Peningkatan Produktivitas Bioetanol Tanaman Mengkuang dengan Praperlakuan Biologis dan Liquid Hot Water
View/ Open
Date
2020Author
Yanti, Hikma
Syafii, Wasrin
Wistara, I Nyoman Jaya
Febrianto, Fauzi
Metadata
Show full item recordAbstract
Faktor penghambat dalam proses konversi bahan berlignoselulosa menjadi
gula yaitu lignin dan kristalin selulosa. Untuk mengkonversi bahan
berlignoselulosa dengan efektif diperlukan tahap praperlakuan dalam produksi
bioetanol sebelum tahap hidrolisis yang bertujuan untuk memodifikasi
karakteristik bahan berlignoselulosa yang cenderung sulit untuk didegradasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas bioetanol dari tanaman
mengkuang melalui praperlakuan biologis, LHW, dan kombinasi kedua
praperlakuan tersebut terhadap pulp tanaman mengkuang. Tahap pertama
penelitian ini adalah karakterisasi sifat dasar bahan mentah (bagian tanaman
mengkuang) dan pulp hasil proses pulping alkali serta menentukan pulp terbaik
sebagai bahan baku praperlakuan. Tahap penelitian selanjutnya adalah
karakterisasi sifat dasar pulp hasil praperlakuan biologis (pada konsentrasi
inokulum 5% dan10% selama 15, 30, dan 45 hari) dan praperlakuan LHW (pada
suhu 140 oC, 160 oC, dan 180 oC selama 20, 30, dan 40 menit serta menentukan
praperlakuan terbaik. Kondisi praperlakuan terbaik digunakan sebagai
praperlakuan awal dari kombinasi biologis-LHW dan LHW-biologis. Sifat dasar
pulp alkali hasil praperlakuan kombinasi biologis-LHW dan kombinasi LHWbiologis
dianalisis dan ditentukan kondisi praperlakuan kombinasi terbaiknya.
Pulp hasil praperlakuan kombinasi biologis-LHW dan kombinasi LHW-biologis
terbaik dikonversi menjadi etanol dengan proses SSF. Filtrat hasil SSF ditentukan
kadar etanol, rendemen etanol, dan konsentrasi gula pereduksi sisanya. Persentase
peningkatan rendemen etanol ditetapkan berdasarkan nisbah peningkatan
rendemen etanol hasil SSF pulp hasil praperlakuan terhadap rendemen etanol
hasil SSF pulp kontrol (tanpa praperlakuan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun dan batang mengkuang masingmasing
mengandung �����-selulosa 35.02% dan 40.29%, hemiselulosa 33.12% dan
31.19%, serta lignin 29.10% dan 26.84%. Tanaman mengkuang tergolong
Gramineae (rumput-rumputan) karena komposisi ligninnya terdiri dari siringil,
guaiasil, dan p-hidroksifenil berturut-turut 40.76%, 40.00%, dan 19.24% untuk
daun, dan 41.82%, 39.81%, dan 18.37% untuk batang. Hemiselulosa daun disusun
oleh glukosa sebesar 583.20 μg g-1 dan serta non glukosa (arabinosa, xilosa,
manosa, rhamnosa dan galaktosa) sebesar 1330.15 μg g-1, sedangkan
hemiselulosa batang disusun oleh glukosa sebesar 628.26 μg g-1 dan non glukosa
sebesar 1711.70 μg g-1. Pulp batang hasil pulping alkali 25% digunakan sebagai
bahan baku bioetanol yang telah mengalami praperlakuan biologis dan LHW
karena kadar �����-selulosa batang (88.19%) hampir sama dengan pulp daun
(88.27%), tetapi mengandung lignin terendah (11.90%), kristalinitas dengan nilai
68.38% serta rendemen sebesar 40.50%.
Praperlakuan biologis menghasilkan pulp dengan kadar �����-selulosa,
hemiselulosa, lignin, dan kristalinitas berturut-turut sebesar 72.36-84.11%, 8.56-
14.81%, 7.83-11.51%, dan 42.87-49.26%, sedangkan praperlakuan LHW
menghasilkan pulp dengan kadar �����-selulosa, hemiselulosa, lignin, dan
kristalinitas berturut-turut sebesar 62.40-73.32%, 5.90-9.93%, 7.69-8.99%, dan
30.43-49.29%. Kondisi praperlakuan biologis terbaik adalah perlakuan pada
konsentrasi inokulum 10% selama 30 hari karena menghasilkan pulp dengan �����-
selulosa, hemiselulosa, lignin, dan kristalinitas sebesar 83.24%, 9.11%, 7.83%,
dan 42.87%. Kondisi praperlakuan LHW terbaik adalah perlakuan pada suhu 180
oC selama 30 menit karena menghasilkan pulp dengan �����-selulosa, hemiselulosa,
lignin, dan kristalinitas masing-masing sebesar 76.24%, 5.90%, 7.69%, dan
41.72%.
Kadar �����-selulosa, hemiselulosa, dan lignin pulp hasil praperlakuan
kombinasi biologis-LHW masing-masing sebesar 63.42-78.99%, 8.35-9.99%, dan
6.08-8.09%. Kadar �����-selulosa, hemiselulosa, dan lignin pulp hasil praperlakuan
kombinasi LHW-biologis masing-masing sebesar 62.94-76.85%, 7.81-11.78% dan
7.26-10.61%. Kondisi praperlakuan kombinasi biologis-LHW terbaik adalah
pada suhu 180 oC selama 30 menit karena menghasilkan pulp dengan kadar �����-
selulosa, hemiselulosa, dan lignin berturut-turut sebesar 77.41%, 9.81%, dan
6.45%, sedangkan kondisi praperlakuan kombinasi LHW-biologis terbaik adalah
pada konsentrasi inokulum 10% selama 30 hari karena menghasilkan pulp dengan
kadar �����-selulosa, hemiselulosa, dan lignin berturut-turut sebesar 73.1%, 7.82%,
dan 7.26%.
Proses SSF terhadap pulp batang mengkuang dari praperlakuan kombinasi
biologis-LHW terbaik menghasilkan filtrat dengan kadar etanol (15.50%) dan
konsentrasi gula pereduksi sisa (35.87 g L-1) lebih tinggi dibandingkan dengan
filtrat dari proses SSF terhadap pulp batang hasil praperlakuan kombinasi LHWbiologis
terbaik yang mengandung etanol sebesar 11.54% dan gula pereduksi
sisa sebesar 22.48 g L-1. Rendemen etanol tertinggi diperoleh dari proses SSF
terhadap pulp batang mengkuang hasil praperlakuan kombinasi biologis-LHW
dengan persentase peningkatan rendemen etanol sebesar 387% terhadap pulp
kontrol, sedangkan persentase peningkatan rendemen etanol dari proses SSF
terhadap pulp batang mengkuang hasil praperlakuan kombinasi LHW-biologis
sebesar 278% terhadap pulp kontrol.
Collections
- DT - Forestry [347]