Show simple item record

dc.contributor.advisorWientarsih, Ietje
dc.contributor.advisorWidodo, Setyo
dc.contributor.advisorPurwaningsih, Erni H
dc.contributor.advisorHarlina, Eva
dc.contributor.authorPurwono, Rini Madyastuti
dc.date.accessioned2021-08-10T05:05:54Z
dc.date.available2021-08-10T05:05:54Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/108292
dc.description.abstractNefrolitiasis adalah proses terbentuknya inti kristal di dalam ginjal yang dapat berkembang menjadi batu ginjal (urolith) dalam jangka waktu lama. Kejadian urolitiasis kalsium oksalat pada hewan kecil anjing dan kucing secara berurutan sebanyak 43 % dan 70.4 %. Tingkat keterulangan urolitiasis kalsium oksalat sekitar 48-57 % dalam 3 tahun pada anjing, sedangkan pada kucing sekitar 6.8% dalam 2 tahun. Pada manusia, tingkat keterulangan kasus urolitiasis pasca pengangkatan batu ginjal pertama sangat tinggi, yaitu 70-81 % pada laki-laki dan 47-60 % pada perempuan Tingkat keterulangan yang cukup tinggi menjadi masalah serius bagi penderita batu ginjal sehingga perlu dicarikan solusi yang efektif. Pencegahan kasus nefrolitiasis baik secara empiris maupun penelitian sudah mulai banyak menggunakan tanaman obat yang memiliki aktivitas antinefrolitiasis untuk mencari solusi yang efektif dalam mencegah keterulangan. Penanganan kasus nefrolitiasis pada hewan khususnya anjing dan kucing sampai saat ini tidak menggunakan kombinasi tanaman obat karena masih melakukan tindakan invasif/operasi. Tanaman obat yang biasa digunakan secara empiris adalah kombinasi dari keji beling dan kumis kucing. Pada penelitian ini akan digunakan kombinasi tanaman obat daun alpukat dan kumis kucing sebagai antinefrolitiasis. Selanjutnya dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi dasar untuk pembuatan sediaan vet label terutama untuk anjing dan kucing. Penelitian yang menggunakan kombinasi daun alpukat dan kumis kucing sebagai obat antinefrolitiasis ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu in silico, in vitro, dan in vivo. Senyawa penanda daun alpukat diwakili oleh kuersetin, sedangkan kumis kucing diwakili oleh sinensetin. Hasil konfirmasi senyawa penanda menggunanakan High Performance Liquid ChromatograpHy (HPLC), diperoleh waktu retensi puncak daun alpukat adalah 11.730 menit (standar kuersetin 11.727 menit) dan waku retensi puncak kumis kucing adaah 5.717 menit (standar sinensetin 5.736 menit). Puncak retensi yang terjadi pada sampel yang mendekati standar, baik pada sampel ekstrak daun alpukat maupun kumis kucing, cukup meyakinkan bahwa sampel daun alpukat mengandung kuersetin sebagai senyawa penanda dan ekstrak kumis kucing mengandung sinensetin sebagai senyawa penanda. Studi in silico dilakukan untuk menentukan mekanisme penghambatan kombinasi ekstrak etanol daun alpukat dan kumis kucing dalam mencegah nefrolitiasis. Hasil simulasi molekular doking menggunakan ligan uji kuersetin dan sinensetin menunjukkan ligan uji mampu menempati reseptor glikolat oksidase. Glikolat oksidase merupakan enzim yang berperan dalam membentuk kondisi hiperoksaluria. Enzim ini mengoksidasi asam glikolat menjadi asam oksalat di hati. Energi afinitas kuersetin (-8.2 kcal/mol) dan sinensetin (-7.5 kcal/mol) lebih negatif dibandingkan inhibitor alamiahnya yaitu 4-carboxy-5-dodecylsulfanyl-1,2,3- triazole (CDST) sebesar -6.9 kcal/mol, sehingga mampu berperan sebagai inhibitor pada enzim glikolat oksidase. Analisis ligan dengan metoda Lipinski menunjukkan sinensetin lebih stabil apabila diberikan peroral. Pada pengujian in vitro adalah pengujian kombinasi ekstrak dengan berbagai rasio dosis untuk melarutkan kristal kalsium oksalat sintesis dalam larutan urin buatan. Pengujian in vitro dibagi dalam 11 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif (KN), kontrol positif (KP), ekstrak daun alpukat (DA), ekstrak kumis kucing (KK) dan berbagai rasio kombinasi esktrak daun alpukat dan kumis kucing (1:1, 1:3, 3:1, 2:3, 3:2, 1:4, 4:1). Pada pengujian ini dilakukan pengukuran kadar ion kalsium yang terurai dari garam kalsium oksalat dengan spektrofometer serapan atom. Kelompok kombinasi daun alpukat 6 000 ppm dan kumis kucing 20 000 ppm dengan r a s io (1 :4) mampu memberikan daya larut terbaik dengan kadar kalsium ion paling tinggi di dalam larutan urin sintetis. Pada pengujian in vivo dilakukan pemberian ekstrak etanol kombinasi daun alpukat dan kumis kucing dengan variasi dosis pada hewan coba tikus yang diinduksi nefrolitiasis. Sebanyak 35 ekor tikus dibagi menjadi 7 kelompok yaitu kelompok normal (tanpa perlakuan), kontrol negatif (induksi etilen glikol), kontrol positif (sediaan komersil), kelompok yang diberi ekstrak daun alpukat dosis 300 mg/kgBB, ekstrak daun kumis kucing dosis 250 mg/kgBB, kombinasi dosis 1 (ekstrak daun alpukat 300 mg/kgBB+ekstrak kumis kucing 250 mg/kgBB) dan kombinasi dosis 2 (ekstrak daun alpukat 600 mg/kgBB+ekstrak kumis kucing 500 mg/kgBB). Hasil terbaik ditunjukkan oleh kelompok kombinasi dosis 1 yang mampu menghambat pembentukan kristal kalsium oksalat pada tikus induksi nefrolitiasis melalui mekanisme peningkatan laju filtrasi glomerulus, menjaga keseimbangan faktor litogenik dalam urin dan menekan kerusakan epitel tubulus melalui aktivitas antioksidan. Pada pengamatan imunohistokimia, ekspresi protein osteopontin (OPN) yang mengalami downregulasi pada kelompok kombinasi 1 ditunjukkan dengan intensitas warna coklat pada sel-sel yang positif OPN.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleEfek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) dan Kumis Kucing (Orthosipon aristatus (Blume) Miq.) pada Hewan Model Nefrolitiasis: Studi In Silico, In Vitro dan In Vivoid
dc.title.alternativeIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordantinephrolithiasisid
dc.subject.keywordcalcium oxalateid
dc.subject.keywordglycolate oxidaseid
dc.subject.keywordOrthosiphon aristatus (Blume) Miqid
dc.subject.keywordPersea americana Millid
dc.subject.keywordosteopontinid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record