Show simple item record

dc.contributor.advisorSitorus, Santun R.P.
dc.contributor.advisorHardjomidjojo, Hartrisari
dc.contributor.advisorPutri, Eka Intan Kumala
dc.contributor.authorNarieswari, Lalitya
dc.date.accessioned2022-07-16T05:43:09Z
dc.date.available2022-07-16T05:43:09Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112543
dc.description.abstractKetidakpastian serta risiko hidup yang tinggi yang dihadapi masyarakat perkotaan akibat masalah-masalah yang timbul sebagai akibat urbanisasi, perubahan iklim dan bencana memerlukan penanganan yang komprehensif agar keberlanjutan pembangunan perkotaan terus berlangsung. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang fleksibel dan dinamis yang melampaui mitigasi risiko, yang sering disebut sebagai konsep ketahanan perkotaan (urban resilience concept), dalam merespon keadaan tersebut. Ketahanan perkotaan adalah kemampuan dari individu, komunitas, masyarakat, bisnis, institusi dan sistem untuk dapat bertahan, beradaptasi, dan pulih dari apapun kondisi tekanan kronis dan guncangan akut secara tepat waktu dan efisien. Akan tetapi, untuk menerapkan konsep tersebut, terdapat masalah yaitu belum tersedianya alat ukur ketahanan kota kuantitatif berbasis indeks dengan pendekatan spasial dinamis yang bisa diterapkan, khususnya bagi kota-kota di Indonesia. Pendekatan spasial dinamis untuk mengukur ketahanan perkotaan ini memungkinkan untuk memahami lebih baik faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan dan asesmen yang lebih sistematis dari beberapa ukuran untuk meningkatkan ketahanan. Model ini memberikan kelebihan dalam hal kemudahan untuk pembandingan secara temporal dan spasial antar wilayah yang penting dalam studi dinamika wilayah dan penentuan prioritas pembangunan ketahanan perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dimensi dan indikator untuk mengukur ketahanan perkotaan Kota Semarang (2) membangun model spasial dinamis ketahanan perkotaan terhadap bencana di Kota Semarang berbasis indeks (3) merumuskan strategi pembangunan ketahanan perkotaan terhadap bencana di Kota Semarang. Penelitian dilakukan di Kota Semarang menggunakan pendekatan spasial dinamis berbasis indeks untuk mengukur ketahanan perkotaan dan merumuskan kebijakan pembangunan ketahanan perkotaan. Kota Semarang dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan kota terbesar kelima di Indonesia yang memiliki posisi strategis sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian regional Jawa Tengah, mempunyai karakteristik topografi yang unik, dan menghadapi berbagai jenis bencana alam dengan intesitas yang meningkat setiap tahun. Model spasial dinamis ketahanan perkotaaan disusun dengan mempertimbangkan kondisi wilayah menurut bentang lahan dan potensi bencana yang muncul pada kondisi bentanglahan tersebut. Wilayah studi dibagi menjadi tiga zona yang ditentukan berdasarkan pertimbangan keragaman kelerengan, dan ketinggian serta wilayah administrasi yaitu zona Semarang bawah, Semarang tengah, dan Semarang atas. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan melalui kompilasi data pada instansi terkait indikator ketahanan, sedangkan data primer dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara mendalam terhadap responden pakar. Indikator yang digunakan mengacu pada ISO, SNI terkait layanan dan ketahanan kota, resilience score card, serta penelitian sebelumnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam mengidentifikasi indikator untuk mengukur ketahanan adalah metode analisis statistik PCA dan analisis spasial. Model spasial dinamis ketahanan perkotaan terhadap bencana dibangun dalam lingkungan web-GIS dengan pendekatan berbasis indeks. Strategi pembangunan ketahanan perkotaan disusun dengan pendekatan analisis deskriptif berdasarkan proyeksi nilai indeks ketahanan perkotaan hasil simulasi model spasial dinamis ketahanan berbasis indeks. Hasil identifikasi indikator ketahanan menunjukkan bahwa terpilih 21 indikator yang digunakan untuk mengukur ketahanan terhadap bencana, yang mewakili lima dimensi yaitu dimensi sosial, ekonomi, infrastruktur, lingkungan dan kelembagaan. Indikator pada dimensi sosial adalah populasi rentan, disabilitas, usia sekolah perempuan yang terdaftar, rasio dokter per 10.000 penduduk. Rumah tangga miskin, penerima bantuan sosial, rumah tangga dengan status hak legal, dan pengangguran adalah indikator pada dimensi ekonomi. Indikator pada dimensi infrastruktur adalah struktur bangunan, layanan listrik, rasio ketersediaan sekolah, rasio rumah sakit per 10.000 penduduk dan layanan air minum. Ruang terbuka hijau, tutupan kanopi pohon, wilayah kumuh dan rumah tangga kumuh adalah indikator pada dimensi lingkungan. Indikator pada dimensi kelembagaan adalah penduduk tercover early warning, terlatih bencana, partisipasi pemilu dan Kelurahan Siaga Bencana. Hasil pemodelan spasial berbasis indeks menunjukkan bahwa 88% kecamatan di Kota Semarang mempunyai skor ketahanan yang masuk dalam kelas ‘cukup resilien’. Kecamatan Mijen merupakan kecamatan dengan nilai indeks ketahanan paling besar (66,69) dan masuk pada kelas resilien yang berada pada zona Semarang atas, sedangkan nilai indeks resilien terendah adalah kecamatan Gayamsari dengan nilai indeks 29,79 yang terletak di zona Semarang bawah. Nilai rata-rata indeks ketahanan zona Semarang atas lebih tinggi dibandingkan zona Semarang bawah dan tengah. Hasil analisis terhadap indikator ketahanan menunjukkan bahwa Kota Semarang memiliki karakteristik indikator yang berbeda pada setiap zonasi. Indikator-indikator yang mempunyai nilai rendah menjadi fokus atau menjadi indikator prioritas/kunci untuk ditingkatkan nilai skornya. Wilayah-wilayah dengan indikator prioritas yang memiliki nilai skor rendah diintervensi sehingga indeks ketahanannya meningkat lebih baik. Dari 21 indikator ketahanan yang digunakan dalam analisis, terdapat 12 indikator prioritas dengan enam indikator yang sama yang terdapat pada semua zona. Oleh karena itu, pengembangan skenario kebijakan pembangunan ketahanan perkotaan adalah meningkatkan nilai indeks atau kelas ketahanan perkotaan dengan cara mengintervensi nilai skor pada 12 indikator prioritas tersebut sesuai kondisi zona. Berdasarkan 12 indikator prioritas tersebut disusun skenario kebijakan pembangunan ketahanan perkotaan pada masa mendatang (minimal lima tahun) yang disimulasikan pada model spasial dinamis ketahanan perkotaan yang telah dibangun sebelumnya. Skenario yang disusun terdiri dari empat skenario, yaitu: skenario I (existing), skenario II (standar), skenario III (spesifik program), dan skenario IV (ideal/maintenance). Berdasarkan simulasi model spasial dinamis perkotaan, pilihan skenario kebijakan pembangunan ketahanan perkotaan adalah skenario III karena skenario tersebut yang paling sesuai dengan kondisi ketersediaan sumber daya manusia dan anggaran Pemerintah Kota Semarang serta mampu meningkatkan kelas ketahanan perkotaan pada kecamatan di Kota Semarang dengan nilai indeks ketahanan yang lebih stabil. Skenario IV merupakan skenario lanjutan dari skenario III untuk meningkatkan seluruh kecamatan di Kota Semarang menjadi kelas resilien tinggi. Arahan kebijakan kebijakan pembangunan ketahanan perkotaan berdasarkan skenario terpilih untuk setiap zona, sebagai berikut: • Semarang bawah: peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan kesiapsiagaan bencana, peningkatan kualitas air minum, peningkatan kualitas RTH dan kanopi pohon, peningkatan kualitas permukiman, peningkatan status hak legal, dan peningkatan kesempatan kerja. • Semarang tengah: peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan kesiapsiagaan bencana, peningkatan kualitas RTH dan kanopi pohon, dan peningkatan status hak legal. • Semarang atas: peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan kesiapsiagaan bencana, peningkatan kualitas air minum, dan peningkatan kualitas permukiman.id
dc.description.sponsorshipSAINTEK-BRINid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePemodelan Spasial Dinamis Ketahanan Perkotaan Terhadap Bencana di Kota Semarang, Jawa Tengahid
dc.title.alternativeSpatial Dynamic Modelling for Urban Disaster Resilience in Semarang Municipality, Jawa Tengahid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keyworddistribusi spasialid
dc.subject.keywordindeksid
dc.subject.keywordindikator ketahananid
dc.subject.keywordkota tangguhid
dc.subject.keywordresilienid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record