Show simple item record

dc.contributor.advisorFauzi, Anas Miftah
dc.contributor.advisorRusli, Meika Syahbana
dc.contributor.advisorRustiadi, Ernan
dc.contributor.authorHamdan, Hamdan
dc.date.accessioned2021-09-07T03:32:38Z
dc.date.available2021-09-07T03:32:38Z
dc.date.issued2021-09-06
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/109110
dc.description.abstractProduksi kopi Indonesia sebagian besar berasal dari perkebunan rakyat yang didominasi jenis Robusta. Pengembangan sistem inovasi untuk mempercepat transfer teknologi perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu kopi sehingga agroindustri berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan menyusun rancang bangun Agrotechnology Park (ATP) berkelanjutan berbasis kopi di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Pendekatan yang digunakan terdiri atas: (a) Life Cycle Assesment, (b) kelayakan finansial, (c) model persamaan struktural, (d) kesesuaian lahan, (e) Skalogram fasilitas umum dan agroindustri, dan (f) sistem dinamik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agroindustri kopi memenuhi kriteria keberlanjutan dari dimensi lingkungan dan ekonomi. Rasio output-input penggunaan energi menunjukkan efisiensi yang baik dari agroindustri kopi dengan nilai 5,35. Nilai emisi terhadap potensi pemanasan global, acidification, dan eutrophication masing-masing sebesar 0,14 kgCO2eq/kg green bean, 0,29 gSO2eq/kg green bean, dan 0,48gPO43-eq/kg green bean. Nilai emisi tersebut menunjukkan potensi pengembangan kopi organik karena nilainya lebih rendah dibandingan pertanian kopi organik di negara lain. Nilai NPV sebesar Rp 75,55 juta, artinya investasi pada usahatani kopi menguntungkan secara ekonomi. Namun, indeks kesejahteraan sebagai indikator dimensi sosial belum memenuhi kriteria keberlanjutan karena hanya memenuhi 65,66% kebutuhan dasar rumah tangga petani. Kondisi keberlanjutan sosial agroindustri dapat dicapai dengan peningkatan produksi sebesar 50%, dari 737,42 menjadi 1106,12 kg/ha. Variabel utama pengembangan ATP terdiri atas pengelolaan dimensi sumberdaya dan dimensi sosial. Strategi pengelolaan dimensi sumberdaya dilakukakan melalui tiga indikator, yaitu: (a) menstimulasi percepatan rantai pasok bahan baku ke industri dan perdagangan strategis, (b) meningkatkan transfer teknologi, dan (c) meningkatkan produktivitas kawasan melalui inovasi. Sedangkankan strategi pengelolaan dimensi sosial melalui empat indikator, yaitu: (a) meningkatkan upah tenaga kerja local, (b) menghambat peningkatan ketimpangan wilayah, (c) meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal, dan (d) mengurangi konflik sumberdaya. Berdasarkan kedua variabel tersebut, tujuan pengembangan ATP terdiri atas: (a) menumbuhkan dan mengembangkan kewirausahaan baru, (b) menjadi pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, (c) menjadi penghubung antara industri-akademisi-pemerintah, dan (d) menyediakan infrastruktur dan fasilitas pengembangan untuk industri yang berorientasi teknologi. Lahan perkebunan kopi di Kabupaten Kepahiang memiliki kelas kesesuaian marginal (S3) dan tidak sesuai (N) dengan faktor pembatas utama adalah ketersediaan air (wa), ketersediaan hara (nr), dan bahaya erosi (eh). Kecamatan Kaba Wetan memiliki lahan dengan rata-rata faktor pembatas lebih ringan dibandingkan kecamatan lainnya, yaitu wa dan eh. Analisis skalogram menghasilkan empat desa yang termasuk kelompok hirarki I, yaitu Desa Sido Rejo Kecamatan Kabawetan, Tebat Monok Kecamatan Kepahiang, Lubuk Sahung dan Talang Gelompok Kecamatan Seberang Musi. Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan dan tingkat perkembangan wilayah, Desa Sido Rejo dipilih sebagai pusat pelayanan ATP. Desa ini juga memiliki keterjangkauan yang baik, dekat dengan sumber bahan baku, menerapkan good agricultural practices kopi, memiliki sertifikat indikasi geografis (IG), dan memiliki daya Tarik wilayah sebagai daerah wisata kebun teh dan kampung kopi Kabawetan. Model Agrotechnology Park dirancang dengan pendekatan sistem dinamik yang terdiri atas; (a) model produksi dan peningkatan mutu kopi dan (b) model ATP. Skenario produksi dipilih berdasarkan kemudahan dalam penerapan teknologi, kemampuan ekonomi petani, dan keterjangkauan lokasi kebun. Berdasarkan model produksi, simulasi skenario optimis dengan peremajaan 50%, pemupukan organik, tanaman peneduh 400 batang/ha, dan pengendalian gulma secara mekanik mampu memenuhi kriteria keberlanjutan. Model ATP mengambarkan hubungan antar kecamatan sebagai jaringan Pusat Transformasi Perdesaan dengan pusat pelayanan ATP. Aktivitas utama pada masing-masing Pusat Transformasi Perdesaan (PTP) adalah penyediaan klon unggul melalui pembangunan kebun percontohan, produksi green bean premium melalui unit pengolahan, dan produksi bubuk kopi premium untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal Kabupaten Kepahiang.id
dc.description.sponsorshipBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesiaid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleRancang Bangun Agrotechnology Park Berkelanjutan Berbasis Kopi di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkuluid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordagrotechnology parkid
dc.subject.keywordkopi robustaid
dc.subject.keywordpusat pelayananid
dc.subject.keywordvariabel pengembanganid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record