dc.description.abstract | Sejalan dengan berkembangnya kawasan industri di Kota Batam, hunian
rumah tinggal bagi para pekerja industri juga berkembang dengan pesat di luar
kawasan industri Batam. Tumbuhnya rumah pekerja yang disewakan di luar
kawasan ini menimbulkan masalah baru bagi Batam, dimana kualitas lingkungan
semakin menurun dan cenderung mengakibatkan kekumuhan. Hal ini diakibatkan
banyaknya tenaga kerja di industri Batam umumnya berasal dari luar Batam, dan
tenaga lokal yang tidak memiliki keterampilan maupun tingkat pendidikan yang
disyaratkan oleh industri tersebut. Banyaknya pemukiman yang terdapat saat ini
disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk perkotaan
yang cenderung meningkat dapat menimbulkan permintaan terhadap sektor
perumahan yang turut meningkat pula.
Berdasarkan Kota Batam Dalam Angka (BPS, 2017), jumlah penduduk Kota
Batam hingga tahun 2016 sebanyak 1.236.399 jiwa, meningkat dibanding keadaan
tahun 2012 yang berjumlah 1.047.445 jiwa. Laju pertumbuhan selama perode
2010 – 2016 rata-rata sebesar 4,41% per tahun (BPS 2017). Tingginya laju
pertumbuhan penduduk Kota Batam, mengakibatkan jumlah tenaga kerja
mengalami peningkatan. Meningkatnya penduduk Kota Batam, berdampak
terhadap permasalahan sosial dan kerusakan lingkungan di Kota Batam karena
tingginya mobilitas pendatang dan pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan.
Melihat kondisi di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberlanjutan pembangunan dan pemanfaatan Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa) di kawasan industri Batam dan sekitarnya, sebagai dasar rekomendasi
kebijakan pemerintah, agar kawasan industri dapat menyediakan dan menyiapkan
lahan untuk perumahan para pekerja industri yang secara ekonomi memberi
keuntungan bagi negara, pengusaha industri dan masyarakat penghuni rusunawa.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menghasilkan rumusan model
kebijakan pembangunan dan pemanfaatan Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa) berkelanjutan di kawasan industri Batam. Metode yang digunakan
adalah analisis statistik deskriptif dan Comparison Perfomance Index untuk
mengetahui karakteristik penghuni, analisis multidimensional scaling (MDS)
untuk melihat status keberlanjutan dan faktor pengungkit pembangunan dan
pemanfaatan Rusunawa, perspektif model dinamik untuk merancang model
pembangunan dan pemafaatan rusunawa di kawasan industri Batam, serta desain
analisis kebijakan dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process)
untuk memprioritaskan alternatif kebijakan.
Dalam melakukan penelitian, langkah awal yang dilakukan adalah
menganalisa karakteristik penghuni rusunawa untuk melihat kondisi
keberlanjutan, dimana penghuni rusunawa di Kota Batam masuk kategori baik
dengan nilai 78,89% (akumulasi tingkat penilaian baik hingga sangat baik)
Hasil analisis MDS menunjukkan bahwa nilai keberlanjutan rusunawa di
lokasi penelitian masuk pada kategori kurang berkelanjutan, dengan nilai sebesar
44,39. Hasil analisis multidimensional scalling menunjukkan masing-masing
dimensi masih berada pada kategori kurang berkelanjutan kecuali dimensi
kelembagaan. Hal ini menunjukkan perlunya mempertimbangkan faktor
pengungkit terpilih dalam meningkatkan status keberlanjutan diantaranya jaminan
sosial, menyewa berkelompok, pengolahan limbah padat, listrik prabayar/token,
dan badan koperasi. Implementasi tersebut dapat mempengaruhi pengelola untuk
meningkatkan pembangunan dan pemanfataan rusunawa dengan teritegrasi dan
terukur.
Model dinamik yang dikembangkan dapat digunakan sebagai acuan
simulasi untuk membantu dalam pengelolaan rusunawa di masa mendatang dalam
perencanaan kebutuhan hunian, perbaikan sarana dan prasarana, pengelolaan
lingkungan dan peningkatan jumlah rusunawa dalam mengakomodasi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR). Selain itu, berdasarkan simulasi sistem dinamik,
pengelolaan kualitas lingkungan dan peningkatan kenyamanan merupakan salah
satu prioritas yang perlu diperhatikan karena menentukan minat masyarakat atau
penghuni, dalam hal ini pengelolaan kualitas lingkungan dengan nilai 43,08 pada
tahun 2015 menjadi 29,58 pada tahun 2030. Meskipun mengalami penurunan
yang tidak terlalu besar namun berdampak terhadap keberlanjutan pembangunan
dan pengelolaan rusunawa. Dewasa ini terlihat bahwa pengelolaan rusunawa ini
belum didukung pengelolaan lingkungan yang baik, sedangkan simulasi untuk
kenyamanan hunian mengalami penurunan dengan nilai 60,27% pada tahun 2015
menjadi 32,79% pada tahun 2030 karena belum adanya manajemen terpadu dalam
pelayanan penghuni Rusunawa.
Arahan strategi kebijakan yang terpilih sebagai prioritas kebijakan adalah
penentuan harga sewa, peningkatan sarana dan prasarana, prosedur pengelolaan
berkelanjutan dan optimalisasi persyaratan penghuni. Artinya, empat strategi
kebijakan ini diarahkan dan direncanakan untuk mengembangkan dan
memaksimalkan rusunawa. Hal ini untuk menilai keberlanjutan rusunawa.
Rencana dalam penerapan kebijakan pembangunan dan pemanfaatan rusunawa
yaitu (1) evaluasi harga sewa, membentuk badan koperasi, peningkatan
pendapatan penghuni, mewajibkan penghuni memiliki jaminan sosial; (2)
meningkatkan fasiltias transportasi umum, kemudahan aksesibilitas, memilah
sampah menjadi organik, anorganik, dan B3, rusunawa yang ramah lingkungan,
peningkatan fasilitas penunjang terkait kelistrikan dan kebakaran; (3) keinginan
yang tinggi, rusunawa sebagai hunian sementara; dan (4) penentuan kapasitas
penghuni dan penambahan twin block sesuai kebutuhan. | id |