Analisis Pengaruh Kredit terhadap Efisiensi Usahatani Padi di Pulau Jawa.
View/ Open
Date
2020Author
Abubakar, Darwis
Anggraeni, Lukytawati
Fariyanti, Anna
Metadata
Show full item recordAbstract
Laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya konversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian menyebabkan upaya peningkatan produksi melalui ekstensifikasi semakin sulit dilakukan. Keterbatasan dana pemerintah dalam mencetak lahan baru rata-rata sebesar 40 ribu hektar per tahun dibandingkan dengan laju konversi lahan sebesar 100 ribu hektar per tahun (Kementan 2015), sehingga upaya peningkatan produktivitas padi melalui efisiensi produksi menjadi alternatif yang penting.
Secara umum penelitian ini bertujuan mengestimasi determinan faktor produksi dan tingkat efisiensi teknis usahatani padi dengan pendekatan fungsi produksi stokastik frontier. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik usahatani padi yang menerima kredit dan non-kredit pada sentra produksi padi (Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah) di Pulau Jawa, (2) menganalisis faktor yang mempengaruhi produksi padi di Pulau Jawa, (3) menganalisis efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi usahatani padi di Pulau Jawa, (4) menganalisis pengaruh akses kredit, kredit lembaga formal dan semiformal terhadap efisiensi teknis usahatani padi di Pulau Jawa.
Penelitian ini menggunakan data cross section dari 9 127 petani di Pulau Jawa diperoleh dari Survei Rumah Tangga Usaha Tanaman Padi 2014 yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2014. Metode analisis menggunakan fungsi produksi stokastik frontier untuk menganalisis produksi dan efisiensi teknis, fungsi biaya dual frontier untuk mengestimasi efisiensi alokatif dan ekonomi serta fungsi inefisiensi teknis untuk mengungkap pengaruh kredit.
Hasilnya persentase petani yang mengakses kredit masih rendah di Jawa Timur (11 persen), Jawa Barat (10 persen) dan Jawa Tengah (6 persen), umumnya menggarap lahan yang sempit. Produktivitas petani padi yang menerima kredit lebih tinggi dari petani non-kredit. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan penggunaan input seperti benih, pupuk urea/ZA, tenaga kerja lebih sedikit. Hal ini berarti petani yang mengakses kredit lebih baik dalam memanfaatkan sumber daya sehingga menghasilkan output yang lebih tinggi dibanding petani non-kredit.
Produktivitas padi sawah sangat ditentukan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan. Determinan faktor-faktor input yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Jawa Timur dan Jawa Barat adalah lahan, pupuk urea/ZA, pupuk TSP/SP36, pupuk KCL dan pestisida sementara di Jawa Tengah adalah luas lahan, benih dan pupuk TSP/SP36. Penggunaan tenaga kerja ternyata berpengaruh negatif di semua provinsi penelitian.
Efisiensi usahatani sangat ditentukan oleh faktor manajerial petani. Usahatani padi di Pulau Jawa telah efisien secara teknis, rata-rata efisiensi teknis (ET) tinggi di Jawa Timur (0.84), Jawa Barat (0.79) dan Jawa Tengah (0.71). Efisiensi secara alokatif dan ekonomi menunjukkan tingkat rata-rata yang belum efisien. Rata-rata efisiensi alokatif (EA) rendah di Jawa Timur (0.36), Jawa Barat (0.47) dan Jawa Tengah (0.48). Hal yang sama menunjukkan rata-rata efisiensi
ekonomi (EE) rendah di Jawa Timur (0.30), Jawa Barat (0.36) dan Jawa Tengah (0.32). Hal ini disebabkan petani belum mengelola usahataninya dengan meminimalkan biaya.
Petani yang mengakses kredit memiliki rata-rata efisiensi teknis lebih tinggi daripada petani non-kredit sebesar 0.024 di Jawa Timur dan 0.026 di Jawa Barat. Petani yang mengambil kredit di lembaga formal memiliki rata-rata efisiensi teknis yang lebih tinggi daripada petani non-kredit sebesar 0.025 di Jawa Timur dan 0.021 di Jawa Barat. Sementara petani yang mengambil kredit di lembaga semiformal memiliki rata-rata efisiensi teknis yang lebih tinggi daripada petani non-kredit sebesar 0.010 di Jawa Timur dan 0.038 di Jawa Barat.
Pemerintah sebaiknya berperan dalam penguatan kebijakan terkait perlindungan harga-harga input agar lebih terjangkau oleh petani dan pengamanan harga gabah agar saat panen dan menjual gabahnya, petani tidak merugi dan mendapat insentif untuk tetap mau bertani.
Akses kredit petani masih rendah di Jawa Timur (11 persen), Jawa Barat (10 persen) dan Jawa Tengah (6 persen), sehingga kebijakan dari pemerintah dan Bank Indonesia untuk menciptakan keuangan yang iklusif khususnya di daerah pedesaan seperti program laku pandai dapat ditingkatkan. Penguatan lembaga keuangan semiformal di pedesaan perlu mendapat dukungan untuk memberikan layanan jasa keuangan kepada petani.
Collections
- MT - Economic and Management [2971]