Show simple item record

dc.contributor.advisorGuhardja, Edi
dc.contributor.advisorSukarno, Nampiah
dc.contributor.advisorDarusman, Latifah K.
dc.contributor.advisorGoenadi, Didiek H.
dc.contributor.advisorSmith, Sally
dc.contributor.authorWidiastuti, Happy
dc.date.accessioned2022-02-07T08:00:30Z
dc.date.available2022-02-07T08:00:30Z
dc.date.issued2004
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111065
dc.description.abstractKelapa sawit sebagian besar ditanam di tanah masam. Efisiensi pemupukan P di tanah ini pad a umumnya rendah. Efisiensi pemupukan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan simbiosis CMA pada kelapa sawit. Pemahaman interaksi CMA sebagai simbion dengan kelapa sawit sebagai inang perlu dipelajari untuk mendapatkan simbiosis maksimum. Tujuan penelitian adalah mempelajari biologi interaksi CMA pada kelapa sawit sehingga manfaat simbiosis CMA pada kelapa sawit maksimal. Penelitian terdiri dari 4 tahap utama yaitu 1) potensi inokulum CMA alami di kebun kelapa sawit, 2) optimasi simbiosis CMA pada kelapa sawit di tanah masam, 3) keefektifan CMA uji pad a praktek pembibitan di kebun, dan 4) anatomi, morfologi, dan fisiologi akar kelapa sawit bermikoriza. Asosiasi CMA dengan kelapa sawit terjadi pada semua umur yang diuji, namun populasi CMA tergolong rendah yaitu 90 spora 100 g-1 tanah pada umur bibit dan 17 sp~ra 100 g-1 tanah pada umur 16 tahun (penurunan 81%) sedangkan keragaman menurun hingga 50% pad a kelapa sawit 16 tahun dibandingkan dengan umur 1 tahun. Populasi CMA alami yang diperbanyak dengan inang P. phaseoloides lebih tinggi dibandingkan dengan sorgum. Propagul infektif tertinggi dieapai pada eontoh yang berasal dari tanaman umur 6 tahun, namun kemampuan infeksi propagul menurun lebih dari 97% pada tanaman berumur 16 tahun dibandingkan dengan tanaman berumur 6 tahun. Semakin dalam asal eontoh maka kemampuan infeksi propagul menurun 58 99%. Keefektifan CMA alami tertinggi dieapai pada eontoh tanah dari tanaman umur 6 tahun. CMA alami yang berasal dari kedalaman 0-20 em lebih efektif dibandingkan dengan CMA alami yang berasal dari kedalaman 20-60 em. Interaksi CMA dengan kelapa sawit yang teramati melalui adanya infeksi CMA di akar sekunder terjadi mulai minggu ke 7 baik pada A tuberculata maupun G. margarita pada perlakuan tanpa pemutusan kotiledon. Pemutusan kotiledon mempercepat infeksi G. margarita pada akar primer dan sekunder 1 minggu. Infeksi pada akar sekunder dan tersier pad a umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi pada akar primer. Oosis sp~ra optimum A tuberculata untuk mendapatkan pertumbuhan dan serapan P maksimum bibit kelapa sawit umur 15 bulan adalah 230 spora dan 300 sp~ra sedangkan untuk G. margarita adalah 200 spora dan 300 sp~ra. Oengan menggunakan propagul campuran sebagai inokulum, pertumbuhan maksimum bibit kelapa sawit umur 8 bulan (69,08 g) dapat dicapai pad a dosis mikoriza A tuberculata 45,7% (bIb) dan pemupukan 42,1% dosis rekomendasi. Bagaimanapun juga pertumbuhan optimum bibit umur 8 bulan pada inokulasi A tuberculata dapat dieapai dengan pemupukan 25% dosis rekomendasi yang disertai pemberian mikoriza 36% (bIb), sedangkan untuk G. margarita pertumbuhan optimum dicapai pad a pupuk 26% dosis rekomendasi yang disertai 40% (bIb) inokulum. Oengan menggunakan propagul eampuran sebagai inokulum maka respons inokulasi dapat diperoleh dalam waktu yang lebih eepat. A tuberculata, dan G. margarita efektif untuk kelapa sawit pada praktek pembibitan di kebun. Walaupun demikian inokulasi A tuberculata menghasilkan pertumbuhan dan serapan hara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan inokulasi margarita. NUai persen respons pertumbuhan bibit yang disebabkan inokulasi CMA lebih tinggi pada inokulasi A. tuberculata dibandingkan margarita. Pada tanah tidak steril inokulasi A. tuberculata menghasilkan pertumbuhan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan pada tanah steri!. Inokulasi A. tuberculata pada praktek pembibitan di kebun menghasilkan peningkatan pertumbuhan dan P bibit kelapa sawit kali 3,6 kali dibandingkan dengan kontrol. Pertumbuhan bibit kelapa saw it yang diinokulasi tuberculata steril maupun tidak mempunyai keseragaman paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Aktivitas akar kelapa sawit terinfeksi CMA meningkat walaupun selanjutnya terjadi penekanan. Penekanan aktivitas kitinase diikuti dengan pembentukan polipeptida Polipeptida spesi'fik inokulasi teramati pada akar primer dan sekunder. Inokulasi CMA merubah arsitektur perakaran namun tidak mempengaruhi anatomi akar. Peranan simbiosis CMA A. tuberculata terhadap peningkatan serapan P dan pertumbuhan kelapa sawit dapat melalui perbaikan sistem perakaran, dan peningkatan aktivitas fosfatase asam di rhizosfer. Kandungan asam oksalat di hifosfer bibit yang diinokulasi A. tuberculata nyata lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)
dc.titleBiologi Interaksi Cendawan Mikoriza Arbuskula Kelapa Sawit pada Tanah Masam sebagai Dasar Pengembangan Teknologi Aplikasi Diniid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordoil palm-rhizosphereid
dc.subject.keywordAM fungi-diversityid
dc.subject.keywordpopulation dynamicid
dc.subject.keywordinfective propaguleid
dc.subject.keywordindigenous-effectivenessid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record