Strategi Pengembangan Sapi Bali Berbasis Agroekosistem di Pulau Timor
Date
2020-10-22Author
Haba Ora, Fellyanus
Fuah, Asnath Maria
Abdullah, Luki
Priyanto, Rudy
Yani, Ahmad
Purwanto, Bagus Priyo
Metadata
Show full item recordAbstract
Sapi Bali dari provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berkontribusi sebesar 26,9% dalam memenuhi kebutuhan daging nasional. Basis populasi sapi Bali di NTT adalah Pulau Timor yang kemungkinan akan bermasalah dalam aspek populasi karena pengantarpulauan sapi Bali belum mempertimbangkan kemampuan produksi ternak dan daya dukung wilayah yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah merancang model dan menyusun strategi pengembangan sapi Bali berbasis agroekosistem di Pulau Timor melalui tahapan penelitian, yaitu tahapan penelitian I: identifikasi dan analisis potensi daya dukung lahan; tahapan penelitian II: evaluasi dan analisis sistem produksi sapi Bali; tahapan penelitian III: desain model pengembangan sapi Bali berkelanjutan; tahapan penelitian IV: strategi pengembangan sapi Bali. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (fisik, biologi, dan sosial budaya) sehingga sampling lokasi padang rumput di Kabupaten Belu, Malaka, dan Timor Tengah Utara; lokasi pertanian di Kabupaten Kupang dan Kota Kupang, lokasi perkebunan di Kabupaten Kupang, dan lokasi hutan di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Materi penelitian ini terdiri atas: (1) jenis vegetasi disetiap agroekosistem yang dikonsumsi ternak sapi; (2) 208 ekor sapi Bali pada kisaran umur antara 3,5-3,9 tahun yaitu 50 ekor di agroekosistem padang rumput, 60 ekor di agroekosistem pertanian, 47 ekor di agroekosistem perkebunan, dan 51 ekor di agroekosistem hutan; dan melibatkan 436 responden jumlah peternak yang memiliki sapi Bali >10 ekor (127 responden di padang rumput, masing-masing 102 responden di pertanian dan perkebunan, dan 105 responden di hutan). Tahapan penelitian I dianalisis deskriptif dan dihitung rataannya. Tahapan penelitian II menggunakan Importance-Performance Analysis (IPA). Tahapan penelitian III dan IV disimulasikan menggunakan software System Dinamics Powersim version 2.5 for windows. Keseluruhan data kemudian dijelaskan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan kapasitas tampung sapi Bali di lahan agroekosistem padang rumput, pertanian, perkebunan dan hutan bervariasi antara 1,2 sampai 1,5 Unit Ternak per hektar per tahun dengan indeks daya dukung kurang dari 0,2. Hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan pakan pada semua tipe agroekosistem merupakan faktor pembatas utama dalam produksi ternak sapi Bali di Pulau Timor. Hasil analisis Importance-Performance menunjukkan karakteristik produksi sapi Bali di Pulau Timor relatif rendah berdasarkan skor kondisi tubuh dengan nilai rataan 3,4 per ekor pertahun, karakteristik reproduksi terutama calving interval rata-rata 2,6 tahun, conception rate rata-rata 35,9% per tahun, manajemen reproduksi dan tingkat kematian anak yang tinggi yakni >33% per tahun, sangat berkaitan dengan pengetahuan peternak. Sistem pemasaran ternak yang belum efisien menyebabkan rendahnya pendapatan yang diterima peternak di empat agroekosistem. Hasil analisis sistem dinamis dan produksi ternak sapi Bali selama 30 tahun mendatang menghasilkan tingkat penurunan populasi ternak jantan dan betina secara signifikan sehingga mempengaruhi nilai natural increase; hasil ini berdampak terhadap menurunnya pasokan ternak sapi Bali untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi baik di tingkat regional maupun nasional, menurunnya penghasilan peternak dan pendapatan asli daerah. Sistem produksi peternakan sapi Bali di Pulau Timor dengan nilai performa lebih tinggi secara berurutan adalah agroekosistem pertanian (grade C 3,6), hutan (grade C 3,5), perkebunan (grade C 3,2), dan padang rumput (grade C 3,1), tetapi performa tersebut pada umumnya masih rendah. Dengan demikian pengembangan sapi Bali di Pulau Timor dilakukan dengan pendekatan simulasi skenario II sesuai analisis sistem dinamis yang dapat diterapkan pada semua agroekosistem di Pulau Timor. Strategi yang diusulkan sesuai skenario II adalah kebijakan dan kerjasama semua pemangku kepentingan untuk menurunkan tingkat kematian ternak; meningkatkan status reproduksi ternak; perbaikan lahan agroekosistem, pembatasan pengeluaran ternak dan introduksi indukan produktif. Dalam rangka evaluasi dan monitoring perlu penerapan sistem informasi dan dokumentasi mencakup populasi dan produktivitas sapi Bali yang ada. Percepatan laju peningkatan populasi memerlukan teknologi pakan (silase, hay, leguminosa pasture, dan lain sebagainya) terutama pada saat produksi hijauan berlimpah, penanaman pakan yang cocok untuk lahan kering dan marginal seperti indigofera, sorgum dan lamtoro, pemanfaatan pakan lokal berbasis masyarakat dan pemantapan program inseminasi buatan. Pengembangan kapasitas SDM peternak oleh pemerintah dan stakeholder peternakan lain seperti LSM, Kelompok, dan CSR melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan on farm secara berkala perlu dirancang secara terpadu antar instansi terkait untuk meningkatkan ketrampilan peternak dalam manajemen budidaya sapi Bali berkelanjutan. Dengan demikian rekomendasi kebijakan dalam pengembangan sapi Bali di Pulau Timor dengan pendekatan skenario II dapat diterapkan pada semua agroekosistem.
Collections
- DT - Animal Science [352]