dc.description.abstract | Penelitian tanaman obat saat ini terus dikembangkan untuk kesehatan.
Pemanfaatan tanaman obat dalam pengobatan tumor mammae merupakan salah
satu cara dalam menangani atau mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas pada
kasus penyakit tumor mammae yang saat ini terus meningkat. Pencegahan dan
pengobatan menggunakan tanaman obat lebih ekonomis, mudah diperoleh, mudah
dibudidayakan, dan aman dikonsumsi karena efek samping yang ditimbulkan tidak
sebesar efek samping yang ditimbulkan oleh terapi konvensional dan obat-obat
kimia pada umumnya. Salah satu tanaman obat yang memiliki khasiat secara
preventif dan kuratif terhadap penyakit tumor adalah daun kari (Murraya koenigii).
Daun kari mengandung senyawa metabolit sekunder yang memiliki efek antitumor
karena dapat menyebabkan sitotoksik dan apoptosis pada sel-sel tumor, tetapi tidak
menyebabkan sitotoksik pada sel-sel normal. Oleh karena itu tujuan dari penelitian
ini ialah mengkaji patomorfologi sel tumor mammae pada hewan model tikus
Sprague Dawley pasca pemberian ekstrak etanol daun kari (M. koenigii) sebagai
pencegahan (preventif) dan pengobatan (kuratif), serta menentukan dosis ekstrak
daun kari yang tepat sebagai preventif dan kuratif.
Penelitian ini sudah disetujui oleh komite Etik Hewan Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor, dengan No. 094/KEH/SKE/VIII/2018. Tahap
penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap I: pembuatan dan pengujian ekstrak
etanol daun kari yaitu pengujian fitokimia dan toksisitas. Tahap II: pengujian
secara in vivo berupa pembentukan tumor mammae pada tikus melalui injeksi
senyawa karsinogenik 7,12-dimetylbenz (α) anthracene (DMBA) secara subkutan
pada kelenjar mammae, pemberian ekstrak etanol daun kari (EEDK) secara oral
selama 30 hari baik secara preventif maupun kuratif, Tahap III: pengamatan
histopatologi menggunakan pewarnaan hematoksilin dan eosin, Masson’s
trichrome, dan imunohistokimia menggunakan antibodi human epidermal
receptor-2 (HER2) dan caspase-3 serta analisis kadar vascularisasi endothelial
growth factor (VEGF) dalam serum. Penelitian ini menggunakan 35 ekor tikus yang
dibagi menjadi 7 kelompok yaitu: kelompok normal (P1), kelompok tumor (P2),
kelompok obat methotreksat (P3), kelompok ekstrak 300 mg kg-1 BB dan 400 mg
kg-1 BB secara kuratif (P4 dan P5), serta kelompok preventif (P6 dan P7).
Ekstrak etanol daun kari secara kualitatif mengandung senyawa alkaloid,
flavonoid, fenolik, tanin, triterpenoid, steroid, saponin, dan glikosida. Kandungan
ekstrak etanol daun kari secara kuantitatif menggunakan metode GC-MS,
ditemukan ada 15 senyawa yang teridentifikasi dengan persentase paling tinggi
adalah golongan alkaloid. Nilai toksisitas ekstrak menggunakan larva udang
diperoleh nilai LC50 sebesar 628,83 ppm. Injeksi DMBA pada kelenjar mammae
tikus menunjukkan hiperplasia sel epitel duktus kelenjar mammae sampai
menutupi lumen, proliferasi duktus kelenjar, kalsifikasi pada lumen duktus, sel-sel
neoplastik yang berada di sekitar jaringan stroma, infiltrasi sel-sel polimorfonuklear
(PMN), banyak dijumpai sel-sel mitotik, dan proliferasi sel fibroblas dengan
deposit kolagen yang meluas. Tipe tumor yang ditemukan yaitu tumor campuran
berupa intra-ductal proliferasi (hiperplasia), fibroadenoma, dan invasive solid
cribriform carcinoma. Pembentukan tumor dan pemberian ekstrak tidak
menyebabkan penurunan berat badan tikus secara signifikan. Volume tumor
pada P2 lebih besar secara signifikan (p<0.05) dibandingkan dengan P3, P4, P5,
P6, dan P7. Volume tumor pada P3, P4, P6, dan P7 lebih kecil secara signifikan
(p<0.05) dibandingkan kelompok P5. Gambaran mikroskopis P2 terlihat sel-sel
PMN, sel epitel kuboid 3-4 lapis dan proliferasi serabut kolagen padat.
Kelompok P3, P4, dan P5 terlihat sel-sel PMN, epitel kuboid 1-3 lapis dan
proliferasi serabut kolagen sedang. Sementara kelompok P6 dan P7 terlihat
banyak struktur epitel kelenjar selapis, sedikit epitel yang mengalami apoptosis,
sel-sel PMN dan proliferasi sel-sel fibroblas sedikit. Pewarnaan
imunohistokimia terhadap ekspresi HER2: negatif (P1), positif (P2, P3, P4, P5),
dan equivocal (P6, P7) terdeteksi pada membran sel epitel duktus kelenjar
mammae. Ekspresi caspase-3: rendah (P1), sedang (P2, P5, P6, P7), tinggi (P3,
P4) terdeteksi pada sitoplasma sel epitel duktus dan di luar duktus, sel fibrous,
dan sel epitel kelenjar kulit. Kadar VEGF dalam serum memperlihatkan
kelompok P3 dan P4 lebih rendah dari kelompok yang lain yaitu 5,2 pg ml-1 dan
5,92 pg ml-1, sedangkan kelompok P2 memiliki kadar VEGF tertinggi yaitu 8,9
pg ml-1.
Ekstrak etanol daun kari dengan dosis 300 mg kg-1 BB menunjukkan
potensi terhadap HER2 sebagai preventif dengan level (++), meskipun secara
kuratif menunjukkan level (+++). Disisi lain, potensi EEDK sebagai kuratif
ditunjukkan pada caspase-3 dengan level (+++) sama dengan terapi
metotreksat. Pemberian metotreksat (P3) dan EEDK dengan dosis 300 mg kg-1
(P4), memperlihatkan aktivitas sel apoptosis yang sama tinggi pada tumor
mammae dengan status HER2 positif. Hal ini memperlihatkan bahwa sel
apoptosis pada kelompok preventif dan kuratif mengindikasikan bahwa
senyawa yang terkandung dalam EEDK bekerja efektif pada sel-sel tumor
ganas, dan dapat dijadikan sebagai kandidat obat antitumor kelenjar mammae.
Jaringan tumor dengan aktivitas apoptosis yang tinggi memiliki prognosis yang
sangat baik karena dapat mencegah atau menghambat perkembangan sel-sel
tumor, serta dapat meningkatkan kelangsungan hidup bagi penderita tumor
mammae. | id |