Konsumsi Minuman Beroksigen Mempengaruhi Sitokin Proinflamasi dan Kapasitas Antioksidan Total pada Penderita PPOK
Oxygenated Water Consumption Influenced Proinflammatory Cytokines and Total Antioxidant Capacity on COPD Patients
Date
2013Author
Azni, Intan Nurul
Zakaria, Fransiska Rungkat
Syamsir, Elvira
Metadata
Show full item recordAbstract
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit
penyebab kematian terbesar di dunia dan telah menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Minuman beroksigen adalah air yang ditambahkan dengan oksigen dengan konsentrasi
tinggi sehingga konsentrasi oksigen yang terkandung di dalamnya dapat mencapai 16-
18 kali dari air biasa. Studi mengenai manfaat konsumsi minuman beroksigen sudah
banyak dilakukan. Namun sampai saat ini belum ada studi yang meneliti manfaat
konsumsi minuman beroksigen pada penderita PPOK.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh dari konsumsi
minuman beroksigen terhadap perubahan kadar sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1β, dan
IL-6) dan kapasitas antioksidan total pada penderita PPOK. Penelitian ini terdiri dari 5
tahap kegiatan, yaitu pengajuan persetujuan etik (ethical approval), seleksi responden,
intervensi responden, pengambilan darah, dan analisis biokimia darah.
Seluruh responden yang berjumlah 16 orang merupakan pasien klinik dr. Katili,
Dramaga yang didiagnosis PPOK. Pada tahap intervensi, seluruh responden diberikan
minuman beroksigen dengan konsentrasi 100 ppm yang diberikan 2 kali sehari (pagi
dan sore hari), masing-masing sebanyak 385 ml selama 21 hari dan pada hari ke-1, 4, 7,
14, dan 21 intervensi dilakukan wawancara mengenai makanan yang dikonsumsi,
perubahan kesehatan, dan respon terhadap minuman beroksigen dengan panduan
kuesioner. Pengambilan darah untuk analisis plasma dilakukan sebelum dan setelah
periode intervensi.
Hasil penelitian menunjukkan umumnya kadar sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-
1β, dan IL-6) pada plasma mengalami penurunan yang signifikan (P < 0,05) setelah
dilakukan intervensi selama 21 hari. Sebanyak 81,25 % responden mengalami
penurunan kadar TNF-α pada plasma, sebesar 75 % responden mengalami penurunan
kadar IL-1β pada plasma, dan sebesar 62,5 % responden mengalami penurunan kadar
IL-6 pada plasma. Sedangkan setelah intervensi selama 21 hari, terdapat beberapa
responden (43,75 %) yang mengalami penurunan kapasitas antioksidan total, namun
penurunan ini tidak signifikan berdasarkan uji statistik (P > 0,05). Penurunan tersebut
diduga disebabkan oleh pola makan yang buruk dan konsumsi obat-obatan selama
periode intervensi.
Tingkat keparahan PPOK dinilai berdasarkan nilai VEP1/ VEP1 prediksi (%) yang
diperoleh pada uji spirometri. Sebanyak 56,25 % responden termasuk ke dalam kategori
tingkat keparahan sedang. Sedangkan untuk tingkat keparahan ringan dan berat masingmasing
18,75 % dan 12,50 %. Selain itu terdapat 12,50 % responden yang tergolong ke
dalam kriteria normal. Jika dikaitkan antara tingkat keparahan PPOK dengan parameter
TNF-α, IL-1β, dan IL-6, konsumsi minuman beroksigen berpotensi menurunkan kadar
TNF-α, IL-1β, dan IL-6 baik pada responden dengan tingkat keparahan PPOK normal,
ringan, sedang, dan berat. Namun jika dikaitkan dengan kadar kapasitas antioksidan
total, maka sebagian responden mengalami penurunan kadarnya. Oleh sebab itu perlu
dikaji lebih lanjut, apakah penurunan tersebut disebabkan oleh minuman beroksigen
atau faktor lainnya.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2274]