Show simple item record

dc.contributor.advisorSinaga, Bonar M.
dc.contributor.advisorSiregar, Hermanto
dc.contributor.advisorHarianto
dc.contributor.authorRivai, Arham
dc.date.accessioned2022-05-17T02:51:17Z
dc.date.available2022-05-17T02:51:17Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111769
dc.description.abstractKebijakan pertanian dan program perlindungan sosial bagi pemerintah merupakan elemen penting dalam strategi pengurangan kemiskinan. Hal ini ditandai dengan alokasi anggaran negara yang terus meningkat tiap tahun. Namun, jika kecenderungan pengalokasian anggaran ini terus terjadi, maka akan sangat membebani anggaran negara. Selain itu, sinergitas diantara kedua sektor ini umumnya terbatas. Hal ini berdampak pada tingkat penurunan jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun cenderung melambat, bertolak belakang dengan besarnya anggaran yang dikeluarkan untuk pengentasan kemiskinan yang terus meningkat setiap tahunnya. Penelitian bertujuan: (1) membangun model ekonomi rumahtangga petani usaha padi penerima PKH yang mengintegrasikan kebijakan pertanian dan program perlindungan sosial, serta indikator kesejahteraan dan kemiskinan, (2) membandingkan dampak kebijakan pertanian dan program perlindungan sosial terhadap kesejahteraan rumahtangga pertanian dan pengurangan kemiskinan berdasarkan strata luas lahan di Kabupaten Karawang, dan (3) membandingkan dampak resertifikasi kepesertaan PKH dan langkah exit strategy terhadap kesejahteraan rumahtangga pertanian dan pengurangan kemiskinan berdasarkan strata luas lahan di Kabupaten Karawang. Penelitian menggunakan data primer yang dilaksanakan di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Unit penelitian adalah rumahtangga usaha padi penerima PKH. Penentuan unit penelitian ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yang mengarah kepada gambaran tentang program perlindungan sosial. Jumlah responden sebanyak 139 rumahtangga petani dengan metode pengambilan sampel multistage cluster stratified random sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2017 dengan karakteristik rumahtangga dan kinerja usaha pertanian yang diteliti adalah kondisi pada rentang waktu November 2016 sampai dengan Oktober tahun 2017. Alat yang digunakan untuk menganalisis tujuan penelitian adalah model ekonomi rumahtangga pertanian (agriculture household model). Model menggambarkan keterkaitan alur keputusan alokasi sumberdaya untuk menghasilkan output produksi dan alokasi pendapatan pada berbagai jenis pengeluaran rumahtangga pertanian dengan kendala waktu dan anggaran. Model ini menganalisis dampak faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku ekonomi rumahtangga petani dalam mengalokasikan waktu kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga. Penelitian dapat membangun model ekonomi rumahtangga petani pada spesifikasi usaha padi penerima PKH yang dapat diaplikasikan kemampuannya untuk melakukan simulasi kebijakan, baik kebijakan pertanian, kebijakan program perlindungan sosial, maupun kombinasi kedua kebijakan. Model dapat digunakan untuk mengevaluasi alternatif dampak kebijakan yang relevan terhadap kesejahteraan rumahtangga petani usaha padi dan perubahan persentase penduduk miskin berdasarkan strata luas lahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sinergi kebijakan pertanian berupa HPP gabah dan program perlindungan sosial berupa PKH merupakan instrumen kebijakan terbaik dalam meningkatkan kesejahteraan petani usaha padi dan menurunkan jumlah penduduk miskin di pedesaan. Sinergi kedua kebijakan ini dapat diterapkan dan memungkinkan sebagai suatu alternatif pilihan. PKH secara khusus juga berguna untuk mengembalikan kesejahteraan yang hilang sebagai akibat kebijakan pertanian berupa pengurangan subsidi pupuk dalam rangka penghematan anggaran. Selain itu, Instrumen PKH secara khusus juga mampu meredistribusi pendapatan sehingga memiliki daya dorong yang lebih kuat dalam mengurangi jumlah penduduk miskin di pedesaan. Dampak sinergi kebijakan lebih tinggi terhadap petani dengan strata luas lahan di bawah 0.5 hektar. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kebijakan resertifikasi PKH terhadap petani usaha padi berdampak buruk terhadap kinerja usaha pertanian, alokasi waktu kerja rumahtangga, dan kesejahteraan petani, disamping itu menambah jumlah penduduk miskin pedesaan yang cukup besar. Dampak yang lebih tinggi terjadi pada strata luas lahan di bawah 0.5 hektar. Langkah exit strategy yang terbaik adalah peningkatan curahan tenaga kerja pada kegiatan non pertanian rumahtanga. Implikasi kebijakan yang disarankan adalah: (1) model ekonomi rumahtangga petani usaha padi penerima PKH dapat dikembangkan dan digunakan pada daerah lain dan skala yang lebih luas untuk menganalisis integrasi kebijakan pertanian dan program perlindungan sosial serta program subsidi pangan lainnya dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan, (2) dalam rangka penghematan anggaran, pemerintah dapat menempuh kebijakan pengurangan subsidi pupuk secara bertahap yang dibarengi dengan peningkatan besaran nilai program perlindungan sosial bagi rumahtangga sasaran pada kedua strata luas lahan, (3) pemerintah dapat melakukan sinergi kebijakan HPP gabah dan PKH pada strata luas lahan 0.5 hektar ke atas dan peningkatan kesempatan kerja di luar sektor pertanian pada strata luas lahan di bawah 0.5 hektar, dam (4) peningkatan kesempatan kerja di luar sektor pertanian yang menekankan kewirausahaan dan peningkatan sumber daya manusia dapat dijadikan sebagai upaya exit strategy pada program resertifikasi PKH dan dapat diterapkan pada kedua strata lahan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleDampak Kebijakan Pertanian dan Program Perlindungan Sosial terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani di Kabupaten Karawangid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordagricultural policyid
dc.subject.keywordagriculture householdid
dc.subject.keywordsocial pretection programmesid
dc.subject.keywordwelfareid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record