Show simple item record

dc.contributor.advisorGuhardja, Edi
dc.contributor.advisorG. A. Wattimena
dc.contributor.advisorMariska, Ika
dc.contributor.advisorSuhartono, Maggy Thenawidjaja
dc.contributor.advisorSuharsono
dc.contributor.authorPrasetyorini
dc.date.accessioned2022-02-07T08:00:18Z
dc.date.available2022-02-07T08:00:18Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111064
dc.description.abstractRauvolfia serpentina in-vitro Benth. ex Kurz merupakan tumbuhan obat asli Indonesia yang dilaporkan populasinya sudah menjadi langka. Sementara jenis tumbuhan ini banyak diminta oleh negara-negara industri fannasi dan banyak digunakan untuk bahan baku obat tradisional maupun obat modem. Tidak kurang dari 10 jenis obat dari 9 perusahaan beredar di Indonesia bahan bakunya menggunakan ekstrak murni R. serpentina atau eksktrak murni dicampur dengan bahan lain. Sebagian besar obat-obat tersebut digunakan sebagai penurun tekanan darah tinggi. Mengingat potensi sebagai tumbuhan obat sangat besar dan populasinya sudah langka maka pedu dilakukan usaha yang sungguhsungguh untuk melestarikan keberadaannya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah penelitian tentang preservasl Rserpentina melalui teknik kultur in-vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur laringan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat dan Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Fisiologi Reproduksi Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor dari luli 1996 sampai Desember 1998. Tujuan penelitian adalah untuk mencari metode yang tepat menyimpan R serpentina melalui teknik kultur in-vitro. Penelitian terdiri dari 3 bagian secara terpisah yaitu: 1). Regenerasi tunas in-vitro. 2). Preservasi in-vitro. 3) Uji regenerasi hasil penyimpanan. Regenerasi tunas in-vitro bertujuan mendapatkan medium terbaik untuk perbanyakkan R serpentina. Medium dasar yang digunakan adalah medium MS (Murashige dan Skoog), pedakuan yang diberikan adalah kinetin dengan konsentrasi 0,5, 1, 2,5 dan 5 mg rl dan BAP (Benzil Amino Purin) dengan konsentrasi 0,5, 0,6, 0,7, 0,8, 0,9, 10 mg rl. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik adalah medium MS yang diperkaya BAP 0,9 mg rl. Penelitian preservasi atau penyimpanan terdiri dari 7 bagian yaitu: 1). Penyimpanan meristem pucuk dengan kondisi pertumbuhan minimal dalam medium cair pada suhu kamar (24° C). 2). Penyimpanan meristem pucuk dengan kondisi pertumbuhan minimal dalam medium cair pada suhu rendah (16° C). 3). Penyimpanan meristem pucuk dalam kapsul alginat. 4). Penyimpanan batang satu buku dalam kapsul alginat. 5). Penyimpanan tunas pucuk dalam kondisi pertumbuhan minimal pada suhu kamar. 6). Penyimpanan tunas pucuk dalam kondisi pertumbuhan minimal pada suhu rendah. 7). Penyimpanan tunas pucuk dengan pembekuan dalam nitrogen cair (-196° C). Perlakuan yang diberikan untuk percobaan pertama sampai percobaan ke-enam sarna, yaitu pengenceran medium MS (MS, 1/2 MS, 114 MS) dengan beberapa taraf konsentrasi paklobutrazol (0, 0,25, 0,50, 0,75 mg rl) dan penyimpanan dilakukan selama 54 minggu. Percobaan pertama sampai ke-enam merupakan penyimpanan jangka pendek sampai menengah sedang percobaan ke-tujuh merupakan penyimpanan jangka panjang. Hasil penelitian selama 54 MST (Minggu Setelah Tanam) menunjukkan dalam percobaan pertama, daya hidup meristem pucuk relatif rendah (30-70 %). Tinggi tunas tidak dipengaruhi secara nyata oleh pengenceran medium, tapi paklobutrazol nyata menghambat tinggi tunas. lumlah daun dipengaruhi secara nyata oleh pengenceran medium, paklobutrazol dan interaksi keduanya. Paklobutrazol berpengaruh nyata menghambat jumlah daun pada kultur dalam medium MS dan Y2 MS. Dalam percobaan ke-dua semua meristem pucuk yang disimpan mati pada umur penyimpanan 9 minggu. Dalam percobaan ke-tiga, hanya bisa diamati daya hidup. Perlakuan dalam penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap daya hidup meristem pucuk. Rata-rata daya hidup antara 47-66 %. Untuk percobaan ke-empat juga hanya bisa diamati daya hidup, perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap daya hidup batang satu buku selama penyimpanan, daya hidup batang satu buku dalam kapsul alginat berkisar antara 47-64 %. Dalam percobaan penyimpanan ke-1ima, daya hidup paling tinggi dibandingkan dengan percobaan penyimpanan yang lain yaitu antara 75-100 %. Nisbah antara jumlah subkultur dengan jumlah kultur tertinggi adalah 1,75 untuk perIakuan Y4 MS dengan paklobutrazol 0,25 mg rl dan terendah adalah perlakuan MS tanpa paklobutrazol. Pada umur penyimpanan 54 MST paklobutrazol maupun pengenceran medium menghambat tinggi tunas dan jumlah tunas secara nyata, tetapi tidak ada interaksi keduanya. Sedangkan jumlah daun dihambat secara nyata oleh pengenceran medium, paklobutrazoI dan ada interaksi antara keduanya. Penambahan paklobutrazol secara nyata menghambat jumlah daun pada medium MS tapi tidak berpengaruh nyata pada medium Y:z MS maupun Y4 MS. Dalam percobaan penyimpanan ke-enam semua tunas pucuk yang disimpan mati pada umur penyimpanan 5 minggu. Percobaan penyimpanan ke-tujuh menunjukkan perlakuan awal yang memberikan daya hidup tertinggi adalah perlakuan sukrosa 0.4 M selama 4 hari. Dari perlakuan teknik ini, krioproteictan yang memberikan daya hidup tertinggi adalah MlX I (22% gliserol, 17 % ethylen glikol, 17 % polyethylen glikol dan 7 % dimerthyl sulfoxida dalam 0,4 M sukrosa ) selama 120 menit yaitu 30 %. Hasil uji regenerasi dari hasil penyimpanan, menunjukkan perlakuan yang diberikan selama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap daya regenerasi tunas R. serpentina in-vitro. Artinya tunas-tunas hasil penyimpanan masih mampu tumbuh dan beregenerasi membentuk tunas. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penylmpanan Rauvolfia serpentina menggunakan eksplan tunas pucuk dalam medium MS yang tidak diencerkan dan tanpa paklobutrazol memberikan daya hidup terbaik. Tunas pucuk tersebut disimpan dalam waktu satu tahun dengan nisbah antara jumlah subkultur dan jumlah kultur terendah yaitu 0,38 artinya subkultur selama satu tahun dilakukan 0,38 kali. Preservasi dengan pembekuan dalam nitrogen cair yang merupakan penyimpanan jangka panjang dapat dilakukan dengan perlakuan awa) 0,4 M sukrosa selama 4 hari dan larutan krioprotektan MIX I selama 120 menit. Beberapa metode preservasi yang dilakukan dalam percobaan ini tidak berpengaruh nyata terhadap daya regenerasi tunas pucuk ataupun meristem pucuk yang telah disimpan selama 54 MSTid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)
dc.titlePreservasi Rauvolfia serpentina in-vitro Benth. ex Kurz (Pule Pandak) Melalui Teknik Kultur In-vitroid
dc.typeDissertationid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record