggi daripada P2 dan P3. Perlakuan tidak memengaruhi (P >0,05) IgG dan respon fisiologis. Perlakuan tidak berpengaruh nyata (p > 0,05) metabolit darah dan konsumsi bahan kering. Perlakuan memengaruhi (p <0,05) rata-rata pertambahan bobot badan harian dan bobot sapih. Ransum flushing dengan mengandung EPA dan DHA dua kali kebutuhan dapat membuat domba kembar memiliki performa pertumbuhan yang baik seperti pertambahan bobot badan harian dan bobot sapih yang sama dengan kontrol yang memiliki litter size lebih kecil.

Local sheep are prolific or can lamb more than one lamb per pregnancy, but this productive trait is often not expressed. In addition, high mortality cases in lambs with more than one litter size usually occur. Generally, these failures are due to the low food intake of the ewe. Failures are also associated with low Body Scores (BCS). Flushing attempts to provide nutrients to the animal through high-quality rations so that the ewes are ready to carry out the reproductive process. PUFAs, especially linolenic acid (omega 3) such as eicosapentaenoic acid (EPA) and docohexasonoic acid (DHA) could have an impact on lamb reproduction and behavior. A local feed with an affordable alternative source of omega-3 is lemuru fish oil. Lemuru fish oil contains omega-3 PUFA 13.70% of EPA and 8.91% of DHA The aim of the study was to evaluate and analyze the effect of flushing with different fatty acid profiles (DHA and EPA) from lemuru fish oil into the rations of local ewes on the reproductive performance of the ewes and the survival rate of the lambs born. The research also aims to obtain local feed-based rations with the best levels of DHA and EPA that can be used to improve reproduction in sheep. This research was conducted from March 2019 to April 2022 at the Faculty of Animal Science, IPB University. The research approval was granted by the Animal Care and Use Committee (ACUC) of IPB University under number 119-2018 IPB. In the first study, twenty Garut sheep were used to was to investigate the effect of flushing ration with lemuru fish oil and palm oil on estrus respon and hormone profile. In this study, 20 Garut ewes were used. The ratio of Naphier grass to concentrate was 30:70. The treatment included P1= control concentrate; P2= flushing concentrate 6% palm oil; P3= flushing concentrate 3% palm oil and 3% lemuru oil; P4 = flushing concentrate 6% lemuru oil. A randomised block trial was used as the experimental design analyse using ANOVA followed by Duncan test. The results showed that there was no difference in dry matter consumption. All treatments had no significant effect (P>0,05) on the body conditioning score (BCS). Blood cholesterol was significantly (p<0,05) higher in P3 and P4 than P1 and P2. No significant different (P>0,05) on progesterone hormone before after mating. The estradiol hormone was highest (P<0,05) at P4. The onset of estrus was significantly faster at P4, P3, and P2 than control. Receptability to ram (P<0,05) was highest at P4. The percentage of pregnant ewes was high at P4 and P1. Treatment did not affect (P>0,05) the number of embryos. The second study was to investigate the effect of eicosapentaenoic acid (EPA) and docosahexaenoic acid (DHA) from lemuru fish oil in the flushing concentrate on the reproductive performance of ewes. Twenty Garut ewes were divided into 4 treatments; P1= control concentrate; P2= flushing concentrate without EPA DHA; P3= flushing concentrate with EPA DHA as requirement; P4= flushing concentrate with EPA DHA two times from requirement. Ratio of Naphier grass to concentrate was 30: 70% based on dry matter. Flushing concentrate was two weeks before and after partus. The trial was conducted in a completely randomised block design. The results showed that there was no difference in dry matter consumption in all treatments. Dry matter digestibility and organic matter digestibility were the highest at P2 and the lowest at P1. The treatment also did not affect (P>0,05) body conditioning score (BCS) and feed efficiency. Physiological response and hematological were also not different. The neutrophil to lymphocyte (N/L) ratio was very low at P4 and high at P3. Progesterone was not significantly different before and after lambing. Percentage of twin births was 100% in P3 and P4. The treatment had no effect on litter size. The P2, P3, dan P4 increased the percertage of male lambs. The third study was to investigate the effect of a flushing diet containing docosahexaenoic acid (DHA) and eicosapentaenoic acid (EPA) from lemuru fish oil in ewe ration on lamb survival and performance. Twenty-eight newborn lambs were divided into four treatments according to the ewe's diet. Four treatments: lamb born from ewe fed control ration (P1), lamb born from ewe fed ration without DHA EPA (P2), lamb born from ewe fed ration with DHA EPA needed (P3), lamb born from ewe fed ration with DHA EPA two times from needed (P4). The ewes were fed Napier grass and concentrate with a diet ratio of 30:70% based on dry matter. The Ewe and their lambs remained together until weaning at about two months of age. The results showed that feeding P4, P3, P2 to the ewe resulted in a shorter latency to stand (P <0,05). During weaning, P1 has higher leukocytes (P<0,05) than P2 and P3. P1 has the same leukocyte with P4. Treatment has no significantly affect (P >0,05) on Ig G and physiological responses. Treatment had no significant effect (p > 0,05) on dry matter consumption in ewe and lamb, ewe’s colostrum quality, and lamb’s blood metabolite. The treatment affected (p < 0,05) to average daily gain and weaning weights. EPA and DHA contained flushing diet two times from requirement may result in twin lambs achieving good growth performances such as daily gains and weaning weights equivalent to those of the control group, which has a smaller litter size.