Show simple item record

dc.contributor.advisorSaharjo, Bambang Hero
dc.contributor.authorHafizh, Idham Nur
dc.date.accessioned2022-05-20T06:04:11Z
dc.date.available2022-05-20T06:04:11Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111809
dc.description.abstractKabupaten Pulang Pisau adalah salah satu dari banyak kabupaten di Kalimantan Tengah yang memiliki tingkat kejadian kebakaran tertinggi di Kalimantan tengah selama tahun 2019. Kebakaran tersebut dipengaruhi oleh musim kering dan pembukaan lahan, dengan kekeringan tanah dipengaruhi oleh tinggi muka air gambut. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data yang diperoleh pada Januari 2019 – Desember 2019. Metode yang digunakan adalah uji korelasi antara data curah hujan, titik panas dengan tingkat kepercayaan diatas 80%, dan tinggi muka air (TMA) harian dengan menggunakan SPSS. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 1740 titik panas di lahan gambut Kabupaten Pulang Pisau. Titik panas terbanyak terdapat pada bulan September 2019 sebanyak 1247 titik panas. Titik terendah dari TMA adalah 0.993 m dibawah permukaan gambut dan tertingginya adalah 0.093 m diatas permukaan gambut. Curah hujan dengan hotspot memiliki nilai korelasi negatif sebesar -0.148. Curah hujan dengan TMA memiliki nilai korelasi sebesar 0.201. Hotspot dengan TMA memiliki nilai korelasi - 0.343.id
dc.description.abstractPulang Pisau district is one of the many districts in Central Kalimantan with the highest fire incidence rates in Central Kalimantan during 2019. These fires are influenced by the dry season and land clearing, with soil dryness being affected by peat water levels. The data used in this study is data obtained in January 2019 – December 2019. The method used is a correlation test between rainfall data, hotspots with a confidence level above 80%, and daily water level (TMA) using SPSS. Based on the results of the study, 1740 hotspots were found in the peatlands of Pulang Pisau Regency. The most hotspots were in September 2019 as many as 1247 hotspots. The lowest point of TMA is 0.993 m below the peat surface and the highest is 0.093 m above the peat surface. Rainfall with hotspots has a negative correlation value of -0.148. Rainfall with TMA has a correlation value of 0.201. Hotspots with TMA have a correlation value of - 0.343.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleHubungan Tinggi Muka Air dan Indikasi Kebakaran Hutan Lahan Gambut di Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengahid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordCurah hujanid
dc.subject.keywordkebakaran hutanid
dc.subject.keywordtinggi muka airid
dc.subject.keywordtitik panasid
dc.subject.keywordkorelasiid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record