Kemiripan genetik, Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produksi dan Penyebaran Serbuk Sari Populasi Pala (Myristica fragrans Houtt.)
Date
2020Author
Purwiyanti, Susi
Sudarsono
Kusumo, Yudiwanti Wahyu Endro
Rostiana, Otih
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia adalah salah satu negara penghasil pala terbesar di dunia. Meskipun demikian harga pala Indonesia lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Vietnam. Hal tersebut disebabkan oleh produk pala Indonesia terkontaminasi aflatoksin, kandungan methyl eugenol penyebab kanker tinggi dan produk yang dihasilkan berasal dari jenis yang tidak seragam. Selain pada penambahan produksi, Indonesia juga harus memperbaiki kualitas produk pala. Langkah awal dalam peningkatan produksi dan kualitas pala adalah penyediaan bahan tanaman unggul. Penyediaan bahan tanam unggul diawali oleh proses identifikasi sumber keragaman. Sumber keragaman dapat diidentifikasi berdasar penanda morfologi. Selain untuk identifikasi, penanda morfologi dapat pula digunakan untuk menduga fenotipe kelamin dan hasil. Penanda morfologi memiliki kekurangan yaitu hasil yang diperoleh dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Oleh karena itu diperlukan penambahan data dengan pendekatan lain, seperti penanda berbasis DNA yaitu Simple Sequance Repeat (SSR) yang tidak terpengaruh faktor lingkungan. Selain varietas unggul, faktor biotik (proses inisiasi pembungaan, penyerbukan dan pembentukan buah) dan abiotik (curah hujan, intensitas sinar matahari, dan kelembapan) berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan kualitas produk pala. Penanda SSR dapat juga digunakan untuk melihat peran pendonor dan pola penyebaran serbuk sari pala.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai keragaman fenotipik dan genetik koleksi tanaman pala Balittro yang berasal dari beberapa daerah asal yang berbeda. Selain karakteristik tanaman, infomasi mengenai faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan kualitas pala juga sangat diperlukan. Informasi ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam program pemuliaan tanaman pala di masa mendatang dan dasar dalam merancang kebun induk. Informasi-informasi tersebut diperoleh melalui rangkaian penelitian Posisi pendonor serbuk sari dan iklim yang berpengaruh terhadap produksi buah pala, karakter morfologi yang berhubungan dengan fenotipe kelamin, keragaman populasi pala ex-situ berdasar penanda morfologi dan Simple Sequence Repeats (SSR), korelasi dan analisis lintas karakter morfologi dan hasil serta peran pendonor dan pola penyebaran serbuk sari pada populasi
Identifikasi karakter berdasarkan penanda morfologi dan SSR dilakukan terhadap 188 aksesi pala, diuji dengan menggunakan analisis kemiripan dan hubungan kekerabatan. Pengujian dilakukan dengan software MINITAB, SPSS, PAST3, GenAlEx, dan DARWIN. Selain untuk uji keragaman, penanda morfologi juga digunakan untuk pendugaan karakter yang berhubungan dengan fenotipe kelamin dan hasil. Uji hubungan ini dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi dan analisis lintas menggunakan software MINITAB. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi buah pala diketahui melalui analisa hubungan antara faktor iklim, cahaya, rasio jumlah pohon jantan dan betina, jarak dan posisi pohon jantan terhadap pohon betina dengan produksi buah pala. Data identifikasi fenotipe kelamin 295 aksesi pala, produksi buah pala tahun 2005-2017, pemetaan letak dan jarak masing-masing aksesi, data iklim dan intensitas cahaya digunakan dalam penelitian ini.Pengujian dilakukan dengan menggunakan software MINITAB. Jarak, arah terbang dan peranan pendonor serbuk sari dalam pembentukan anakan pala diketahui melalui analisis sebaran serbuk sari dengan menggunakan marka SSR. Analisis tetua menggunakan program CERVUS versi 2.0.
Keragaman berdasar penanda morfologi tinggi pada karakter habitus, bunga, buah, biji dan fulli namun tidak pada karakter daun. Tidak terdapat karakter yang mampu mencirikan asal populasi tersebut. Penggunaan penanda SSR dalam menganalisis kemiripan genetik menunjukkan adanya pengelompokkan berdasarkan lokasi asal. Hasil analisis keragaman fenotipik dan genetik berbeda kemungkinan disebabkan adanya pengaruh faktor lingkungan pada penampilan fenotipik atau primer yang digunakan tidak identik dengan karakter fenotipik yang diamati. Beragamnya karakter fenotipik dan genetik populasi pala di kebun percobaan Cicurug merupakan modal pemulia tanaman pala untuk memilih karakter yang diinginkan untuk proses pemuliaan lebih lanjut.
Hasil penelitian menunjukkan penanda morfologi belum dapat digunakan untuk mendeteksi fenotipe kelamin dan hasil pohon pala pada stadia awal pertumbuhan. Hanya terdapat kecenderungan penampilan pohon jantan lebih besar dibandingkan pohon betina, namun ukuran bunga betina lebih besar dibandingkan bunga jantan. Untuk mengetahui hasil yang dalam hal ini berat biji masih harus menunggu hingga panen.
Seluruh rasio perbandingan antara jumlah pohon jantan dan betina yang ada pada populasi pala tidak menunjukkan adanya perbedaan pada produksi per satuan luas. Penanaman pohon jantan dengan jumlah seminimal mungkin dapat meningkatkan produktivitas lahan. Meskipun hingga saat ini deteksi dini fenotipe kelamin pala dengan menggunakan penanda morfologi dan molekuler belum dapat dilakukan, namun penggunaan metode grafting dapat membantu menyelesaikan permasalahan ini. Jarak dan letak pohon jantan terhadap pohon betina tidak berpengaruh terhadap produksi pala pohon betina. Peningkatan produktivitas yang saat ini dapat dilakukan adalah dengan mengatur jarak tanaman antar pohon pala karena intensitas cahaya yang tinggi menginduksi terbentuknya bunga betina. Semakin banyak bunga betina maka buah yang terbentuk akan semakin banyak pula. Suhu dan curah hujan 7-8 bulan sebelum panen (saat proses penyerbukan) berpengaruh terhadap aktivitas serangga penyerbuk. Jika pada saat ini suhu dan curah hujan optimum untuk serangga berkelibang maka dapat diprediksi produksi buah tinggi.
Analisis penyebaran serbuk sari pala dapat memperkuat pernyataan bahwa vektor penyerbuk pala adalah serangga karena penyebaran serbuk sari tidak memiliki pola dan jarak tertentu Pendonor serbuk sari dapat berupa pohon jantan uniseksual, jantan biseksual maupun betina. Oleh karena itu letak dan jarak pohon tidak berpengaruh terhadap produksi. Memperbanyak vektor penyerbuk adalah di dalam populasi diharapkan dapat meningkatkan produksi pala.
Collections
- DT - Agriculture [731]