A One-Year Retrospective Study of Crop Fistula among Companion Psittacines in SS14 Animal Clinic, Selangor, Malaysia
Date
2022-07-25Author
Silvarajoo, Keertana
Handharyani, Ekowati
Setiadi, Mohamad Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Crop fistula is a common aliment among companion psittacines which
often presented in avian practice. However, the underlying mechanisms of crop
fistula are poorly understood. This study aim was to investigate etiology,
prevalence and its association between species and age of psittacines, surgical
management, risk factors of wound dehiscence after surgical repair of crop fistula.
The secondary data of companion psittacines presented with crop fistula to SS14
Animal Clinic between January 2021 to January 2022 obtained and retrospectively
reviewed. This study demonstrated that crop fistula mostly originated from crop
burn (41,67%) particularly due to improper feeding technique. The highest
prevalence of crop fistula was among P. erithacus; (30,56%) mainly due to their
popularity as companion parrots in Selangor. This study proved that crop fistula
occurs mostly among juveniles (45,83%) because their crop is thinner and more
fragile. Analysis using Chi-squared test demonstrated that etiologies of crop fistula
such as self-mutilation and bird fights were significantly associated (p<0,05) with
psittacine species, whereas crop burn and feeding tube obstruction had significant
association (p<0,05) with age of psittacine. The rate ofwound dehiscence recorded
in psittacines with surgically treated crop fistula was (34,72%) mainly influenced
by surgical site infection and improper post- operative care Fistula tembolok adalah penyakit umum di antara burung paruh bengkok
peliharaan yang sering dijumpai di praktik unggas. Namun, mekanisme yang
mendasari fistula tembolok kurang dipahami. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui etiologi, prevalensi dan asosiasi antara spesies dan umur burung paruh
bengkok, manajemen bedah, faktor risiko dehisensi luka setelah perbaikan bedah
fistula tembolok. Data sekunder burung paruh bengkok yang dibawa ke Klinik
Hewan SS14 dengan fistula tembolok antara Januari 2021 hingga Januari 2022
diperoleh dan deteliti secara retrospektif. Studi ini telah menunjukkan bahwa
fistula tembolok terjadi terutama karena luka bakar tembolok (41,67%) terutama
karena teknik pemberian makan yang tidak tepat. Prevalensi tertinggi penyakit
fistula tembolok antara P. erithacus; (30,56%), terutama karena popularitas
sebagai burung paruh bengkok peliharaan di Selangor. Studi ini membuktikan
fistula tembolok paling banyak terjadi pada remaja (45,83%) karena tembolok
yang tipis. Analisis menggunakan uji Chi-kuadrat menunjukkan bahwa etiologi
dari fistula tembolok seperti cabut bulu dan pergaduhan antara burung secara
signifikan terkait (p<0,05) dengan spesies burung paruh bengkok, sedangkan
etiologi seperti luka bakar fistula dan obstruksi selang spet memiliki hubungan
yang signifikan (p<0,05) dengan usia burung paruh bengkok. Tingkat dehisensi
luka yang dirawat dengan pembedahan adalah (34,72%) terutamanya dipengaruhi
oleh infeksti situs pembedahan dan pasca operasi yang tidak tepat.