Proyeksi Kekeringan dan Dampaknya terhadap Pertanian di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat
View/ Open
Date
2020Author
Sirait, Giyanti Ananda Putri
Dasanto, Bambang Dwi
Faqih, Akhmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Kekeringan merupakan bencana alam yang cukup sering terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya Kota Bima. Pola kekeringan sulit dideteksi baik secara temporal maupun spasial, padahal nilai kerugian yang ditimbulkan cukup besar khususnya pada sektor pertanian. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kekeringan pada kondisi historis dan proyeksi iklim masa depan secara spasial dan temporal, serta menganalisis dampaknya terhadap produksi padi dan jagung di Kota Bima. Penelitian ini menggunakan Standardized Precipitation Evapotranspiration Index (SPEI) yang dikorelasikan dan dimodelkan dengan metode korelasi silang dan regresi sehingga diperoleh hubungan dan model prediksi antara kekeringan dan produksi pertanian. Berdasarkan analisis data historis (periode 1988-2017) wilayah ini mengalami 4 kejadian ekstrem kering dimana durasi maksimum kekeringan mencapai 7 bulan dan rata-rata 3 bulan. Pada kondisi ekstrem kering, seluruh wilayah di Kota Bima terdampak oleh kekeringan. Perubahan pola SPEI pada periode 2050an berdasarkan skenario CSIRO RCP 4.5 cukup besar pada April, September, dan Desember. Pada bulan-bulan tersebut tingkat keparahan kekeringan meningkat dan secara spasial bertambah luas. Akibatnya, terjadi penurunan produksi padi ladang dan jagung masing-masing mencapai 4,5 dan 2,6 ton per tahun. Adapun wilayah yang paling terdampak adalah Kecamatan Asakota, Raba, dan Mpunda.