Kajian Analisis Risiko terhadap Program Biosekuriti Avian Influenza pada Rantai Pasok Komoditi Unggas di Jabodetabek
View/Open
Date
2015Author
Lestari, Indah Kurnia Asi
Pribadi, Eko Sugeng
Soejoedono, Retno D.
Metadata
Show full item recordAbstract
Daerah khusus Ibu kota (DKI) Jakarta dengan tingkat konsumsi daging
ayam 1.875.000 ekor/hari, sementara populasi ayam pedaging di DKI Jakarta
hanya sebesar 148.700 tahun 2012 dan menurun 0,98% pada tahun 2013 sehingga
pemenuhan kebutuhan konsumsi daging ayam diperoleh dari wilayah Jawa Barat
dan Banten.
Populasi ayam di wilayah Prov. Jawa Barat, Prov. Banten mengalami
peningkatan sebesar 11,87% dan 10,68% pada tahun 2013. Populasi ayam
tertinggi berasal dari wilyah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang.
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah pertama yang dilaporkan terinfeksi
virus Avian Influenza (AI) dan menyebabkan kematian pada manusia. Virus AI
dapat bermutasi sehingga menghasilkan varian-varian baru yang lebih patogen
dan menyebar melalui pernafasan, kontak langsung ataupun tidak langsung, masih
dapat bersifat infektif dalam air yang tergenang selama empat hari pada suhu
22ºC, sedangkan di dalam tinja unggas dan di dalam tubuh unggas yang sakit
dapat bertahan lebih lama.
Pasokan ayam hidup ke wilayah DKI Jakarta dalam jumlah besar
meningkatkan risiko penyebaran virus AI. Virus AI menyebar dari wilayah
peternakan ayam ke wilayah DKI Jakarta dan wilayah lain mengikuti rantai pasok
ayam hidup. Rantai pasok berperan dalam meningkatkan risiko penyebaran virus
AI, maka penelitian mengenai analisis risiko terhadap Biosekuriti Avian Influenza
pada Rantai Pasok Komiditi Unggas di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi sangat diperlukan.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi alur tapak risiko
(biological risk pathway) terjadinya infeksi virus AI dalam rantai pasok komiditi
unggas di Jabodetabek; (2) memberikan gambaran mengenai besarnya risiko
berbasis biosekuriti, faktor dan aktor yang berperan pada rantai pasok unggas di
Jabodetabek.
Data yang diperoleh dari rantai pasok ayam pedaging di wilayah
Jabodetabek (peternak, pengumpul, rumah Potong Unggas (RPU) dan pedagang)
diolah secara kualitatif yang dinyatakan dengan hubungan antara dampak yang
ditimbulkan oleh suatu bahaya (consequence) dengan kemungkinan kejadian
bahaya di masa yang akan datang (likelihood) dan yang ditampilkan dalam satu
matriks risiko (risk matrix) dan pemetaan risiko berbasis peta kuadran risiko (risk
mapping biplot) menggunakan software SPSS. Gambaran besarnya bobot risiko
berbasis biosekuriti, faktor dan aktor yang berperan dalam rantai pasok
menggunakan prioritisasi risiko (risk rangking). Pengumpulan data dilakukan
menggunakan penilaian pakar berdasarkan kriteria jamak/teknik Non-Numeric
Multi-Expert Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM). Agregasi penilaian
menggunakan teknik Ordered Weighted Averaging (OWA) yang dilengkapi
dengan Analitical Hierachy Process (AHP) berbasis pada Supply Chain
Operation Reference (SCOR) Tingkat 1. Data yang diperoleh diolah
menggunakan software Expert Choice II.
Rantai pasok ayam dari hulu ke hilir terjadi berdasarkan sistem delivery
order (DO) dengan harga termurah sehingga pasokan ayam dapat berasal dari
berbagai wilayah. Sebanyak 40% ayam yang beredar di wilayah Jabodetabek
merupakan ayam sakit (terinfeksi AI ataupun diduga terinfeksi AI). Berdasarkan
peringkat risiko biosekuriti, faktor yang berpengaruh pada rantai pasok unggas
adalah beternak (0,371), pengelolaan (0,264), pengiriman (0,171), pengadaan
(0,101), dan rencana (0,093). Aktor yang memegang peran pada rantai pasok
adalah perusahaan inti (0,546), pedagang eceran (0,210) kemudian peternak
(0,233). Risiko yang lebih dikhawatirkan adalah risiko pengawasan lalu lintas
(0,560), risiko isolasi (0,256) dan risiko sanitasi (0,174).
Collections
- MT - Veterinary Science [931]