Modeling Reverse Supply Chain Risk for Beef Industry with Integrated Adaptive Contract.
Date
2020Author
Paduloh
Djatna, Taufik
Sukardi
Muslich
Arkeman, Yandra
Metadata
Show full item recordAbstract
Daging sapi merupakan salah satu produk argo-industri yang mudah rusak
dan memberikan dampak yang signifikan terhadap pencemaran lingkungan, baik
itu pada saat dipeternakan maupun proses penjualan dengan menggunakan cold
chain. Reverse supply chain merupakan sebuah konsep yang dapat mengendalikan
ketidakpastian dan memberikan nilai tambah produk. Penelitian ini bertujuan
mengembangkan model rantai pasokan daging sapi terbalik untuk mengendalikan
ketidakpastian, dengan tujuan khusus sebagai berikut. 1) Memformulasi dan
menganalisis faktor dan penyebab reverse supply chain daging sapi dan
memberikan tindakan pencegahan terhadap faktor tersebut. 2) melakukan
investigasi terhadap dampak reverse supply chain terhadap cash flow. 3)
Memformulasikan model untuk mengendalikan ketidakpastian permintaan,
kualitas, fasilitas perbaikan, tenaga kerja, transportasi, harga, dan biaya reverse
supply chain. 4) Memformulasikan kontrak untuk membagi risiko kepada para
pelaku dalam reverse supply chain.
Hasil penelitian dari tujuan 1) didapatkan nilai bullwhip effect dapat
diturunkan dengan melakukan re-formulasi model pencatatan pengiriman,
peramalan dengan kombinasi metoda Seasonal Naive bayes, Artificial neural
network dan ARIMA mampu menghasilkan peramalan penjualan yang dapat
menangkap kondisi seasonal dan nonseasonal dengan lebih akurat. Hasil tujuan
2) analisis cash flow menunjukan pengembalian product tidak mempengaruhi
cash flow, dan investasi dengan bunga bank dan letter of Credit secara akumulatif
berdampak terhadap harga jual produk sebesar 11%. Aktivitas RSC berdampak
terhadap meningkatnya cash flow perusahaan. Hasil tujuan 3) Pengendalian
ketidakpastian dalam reverse supply chain menggunakan PILP, didapatkan nilai
minimum untuk biaya pengendalian kualitas untuk ketidakpastian terhadap
kualitas produk, jumlah produk, kapasitas perbaikan, dan waktu pengembalian
dengan nilai minimum Rp.30.000. Kemudian biaya perbaikan produk kategori A,
B, dan R didapatkan biaya minimum sebesar Rp. 2.139.150. Biaya transportasi
dan route optimal didapatkan menggunakan model MDRV dan MILP,
didapatkan route optimum dan biaya Sopir truk dengan kontrak harian akan
optimal digunakan dengan upah yang murah, dengan upah yang lebih besar dari
5.000 rupiah dengan biaya minimum trasportasi sebesar Rp. 375.400. Hasil dari
tujuan 4) dengan menggunakan pemodelan matematika MILP didapatkan kontrak
pembagian resiko untuk aktivitas reverse supply chain antara distributor dan
retailer, pembagian resiko akan bersifat adaftif terhadap kondisi aktual dilapangan.
Dengan menggunakan biaya optimal dari tujuan 3 didapatkan pembagian biaya
resiko sebesar Rp. 2.717.080 untuk distributor and Rp. 1.801.188 untuk pengecer.
Pembagian resiko mampu meningkatkan nilai tanggungjawab antara distributor
dan pengecer untuk menjaga proses order dan kualitas daging sapi. Hasil analisis
sensitivitas menunjukkan bahwa model tahan terhadap kondisi ekstrim.