Ambang Kerusakan dan Kerugian Ekonomi Nematoda Sista Kentang di Indonesia: Studi Kasus di Dataran Tinggi Dieng.
Date
2021Author
Selamet
Supramana
Sinaga, Meity Suradji
Nurmansyah, Ali
Mutaqin, Kikin Hamzah
Metadata
Show full item recordAbstract
Kentang merupakan komoditas sayuran penting di Indonesia dan salah satu sentra produksinya adalah Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah. Produktivitas kentang di Jawa Tengah relative rendah dibandingkan dengan produsen kentang lainnya misalnya negara-negara di benua Eropa. Keberadaan berbagai jenis hama dan penyakit dapat menjadi ancaman serius bagi produktivitas tanaman kentang.
Salah satu penyebab penyakit kentang yang berpotensi menimbulkan kerugian besar adalah nematoda sista kentang (NSK). Globodera rostochiensis dan G. pallida merupakan 2 spesies NSK yang pada tahun 2007-2009 dilaporkan pernah menyerang tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah. Keberadaan G. pallida pada pertanaman lebih berbahaya karena sulit dikendalikan. Identitas spesies dan informasi mengenai ambang kerusakan NSK diperlukan sebagai dasar untuk merekomendasikan strategi dan waktu pengendalian yang tepat agar tidak menimbulkan kerugian ekonomi bagi petani.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) teridentifikasinya spesies NSK di Dataran Tinggi Dieng berdasarkan karakterisasi morfologi, morfometri dan molekuler; (2) penetapan ambang kerusakan NSK pada kentang, dan (3) mendapatkan data kerugian ekonomi serangan NSK pada tingkat petani di sentra pertanaman kentang.
Pengambilan sampel tanah untuk deteksi dan identifikasi dilakukan di Dataran Tinggi Dieng pada 30 lahan contoh pada kisaran ketinggian 1 100 - 2 100 m di atas permukaan laut. Identifikasi spesies NSK didasarkan pada karakter morfologi, morfometri dan molekuler. Pengamatan terhadap karakter morfologi dan morfometri menggunakan sista dan juvenil 2 (J2) dalam bentuk preparat. Pengujian molekuler dengan metode polymerase chain reaction (PCR) menggunakan pasangan primer universal UNI dengan primer spesifik G. pallida GPA1 dan primer spesifik untuk G. rostochiensis GRO5A.
Dua spesies NSK berhasil diidentifikasi dari wilayah pengamatan sebagai nematoda sista putih (G. pallida) dan nematoda sista kuning (G. rostochiensis). Ciri G. pallida ialah bentuk knob stilet J2 menonjol ke arah anterior, nisbah Graneks umumnya kurang dari 3, dan jumlah tonjolan kutikula (cuticular ridges) antara anus dan vulva basin kurang dari 12. Nilai nisbah Graneks kurang dari 3 ditemukan pada 25 spesimen, sedangkan cuticular ridges kurang dari 12 diidentifikasi pada 10 spesimen. G. rostochiensis dengan bentuk knob stilet yang menonjol kea rah posterior dan nilai nisbah Grankes lebih besar dari 3.5 diidentifikasi pada 30 spesimen. Pengujian secara molekuler menggunakan primer spesifik yang mengamplifikasi wilayah ribosomal DNA menunjukkan adanya spesies G. rostochiensis dengan panjang pita DNA 239 pb dan G. pallida dengan panjang pita DNA 391 pb. Spesies campuran NSK berhasil dideteksi pada kisaran ketinggian 1 100 m hingga 2 100 m di atas permukaan laut (dpl) di Dataran Tinggi Dieng.
Penelitian pada skala mikroplot di lapangan dilakukan untuk mengetahui ambang kerusakan NSK pada tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahapan: (1) perbanyakan massal Globodera asal sista tunggal, dan (2) percobaan untuk mengetahui hubungan kepadatan populasi awal NSK dengan hasil tanaman kentang. Percobaan menggunakan polybag berisi 5 kg tanah bebas NSK yang dipendam di dalam tanah untuk memperoleh kondisi lingkungan yang mendekati keadaan lapangan.
Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 7 perlakuan dan 12 ulangan. Perlakuan adalah populasi awal NSK berupa telur atau J2 di dalam sista per g tanah, yaitu: 0 (P0); 1 (P1); 1.5 (P2); 2 (P3); 2.5 (P4); 2 + karbofuran (P5), dan; 2.5 + karbofuran (P6). Nematisida berbahan aktif karbofuran diaplikasikan pada dosis anjuran yaitu 4 g/tanaman. Peubah yang diamati adalah hasil umbi per tanaman pada masing-masing perlakuan. Data tentang kehilangan hasil tanaman, hasil yang dapat diselamatkan dan total biaya pengendalian selanjutnya digunakan untuk menghitung rasio manfaat-biaya/RMB. Nilai persentase hasil yang dapat diselamtkan menggunakan data sekunder. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai ambang kerusakan adalah 0.85, yang berarti bahwa kerugian akan timbul bila jumlah inokulum awal NSK di dalam tanah setara 0.85 telur atau juvenil 2 (J2) per g tanah. Dengan demikian, nilai ambang ekonomi (AE) NSK adalah 0.64 yang mengindikasikan bahwa petani kentang di Dataran Tinggi Dieng harus melakukan upaya pengendalian bila di lahannya ditemukan 0.64 telur atau J2 NSK per g tanah.
Penelitian mengenai tingkat insidensi penyakit NSK dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan dilakukan melalui wawancara terhadap 31 petani responden dan pengamatan langsung pada lahan kentang miliknya. Analisis pendapatan dilakukan melalui kuisioner terstruktur yang memuat informasi: varietas kentang, luas lahan, jarak tanam dan biaya faktor produksi (pembelian bibit, pembelian peralatan, sewa lahan, biaya tenaga kerja, dan pestisida) untuk satu kali musim tanam. Pengukuran tingkat insidensi penyakit NSK pada tanaman kentang dilakukan dengan pengamatan gejala yang timbul di atas permukaan tanah. Metode pengamatan dilakukan secara diagonal pada 100 tanaman yang berumur lebih dari 50 hari setelah tanam. Dampak ekonomi serangan NSK dikaji menggunakan analisis usahatani dan regresi yang dilanjutkan dengan menghitung nilai rasio manfaat biaya (RMB).
Tingkat insidensi penyakit sebesar 20%, 40%, 60%, dan 80% menyebabkan kerugian petani secara berturut-turut sebesar Rp: 22 855 985, 46 037 066, 69 218 147, dan 92 399 228. Nilai tingkat insidensi penyakit pada tanaman kentang akibat serangan NSK yang merugikan petani adalah lebih besar atau sama dengan 38 %. Analisis RMB menunjukkan bahwa terdapat 3% petani yang memiliki RMB kurang dari 1, 3% nilai RMB sama dengan 1 dan 94% petani (29 orang petani) memiliki RMB lebih dari 1. Nilai RMB ini menunjukkan kelayakan usahatani kentang akibat serangan NSK. RMB kurang dari 1 menunjukkan bahwa usahatani yang dijalankan tidak layak karena tidak memberikan keuntungan bagi petani. RMB sama dengan 1 menunjukkan bahwa petani yang menjalankan usahatani tidak mendapatkan keuntungan dan tidak merugi. RMB lebih dari l menunjukkan bahwa usahatani yang dijalankan layak untuk diusahakan karena memberikan keuntungan bagi petani.
Hasil identifikasi berdasarkan karakter morfologi, morfometri dan molekuler menunjukkan bahwa NSK yang menyerang pertanaman kentang adalah G. rostochiensis dan G. pallida. Identitas NSK ini dapat menjadi informasi penting bagi pengambil kebijakan di bidang perlindungan tanaman dalam menyusun program pengendalian. Informasi tentang spesies NSK sangat penting ketika akan dilakukan tindakan pengendalian khususnya dengan kultivar kentang tahan (resisten) atau toleran. Siklus hidup yang berbeda dari masing-masing spesies juga dapat dimanfaatkan untuk pengendalian populasi NSK ketika telah mencapai ambang ekonomi pada lahan dengan mengkombinasikan dengan teknik lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai AE untuk NSK di Dataran Tinggi Dieng adalah 0.64 telur/J2 per g tanah. Kegiatan untuk mengetahui populasi awal NSK dengan monitoring sebelum tanam di suatu lahan merupakan tindakan yang penting untuk dilakukan untuk menentukan tindakan pengendalian selanjutnya.
Collections
- DT - Agriculture [755]