dc.description.abstract | Ketumbar (Coriandrum sativum L.) termasuk dalam famili Umbelliferae
dan merupakan salah satu tanaman rempah kuno yang telah banyak digunakan
sebagai bumbu masakan dan obat herbal. Ketumbar merupakan tanaman penghasil
minyak atsiri yang berasal dari wilayah mediterania. Minyak atsiri biji ketumbar
mengandung senyawa volatil diantaranya linalool, geraniol, geranil asetat, kamper
yang diketahui memiliki peran sebagai antibakteri, antikanker, neuroprotektif,
ansiolitik, hipnotis, antikonvulsan, analgesik, anti-inflamasi, antidiabetes, serta
sebagai antioksidan. Kebutuhan biji ketumbar di Indonesia sangat tinggi dengan
pemanfaatannya yang sangat beragam. Di Indonesia biji ketumbar dimanfaatkan
sebagai bumbu dapur, obat herbal, bahan baku dibidang farmasi serta industri
parfum. Namun demikian produksi biji ketumbar di Indonesia masih sangat rendah,
hal ini dikarenakan jika tanaman ketumbar yang dibudidayakan di Indonesia
membutuhkan biaya produksi yang besar sehingga kalah saing oleh biji ketumbar
impor yang lebih murah. Kondisi ini yang menyebabkan Indonesia harus
mengimpor biji ketumbar dari India, Bulgaria dan negara produsen lainnya.
Umumnya biji ketumbar impor berwarna cokelat gelap dan kotor,
permasalahan tersebut menjadi kelemahan yang dapat membuat minat konsumen
berkurang. Selama ini para importir di Indonesia terpaksa melakukan perbaikan
mutu fisik terutama pada warna biji menggunakan hidrogen peroksida sebagai
bahan pemutih. Namun permasalahan dalam proses pemutihan menggunakan
hidrogen peroksida antara lain memungkinkan kandungan minyak atsiri akan
teroksidasi karena hidrogen peroksida merupakan oksidator reaktif. Setelah
pemberian hidrogen peroksida, kadar air biji akan meningkat sehingga perlu
dilakukan proses pengeringan. Penelitian ini merupakan penelitian gabungan,
dimana satu penelitian fokus pada keamanan pangan dan penelitian ini fokus pada
mutu minyak atsiri sebagai obat herbal yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan hidrogen peroksida dan metode pengeringan terhadap komposisi dan
rendemen dalam minyak atsiri biji ketumbar.
Penelitian terdiri dari beberapa tahapan yaitu pemesanan bahan baku biji
ketumbar impor, pemutihan biji, pengeringan biji, ekstraksi minyak atsiri dan
analisis komposisi senyawa minyak atsiri. Pemesanan bahan baku berupa biji
ketumbar yang diimpor dari Bulgaria. Selanjutnya dilakukan proses pemutihan biji
ketumbar dengan hidrogen peroksida, namun sebelum itu diukur terlebih dahulu
kadar air awal biji sebagai perbandingan. Proses pemutihan biji berlangsung selama
lima menit sambil diaduk dengan spatula agar tercampur merata, sementara
pengukuran suhu reaksi saat pengadukan diukur dengan termometer setiap 30 detik.
Setelah pemberian hidrogen peroksida biji dikeringakan hingga mencapai KA 7%
dan selajutnya dikemas dalam plastik polypropilen (PP). Untuk memperoleh
minyak atsiri selanjutnya biji diekstraksi dengan metode distilasi uap. Proses
distilasi dilakukan dengan cara memasukkan biji ke dalam ketel disitilasi yang
sudah berisi air, ketel dipanaskan hingga titik didih air yaitu 100℃ selama enam
jam. Minyak atsiri hasil distilasi selanjutnya dilakukan analisis Gas
vi
Chromatography-Mass Spectrometer (GC-MS) untuk mengetahui kandungan
senyawanya. Parameter mutu minyak atsiri yang diamati meliputi rendemen minyak
atsiri dan kandungan senyawa kimianya. Rancangan percobaan yang digunakan pada
penelitian adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor perlakuan dan
tiga ulangan. Faktor perlakuan pertama adalah konsentrasi hidrogen peroksida yang
terdiri dari tiga taraf yaitu tanpa perlakuan hidrogen peroksida, konsentrasi H2O2
35% dan 50%, sedangkan faktor perlakuan kedua adalah metode pengeringan yang
terdiri dari dua taraf yaitu pengeringan dengan mechanical drying suhu 50℃ dan
pengeringan pada suhu ruang. Kombinasi perlakuan hidrogen peroksida dan metode
pengeringan menghasilkan enam perlakuan berbeda diantaranya kontrol, H0P1
(tanpa hidrogen peroksida + mechanical drying), H1P1 (35% H2O2 + mechanical
drying), H1P2 (35% H2O2 + pengeringan suhu ruang), H2P1 (50% H2O2 +
mechanical drying) dan H2P2 (50% H2O2 + pengeringan suhu ruang).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan hidrogen peroksida sebagai
agen pemutih yang dikombinasikan dengan metode pengeringan dapat
menyebabkan penurunan kandungan senyawa minyak atsiri biji ketumbar.
Komposisi senyawa minyak atsiri terendah terdapat pada biji yang diberi perlakuan
50% hidrogen peroksida yang dikeringkan dengan mechanical drying suhu 50℃
yaitu linalool (11.37%), limonene (0.49%), geranyl acetate (1.06%), α-pinene
(0.75%), γ-terpinene (1.25%), geraniol (1.34%), camphor (1.10%) dan αterpinolene (0.17%). Sedangkan identifikasi komposisi kandungan minyak atsiri
biji ketumbar tanpa perlakuan hidrogen peroksida namun dikeringkan dengan
mechanical drying suhu 50 ℃ menghasilkan senyawa minyak atsiri tertinggi
diantaranya linalool (51.65%), limonene (5.31%), geranyl acetate (7.31%), αpinene (3.63%), γ-terpinene (1.76%), geraniol (1.67%), camphor (5.29%), αterpinolene (1.23%). Perlakuan hidrogen peroksida juga mengakibatkan rendemen
minyak atsiri menurun, sedangkan metode pengeringan biji tidak berpengaruh nyata
terhadap rendemen minyak atsiri. Biji tanpa perlakuan hidrogen peroksida
menghasilkan rendemen tertinggi yaitu sebesar 0.97%, sedangkan rendemen
minyak atsiri terendah terdapat pada biji dengan perlakuan 50% hidrogen peroksida
yaitu sebesar 0.78%. | id |