dc.description.abstract | Jeruk pamelo merupakan jeruk asli Asia Tenggara dan jenis jeruk terbesar
(bobotnya dapat mencapai 2 kg). Jeruk pamelo mengandung senyawa bermanfaat
bagi kesehatan, seperti senyawa antioksidan, antihiperlipidemik, antidiabetik,
protein, kalsium dan lainnya. Fenologi pembungaan dan pembuahan merupakan
suatu aspek penting untuk dipelajari karena memiliki hubungan erat dengan
produksi suatu tanaman. Informasi pembungaan jeruk pamelo masih secara umum.
Selain itu, kerontokan buah dapat signifikan menurunkan hasil dari suatu tanaman.
Oleh sebab itu, pentingnya dilakukan pengkajian informasi terkait fenologi
pembungaan dan pembuahan serta kerontokan buah pamelo. Upaya peningkatan
retensi buah pamelo juga menjadi penting dipelajari agar meningkatkan hasil
tanaman sehingga petani bisa mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi
dibandingkan sebelumnya.
Penelitian ini terdiri atas tiga rangkaian percobaan. Percobaan ke-1
mencakup fenologi pembungaan dan pembuahan pada jeruk pamelo berbiji dan
tidak berbiji. Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh informasi ritme spesifik
dan karakteristik pembungaan dan pembuahan serta kualitas buah pada beberapa
jeruk pamelo berbiji dan tidak berbiji. Percobaan ke-2 mengenai fenomena dan
penyebab kerontokan buah pada jeruk pamelo berbiji dan tidak berbiji. Tujuan dari
percobaan ini adalah menghasilkan ritme spesifik kerontokan buah sebelum panen
dan kajian proses fisiologi yang terjadi pada pamelo berbiji dan tidak berbiji.
Percobaan pertama dan kedua menggunakan rancangan acak lengkap dengan 1
faktor perlakuan yaitu kultivar (pamelo berbiji: Adas Duku dan Bali Merah 1;
pamelo tidak berbiji: Bali Merah 2 dan Jawa 1). Percobaan ke-3 adalah peningkatan
retensi buah dan kualitas jeruk pamelo berbiji dan tidak berbiji. Tujuan percobaan
ini meliputi informasi peran GA3 terhadap retensi buah dan kualitas buah pamelo
berbiji dan tidak berbiji. Percobaan ini menggunakan rancangan tersarang dengan
faktor utama adalah kultivar (Bali Merah 1 sebagai pamelo berbiji dan Bali Merah
2 sebagai pamelo tidak berbiji), sedangkan faktor tersarang adalah aplikasi semprot
GA3 (tanpa GA3, semprot GA3 saat buah berumur 1 MSA serta semprot GA3 saat
buah berumur 1 dan 3 MSA).
Periode pembungaan antar kultivar dari pamelo berbiji dan tidak berbiji
memiliki waktu yang berbeda. Mayoritas pembungaan terjadi setelah turunnya
hujan di lokasi pertanaman. Adas Duku yang merupakan kultivar dari pamelo
berbiji berbunga dua kali dalam setahun, sedangkan Bali Merah 1 (pamelo berbiji)
dan dua kultivar pamelo tidak berbiji berbunga hanya 1x dalam setahun. Kelompok
pamelo berbiji memiliki umur panen yang lebih lama, jumlah biji yang banyak dan
kandungan asam tertitrasi total (ATT) yang lebih tinggi dibandingkan pamelo tidak
berbiji. Kedua kelompok pamelo (berbiji dan tidak berbiji) tidak memperlihatkan
adanya perbedaan pada karakteristik bunga, jumlah buah, bobot dan diameter buah,
ketebalan kulit buah, bagian dapat dimakan (BDD), kandungan padatan terlarut
total (PTT), rasio PTT/ATT, vitamin C dan IC50. Kultivar Adas Duku (pamelo
berbiji) merupakan kultivar terbaik dari keempat kultivar yang digunakan karena
memiliki ketebalan kulit yang paling tipis dengan persentase BDD, kandungan PTT
dan ATT yang tertinggi. Ukuran dan bobot buah Adas Duku yang dipanen musim
penghujan lebih besar namun buah tersebut memiliki kualitas internal yang lebih
rendah (kandungan PTT, ATT dan kapasitas antioksidan yang lebih rendah)
dibandingkan buah yang dipanen musim kemarau.
Kerontokan buah terjadi pada awal perkembangan buah pada kedua
kelompok (pamelo berbiji dan tidak berbiji) namun kerontokan buah saat fase
pematangan buah terjadi hanya pada dua kultivar kelompok pamelo tidak berbiji
dalam jumlah yang sangat kecil (<0,5%). Initial set pada pamelo berbiji (28,76%)
> pamelo tidak berbiji (21,75%). Final set terlihat adanya perbedaan hanya pada
kultivar pamelo tidak berbiji, yakni Bali Merah 2 > Jawa 1 dengan persentase final
set masing-masing sebesar 12,95% dan 9,20%. Buah yang akan rontok pada pamelo
berbiji dan tidak berbiji memiliki kandungan gula total <0,30%, konsentrasi GA3
<3,90 ppm, konsentrasi IAA<4,37 ppm serta konsentrasi asam absisat (ABA)>4,42
ppm saat buah berumur 1 sampai 4 minggu setelah antesis (MSA). Jumlah buah
panen hanya terlihat adanya perbedaan pada pamelo berbiji, dimana jumlah buah
panen Adas Duku>Bali Merah 1. Jumlah buah panen tertinggi dimiliki oleh Adas
Duku>Jawa 1>Bali Merah 1>Bali Merah 2. Retensi buah pada pamelo berbiji dan
tidak berbiji berkorelasi positif dengan kandungan gula, homon IAA dan GA3
namun retensi buah memiliki korelasi yang negatif dengan konsentrasi ABA.
Upaya menekan kerontokan buah pamelo berbiji dan tidak berbiji dilakukan
dengan pengaplikasian GA3 eksogen. Interaksi antara kelompok pamelo (pamelo
berbiji dan tidak berbiji) dengan aplikasi GA3 tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada semua variabel (konsentrasi GA3 buah, final set, jumlah buah rontok dan
panen, kualitas eksternal dan internal buah pamelo). Pemberian GA3 eksogen pada
pamelo berbiji menghasilkan respon yang hampir sama dengan pamelo tidak berbiji
dalam menekan jumlah buah rontok, peningkatan konsentrasi GA3 buah setelah
aplikasi (yaitu buah saat berumur 4, 5 dan 6 MSA), final set, jumlah buah panen,
BDD dan PTT buah. Pengaruh utama dari masing-masing faktor perlakuan
menunjukkan keberagaman respon dari setiap variabel pengamatan. Faktor utama
(yakni kultivar) menunjukkan bahwa pamelo berbiji (Bali Merah 1) memiliki
konsentrasi GA3 buah pada 4, 5 dan 6 MSA serta final set yang lebih rendah
dibandingkan pamelo tidak berbiji (Bali Merah 2). Pamelo berbiji dan pamelo tidak
berbiji tidak menunjukkan adanya perbedaan pada jumlah buah rontok, jumlah buah
panen, bobot buah, diameter buah, kandungan ATT, rasio PTT/ATT dan vitamin C
buah. BDD dari pamelo berbiji < pamelo tidak berbiji namun kandungan PTT dari
buah pamelo berbiji (8,47 °brix) > pamelo tidak berbiji (8,22°brix). Faktor
perlakuan tersarang (aplikasi GA3) tidak berpengaruh nyata pada bobot buah,
diameter membujur buah, ATT, rasio PTT/ATT dan kandungan vitamin C pada
pamelo berbiji dan tidak berbiji. Penyemprotan GA3 pada buah muda pamelo saat
1 dan 3 MSA mampu menekan jumlah buah rontok, meningkatkan konsentrasi GA3
buah pada 4, 5, dan 6 MSA serta menghasilkan diameter melintang buah, BDD dan
PTT tertinggi, baik pada pamelo berbiji maupun tidak berbiji. | id |