Identifikasi Karakter Agronomi, Morfologi, dan Kualitas Minyak Atsiri Empat Jenis Melati (Jasminum sp. L)
View/ Open
Date
2022Author
Mayesti, Pawitri Adhistyana
Kurniawati, Ani
Krisantini
Metadata
Show full item recordAbstract
Melati termasuk dalam komoditas florikultura andalan Indonesia. Selain itu,
Indonesia memiliki beragam jenis melati yang berpotensi untuk dimanfaatkan di
lingkup industri. Pengembangan industri minyak atsiri melati di Indonesia juga
telah didukung oleh luasnya luas panen dan ketersediaan berbagai jenis melati.
Namun, masih belum ada penelitian yang mengidentifikasi karakter dari berbagai
jenis melati dan potensinya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mendapatkan
informasi keragaan agronomi, morfologi, dan kualitas minyak atsiri melalui proses
karakterisasi serta menetapkan jenis melati yang sesuai sebagai bahan baku minyak
atsiri berdasarkan standarisasi. Empat jenis melati (Telur/Tuscany, Kampung,
Emprit Bandar Arum, dan Bintang) dibudidayakan selama 4 bulan dan diekstraksi
menggunakan metode enfleurasi. Jasminum sambac ‘Grand Duke of Tuscany’
memiliki keunggulan pada karakter tinggi tanaman, bobot bunga satuan, rendemen
minyak, dan keharuman bunga. Namun, panjang bunganya tidak sesuai dengan
standarisasi bunga melati sebagai bahan baku minyak atsiri. Selain itu, Melati
Tuscany memiliki hasil bunga yang sangat rendah dibandingkan jenis lainnya.
Melati Kampung memiliki keunggulan pada hasil bunga (total jumlah bunga dan
total bobot bunga) dan keharuman bunga. Seluruh karakter agronomi bunga pada
Melati Kampung juga sesuai dengan standarisasi mutu bunga untuk minyak atsiri.
Melati Emprit Bandar Arum hanya memiliki keunggulan pada karakter tinggi
tanaman. Melati Bintang memiliki keragaan yang berbeda dengan jenis lainnya.
Jenis ini memiliki cabang sekunder dan jumlah daun yang lebih banyak, tetapi
bunganya tidak wangi. Berdasarkan hasil penelitian ini, Melati Kampung
merupakan jenis melati yang paling sesuai dengan standarisasi bunga melati
sebagai bahan baku minyak atsiri didasarkan pada standar panduan mutu bunga
melati segar untuk bahan baku industri. Jasmine is one of the Indonesia's superior floriculture commodity. Indonesia
has various species, variety and accessions of jasmine that have not been explored
for their potentials as sources of essential oil industry. The development of the
jasmine essential oil industry in Indonesia has also been supported by the large
harvested area and the availability of various varieties of jasmine. However, very
limited studies have been conducted to identify the characteristics of jasmines and
their potential as the source of essential oil. Therefore, this study aims to obtain
information on the agronomic and morphological character, and quality of essential
oils to determine the suitability of jasmine as raw material for essential oils based
on the national standards. Four variety of jasmine (Telur/Tuscany, Kampung,
Emprit Bandar Arum, and Star Jasmine) were cultivated for 4 months; their flowers
were extracted using the enfleurage method. Jasminum sambac Grand Duke of
Tuscany is superior compared to the other varieties in the plant height, individual
flower weight, oil yield, and flower fragrance. However, its flower length is shorter
than the national standard. In addition, Tuscany Jasmine has a low flower yield
compared to other varieties. Melati Kampung has higher flower yields (total
number and the total weight of flowers) and more intense flower fragrance; its
flower also has characters that have met the national quality standards. Melati
Emprit Bandar Arum only has an advantage in plant height character. Star jasmine
has a different morphology compared to the other jasmine varieties; it has the
largest number of secondary branches and leaves, but the flowers are not fragrant.
Based on the results of this study, Kampung Jasmine is the most suitable jasmine
according to the standardization of jasmine flowers as an essential oil raw material
based on the quality guide standards of fresh jasmine flowers for industrial uses.